File No. 14

545 60 8
                                    


“Aku telepon kok gak pernah diangkat?”

Seungyoun menghentikan gerakan meneguknya ketika Hangyul membuka suara. Diletakkannya cawan di atas tatakan lalu ditatapnya Hangyul yang duduk bersilang tangan di depan dada. “Situasinya gak memungkinkan.”

Pagi-pagi sekali, saat Seungyoun baru terbangun dari tidur lelapnya, dering ponsel menjerit tepat di sebelah telinga. Seungyoun segera menyambar benda kecil itu dan menelisik siapa yang menghubungi sepagi ini.

Ternyata Hangyul.

Lantaran merasa tidak enak karena berkali-kali me-reject panggilan Hangyul, akhirnya satu kali tadi dia angkat.

Hangyul melirik ke belakang punggung Seungyoun. Kemudian sambil bertopang dagu di atas meja kafe, dia melanjutkan,“Aku pikir kamu sengaja menghindar.”

Seungyoun nyaris tersedak ludah sendiri. Beruntung dia cepat-cepat mengontrol napas. “Gak lah,” sergahnya padahal tebakan Hangyul sama sekali tidak meleset. Dia tidak enak hati kalau harus berkata jujur.

“Sempat mikir juga kamu dilarang ketemu aku sama seseorang.” Dengan wajah malas-malasan Hangyul melempar pandangan lurus melewati bahu Seungyoun. “Gak tahu kalau kamu punya bodyguard baru.” Lalu dia tersenyum sinis waktu orang di balik punggung Seungyoun membalas sindiran Hangyul dengan decakan keras.

Seungyoun segera memijit pelipis yang mendadak berkedut-kedut. “Cuekin aja.”

Dia sudah terlalu pusing menghadapi Seungwoo. Hampir putus asa.

Sejak hari dimana Seungyoun mendorongnya menjauh, alih-alih pergi, Seungwoo malah semakin menempel seperti cicak. Tingkahnya sekarang benar-benar out of character. Seungyoun bahkan tidak tahu menahu jika Seungwoo memiliki sisi se-clingy ini. Hampir setiap hari dia mengekori Seungyoun kemana-mana. Kalau ada penghargaan stalker of the year, mungkin Seungwoo sudah keluar sebagai pemenangnya.

“Dia gak ada kerjaan atau gimana?”

“Dia bos, jadi suka-suka dia.” Seungyoun menyungging senyum kecut. “Aku yang murni gak punya kerjaan.”

“Lho?? Kamu dipecat?” Hangyul membelalakan matanya. Dia menunjukkan mimik penasaran setelah mendapat anggukan.

“Mengundurkan diri lebih tepatnya.” ralat Seungyoun, tidak ingin citranya terlihat buruk.

“Kenapa?”

“Karena foto saat kamu nyium aku beredar di kantor dan bikin geger.”

Hangyul mematung di tempat. Darahnya seolah membeku waktu mendengar kabar tersebut. Paranoid.

Seungyoun segera mengibaskan tangan di depan wajah dan buru-buru menenangkan. “Mukamu gak kelihatan kok.”

Alih-alih bernapas lega, Hangyul menukikkan alis. “Aku gak peduli ya kalaupun mukaku terekspos. Aku justru lebih khawatir ke kamu. Kenapa gak bilang dari awal? Siapa yang nyebarin foto itu?”

“Minju. Ceweknya Seungwoo,” jawab Seungyoun agak lirih dan hati-hati supaya lelaki yang duduk di belakangnya tidak tersinggung. Namun, Seungwoo masih dapat mendengarnya dengan jelas.

“Udah bukan cewekku!” sahut Seungwoo tidak terima.

Mereka berdua memutuskan untuk tak mengindahkannya.

Seungwoo kemudian mencebik. Dia meneguk americano-nya tapi lupa jika kopi itu masih mengeluarkan asap panas. Sehingga ketika cairan itu baru menyapa lidahnya, Seungwoo memekik disertai desisan tertahan. “Shit!

“Gila, parah. Psyco banget.” Hangyul berdecak, membayangkan diri di posisi Seungyoun. Seketika saja bulu kuduknya meremang sehingga dia tak sanggup berkhayal lebih jauh.

The BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang