"Saat ada orang yang mau berteman denganku dan selalu membuatku nyaman, aku malah disuruh untuk menjauhinya. Apakah memang takdirku harus tidak punya teman?"
♍️♍️♍️
Farhan yang sejak jam 06.30 sudah berada di kelas, tidak melihat keberadaan Bulan di kursinya, bahkan tasnya pun tidak ada. Sudah pasti Bulan belum datang ke sekolah.
"Tumben dia belum datang. Apa dia tidak sekolah ya?"
Sejak pulang dari pesta ulang tahun Zidan, Farhan merasa kalau sahabatnya itu menjadi sedikit berbeda. Saat pulang, dia hanya diam saja seperti melamun atau mungkin memikirkan sesuatu. Farhan kemudian mulai menggambar untuk menghilangkan rasa jenuhnya. Sambil sesekali melirik ke arah bangku Bulan, tetapi dia belum datang juga.
Farhan beranjak ke luar kelas, entah apa yang dia lakukan, mungkin menunggu Bulan di sana.
"Kenapa aku sangat khawatir?"
Pukul 06.55. Barulah Farhan melihat Bulan berjalan menuju ke kelas. Bulan melewati Farhan, tetapi tidak menyapanya seperti biasa. Dia berjalan dengan menunduk, dan ekspresi wajahnya seperti sedang bersedih.
"Tidak biasanya dia seperti itu," batin Farhan. Dia juga kembali masuk ke kelas.
Tidak lama kemudian, seorang guru masuk ke dalam kelas. Pelajaran pun segera dimulai. Farhan melirik ke arah Bulan, dia tetap saja menunduk.
Saat istirahat Bulan pergi ke luar, mungkin ke kantin. Namun kali ini tidak membawa dan memakan jajanannya di bangku Farhan. Dia kembali saat bel masuk berbunyi.
Begitu pula saat pulang sekolah, Bulan pulang sekolah sendiri tanpa mengajak Farhan. Farhan hendak menyusul Bulan yang dia lihat sudah masuk ke dalam bus. Namun Farhan dihadang oleh sebuah motor ninja, hampir saja motor itu akan menabraknya. Cowok yang menaiki motor tersebut segera turun dan membuka helmnya. Zidan. Ya, cowok itu adalah Zidan.
Zidan menarik kerah baju Farhan. "Jujur sama gue, lo ada hubungan apa sama Bulan?"
Farhan mencoba mendorongannya dan berhasil terlepas. "Bukannya kamu sudah mendengarnya sendiri kemarin?"
"Bullshit, Bro! Kalau nggak ada lo, Bulan pasti bakalan terima gue."
"Aku tidak ada urusan dengan hal itu," ucap Farhan lalu hendak pergi.
Zidan mencekal lengnya.
Bugh.
Bugh.
Farhan tidak melawan. Dia tidak suka berkelahi, bahkan dia tidak bisa membalas pukulan Zidan.
"Lo denger baik-baik, itu cuman peringatan. Sebaiknya lo menjauh dari Bulan, kalau lo berani deketin dia lagi awas aja lo," ancam Zidan.
"Gue nggak ngerti, kenapa Bulan mau sahabatan sama lo? Dasar cowok aneh!" Zidan lalu pergi bersama motornya.
"Saat ada orang yang mau berteman denganku dan selalu membuatku nyaman, aku malah disuruh untuk menjauhinya. Apakah memang takdirku harus tidak punya teman?"
Farhan melirik ke arah bus yang dinaiki Bulan tadi, sudah tidak ada. Hari ini dia pulang sendiri lagi, dengan keadaan rahang lembab dan berdarah, perutnya juga sakit akibat pukulan dari Zidan. Farhan merasa kalau hari ini Bulan telah melupakannya.
"Hari ini aku merasa ... hari yang sial untukku."
***
Malam ini, masih seperti malam kemarin bagi Bulan. Begitu menyakitkan! Dia tidak henti-hentinya menangis tanpa mengeluarkan suara. Percayalah, menangis seperti itu lebih menyakitkan daripada menangis sambil berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRGO [COMPLETED]
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Warning! Belum direvisi. Kritik dan saran sangat membantu. Bulan September. Nama dari seorang gadis sederhana yang penuh dengan kejutan di dalam dirinya. Zidan Firzatullah adalah cinta pertama Bulan di SMK, sedangkan Farha...