12 ♍ Sahabat ️♍️

99 26 7
                                    

"Tidak perlu takut untuk berteman denganku karena aku pernah merasakan apa yang kamu rasakan. Kita sama-sama terluka oleh prilaku manusia-manusia biadab yang membenci kita."

️♍️♍️

Sebelum berangkat sekolah, tak lupa Farhan berpamitan kepada Paman dan Bibinya.

"Aku bakalan bantu kamu buat masuk di ekskul Bahasa Jepang. Kamu jangan takut lagi, dan cobalah untuk berteman dengan semua orang di kelas."

Entah kenapa kata-kata Bulan waktu itu selalu membuat dia senang dan tersenyum.

Mengalami masa-masa pembullyan dari sejak kecil sampai SMP, membuat Farhan merasa kesulitan mencari teman di SMK. Meskipun di SMK dia tidak dibully lagi, tetap saja orang-orang tidak menyukainya. Dari sejak kecil dia sering dibilang aneh karena sering menyendiri, membuat dia mudah untuk dibully oleh yang lainnya.

Farhan tiba di sekolah pukul 06.50. Untung saja gerbangnya belum ditutup. Dia memang tidak suka datang pagi ke sekolah, alasannya masih sama seperti sebelumnya.

Sesampainya di kelas. Pandangannya tertuju pada Bulan yang sedang duduk sambil membaca novel Farhan segera duduk di sebelah Wildan yang tengah bermain ponsel.

Bel masuk pun berbunyi, semua orang di kelas menyimpan ponselnya ke dalam tas dan melakukan pembiasaan GLS (Gerakan Literasi Sekolah). Jika mereka ketahuan masih bermain ponsel, guru tidak akan segan mengambil dan langsung membantingnya sampai rusak. SMKN Perjuangan memang mempunyai peraturan yang sangat ketat, bahkan sebagian murid banyak yang pindah sekolah karena merasa keberatan.

Saat jam istirahat, baterai ponsel Bulan sudah sekarat minta 'diinfus'. Tempat pengecasan di kelasnya ada di belakang bangku Farhan dan Wildan. Bulan pun segera beranjak. "Ada casan kosong, nggak? Pinjem, dong," ucap Bulan.

"Nih, punya gue," sahut Rizki sambil memberikan chargernya.

"Pinjem, ya. Sekalian nitip hp. Aku mau jajan dulu."

"Eh ... Lan, gue nitip cilok ya. Uangnya dari lo dulu," ucap Rizki.

"Oke."

Bulan pergi ke kantin bersama Risna dan Sri. Setelah ke kantin membeli nasi goreng dan membeli cilok pesanan Rizki, Bulan kembali ke kelas dan duduk di samping Rizki yang sedang bermain Freefire.

"Nih, ciloknya."

"Berapa?"

"2 ribu."

"Nih, uangnya. Thanks, ya." Bulan hanya mengangguk. Dia mulai memakan nasi gorengnya. Jika saat SMP Bulan lebih suka menyendiri dan berdiam di kursinya, sekarang dia lebih suka banyak bicara dan berpindah-pindah tempat duduk. Bulan sebenarnya tahu kalau Farhan sedang memperhatikannya makan.

"Kenapa ngeliatin mulu? Mau?" tanya Bulan kepada Farhan.

Farhan yang terkejut segera menggeleng dan kembali lagi menggambar. Bulan segera menghabiskan nasi gorengnya. Selesai makan dia mencondongkan badannya ke depan, melihat sesuatu yang sedang digambar oleh Farhan.

"Wah .... Gambar kamu bagus banget." Lagi-lagi Farhan terkejut dan segera menutup buku gambarnya.

"Ihh ... kok, ditutup." Farhan hanya menggeleng-geleng tidak jelas.

"Lo ngomong sama si 'bisu'?" bisik Rizki tepat di telinga Bulan agar Farhan tidak mendengarnya. Namun, meskipun Farhan tidak mendengar ucapan Rizki, dia tahu kalau Rizki sedang membicarakan dan mengejeknya.

VIRGO [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang