Ini adalah perjalanan pulang paling melelahkan sepanjang 27 tahun Seungwoo.Seumur-umur Seungwoo baru merasakan langkahnya seolah digelayuti beban berpuluh-puluh kilo. Meski dulu pernah seletih ketika pulang berjalan kaki setelah bermain basket, lamun sensasinya jelas berbeda dengan saat ini.
Ada kalanya Seungwoo ingin memutar balik waktu. Kembali ke masa anak-anak dimana dia tidak perlu banyak memikirkan persoalan duniawi. Kegiatan hanya berpusat pada bermain, mengerjakan PR, bermain lagi, menonton tv, bermain dan bermain.
Masa dimana Seungwoo dipenuhi imajinasi luar biasa. Mendambakan kantong ajaib milik doraemon yang membuat segalanya menjadi praktis.
Sayang sekali benda tersebut hanya khayalan semata yang sengaja dibuat oleh pengarang demi memuaskan angan-angannya sendiri. Andai benar adanya, cukup satu yang ingin Seungwoo miliki yaitu pintu kemana saja. Sehingga dia tidak perluㅡsetiap hariㅡbersusah payah mengangsurkan kaki manaiki anak tangga ini.
Sial...betisnya bisa bengkak.
Dengus napas kasar Seungwoo membaur bersama angin malam. Lelaki itu terhenyak sewaktu menyadari kehadiran sosok lain di beranda rumahnya.
“Minju?”
“Kakak udah pulang? tapi kenapa aku gak dengar suara mobil?” Minju menelengkan kepala penuh tanya.
Kebetulan hari ini memang jadwal servis bulanan. Siang tadi Seungwoo membawa mobil kesayangannya kebengkel lalu pulang dengan taksi.
Maunya sih menebeng Jinhyuk supaya hemat ongkos, tapi dia berdalih punya acara mendadak. Byungchan pun sama ketika dimintai tolong langsung melesat kabur secepat angin.
Kurang ajar kan?
Seungwoo menerka-nerka bahwa kedua bawahannya ini menyimpan dendam kesumat. Jelas sekali kalau sedang bertatap muka di ruang rapat kilatan mata mereka menyiratkan oh-lihat-saja-nanti-Han-Seungwoo. Mereka seperti orang yang kebakaran jenggot padahal kumis pun tak punya.
Namun Seungwoo tak lantas menghiraukan. Dua-duanya sudah mengenal betul Seungwoo sampai busuk-busuknya hati.
Yah, anggap saja ini pembalasan dari kaum tertindas. Maklum, dulu senioritas masih dijunjung tinggi di universitas.
“Aku pulang naik taksi. Mobil sedang di servis.” Tapi seharusnya Minju masih bisa mendengar suara mesin kecuali dia sedang melamunkan sesuatu.
Gadis itu mengangguk paham sambil berbalik mengikuti gerakan Seungwoo yang mendekat ke mulut pintu.
“Sudah lama nunggunya?” tanya Seungwoo membuka kunciannya.
“Em-hm, baru sepuluh menitan.”
Seungwoo mendorong pintu agar terbuka lebar dan mempersilahkan Minju masuk terlebih dahulu.
“Sudah makan?”
“Sudah, Kak.” Minju mengambil duduk di sofa mungil depan televisi sementara Seungwoo melepas jasnya dan melemparnya sembarang pada sandaran kursi.
Dasi yang menjerat leher segera dilonggarkan selagi tangan satu membuka kulkas, mencari sesuatu untuk tamunya.
“Aku belum belanja. Gak ada yang bisa disuguhkan,” ucap lelaki itu meletakkan satu minuman kaleng di atas meja, satu lagi diteguknya.
“Makasih, Kak.” Minju menggulum senyum tanpa menyentuh kaleng berembun itu.
“Gimana kabar tante?”
Sofa berguncang sedikit waktu menahan beban Seungwoo. Benturan kaleng yang ditaruh pada permukaan kaca meja tak ubahnya aura ganjil yang mengambang.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Boss
FanfictionSeungyoun tidak tahu jika Bos barunya ialah Han Seungwoo-seseorang dari masalalu-yang sempat memberinya mimpi buruk. Remake from Mr. Nam Seungzz version ⚠ Top!Woo ⚠ bot!Youn warn : bxb angst bullying