Sinting.
Seungyoun bergeming dalam duduknya, meski jantung bertindak sebaliknya.
“Maksudnya apa ya? Kamu pikir uang bisa membeli saya? Saya memang suka uang tapi gak gini caranya.”
Terdengar erangan keluar dari mulut Seungwoo. Kali ini diikuti gerakan tangan yang menggosok wajah, frustasi. “Kenapa ngomong sama kamu selalu menimbulkan presepsi lain...”
“Ya gimana, jelasin yang bener.” Tiba-tiba Seungyoun bernada garang.
“Tuhan... Saya gak tahu harus mulai lagi dari mana,” gerutu pengusaha muda itu sambil menggaruk leher yang tidak gatal. Dia benci jika harus melakukan pengulangan. “Jawab aja lah, udah.”
“Apanya yang harus dijawab?”
“Pertanyaan tadi lah!”
“Saya gak tahu.” Ujung dengan ujung alis Seungyoun nyaris beradu lantaran kurang paham maksud lelaki itu. Sementara Seungwoo harus menahan diri untuk tidak menaikan nada suaranya.
“Seungyoun....” Ditegakkan lah posisi duduk Seungwoo. Kini badannya sedikit condong ke depan dengan kedua siku menopang beban di atas meja. Satu jari teracung lalu bergerak memberi gestur kepada Seungyoun supaya mendekat.
Seperti kucing yang penurut, Seungyoun pun merapatkan diri.
Begitu jarak wajah keduanya hanya berkisar sejengkal, Seungwoo berbisik,“Saya kasih jawaban pilihan ganda.”
“......”
“Jawaban a, Oke, saya mau. Jawaban b, Setuju. Jawaban c, Baiklah, ayo pulang ke rumahmu lalu cuddle dan cium-cium. Jawaban d, Ayo langsung menikah saja. “
Seungyoun tidak bisa mengatakan apa-apa. Jantungnya berdetak seperti orang yang habis berlari puluhan kilometer. Perutnya pun seperti dipenuhi ribuan kupu-kupu yang berdesakkan. Apa Seungwoo sedang.....melamar?
Seungwoo berupaya mengontrol diri agar tidak menerkam sewaktu mendapat respon sangat menggemaskan dari Seungyoun. Mata kecebong Seungyoun membeliak. Pipi dan telinganya bersemu merah seperti tomat. Desakan untuk mencium Seungyoun pun jadi begitu kuat.
Seungyoun memundur. Segera meraih pipet dan mengaduk-aduk minumannya sebentar sebelum menyeruput isiannya. Dia menghabiskan setengah isi, dan menelan cairan itu agak terburu-buru.
“Aneh banget.” Sahut Seungyoun.”Kamu aneh.”
“Aneh gimana?”
“Gak malu kalau nanti diomongin sana-sini?”
Telinga Seungwoo langsung berdengung. Otaknya secara otomatis mengaitkan memori tentang ucapannya dulu pada Seungyoun.
“Gak takut?”
“Kan belum dicoba... “ Seungwoo menjawab nyaris tak bersuara. Rasanya seperti menjilat ludah sendiri.
“Kemarin dulu kamu mencecar, menyudutkan saya. Bilang apa gak malu. Apa gak takut. Sekarang, saya pengin dengar dari kamu.”
Lelaki di depannya menatap jauh lebih galak ketimbang hari-hari biasanya. Dan entah kenapa Seungwoo merasa ciut nyalinya. Jika dibandingkan dengan Seungyoun, pengalaman Seungwoo dalam hal ini jelas kalah. Keyakinannya juga tidak seberapa. Dia baru mau terjun dan menantang kodrat. Ibarat air, Seungwoo hanya seluas dan sekelas air dalam bejana, sedangkan Seungyoun memilikinya selebar dan sedalam samudera. Dia jadi sangsi sendiri ketika memikirkan jawabannya. Takut kelak tidak bisa sekuat yang ditegaskan.
“Mau nyoba dulu.”
“Kalau gak yakin, gak usah ngomong macem-macem. Ngomong yang aneh-aneh kaya tadi.” Tegur Seungyoun merasa diri dipermainkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Boss
FanfictionSeungyoun tidak tahu jika Bos barunya ialah Han Seungwoo-seseorang dari masalalu-yang sempat memberinya mimpi buruk. Remake from Mr. Nam Seungzz version ⚠ Top!Woo ⚠ bot!Youn warn : bxb angst bullying