Warn: Drama! Homophobic!***
Arang itu jikalau dibasuh dengan air mawar sekalipun, tiada akan putih.
Seperti kelakuan Seungwoo.
Mungkin itu yang menyebabkan Seungyoun terjebak di situasi tak menguntungkan ini.
Di tempat lain, dimana kemungkinan seseorang sedang menunggunya, disini, Seungyoun malah bergeming memandang atasannya. Pergelangan tangan yang dicengkeram kuat seakan menyampaikan pesan supaya dia tetap tinggal. Namun, Seungyounㅡ sebagai pria yang penuh pertimbanganㅡ tak serta merta meyakini perintah samar itu. Seungyoun bukan cenayang yang bisa menerawang pikiran orang. Bukan pula pakar mikro ekspresi yang dapat membaca bahasa tubuh lawan bicaranya. Dia benar-benar menunggu Seungwoo angkat bicara atau minimal melepaskan tangannya.
“Saya antar, ya?”
Apa sih...
Kenapa jantung Seungyoun jadi berdebar begini. Punggungnya menggigil bagai dibelai udara dingin hanya karena suara lembut Seungwoo yang menyapa telinga.
“Gak usah,” tolak Seungyoun dengan sopan. “Bukannya Bapak ada janji dengan pacar Bapak?”
Seungyoun mendengar jelas percakapan keduanya sewaktu mereka masih di dalam mobil.
Ketika Seungyoun membuka mata, dia mendapati diri terselimut jas milik Seungwoo. Belum sepenuhnya sadar saat Seungwoo mengangkat panggilan Minju sambil menoleh ke arahnya.
Selagi Seungwoo berbicara dengan gadis itu, Seungyoun semakin meringkuk dan mengeratkan balutan kain pada tubuhnya. Tanpa sadar dia pun mengendus-endus aroma parfume Seungwoo yang tertinggal di sana.
Kira-kira lima menit setelah bergelut mencari posisi yang nyaman untuk meringkuk lagi, Seungyoun tersentak dengan mata yang terbuka lebar-lebar. Dia baru ingat ada janji dengan Hangyul.
Seungyoun berlari memasuki gedung perkantoran, meninggalkan Seungwoo yang masih sibuk dengan telepon genggamnya. Saat sudah di lantai atas, Seungyoun mengemasi barang-barang. Ia kembali masuk ke lift untuk turun ke lantai dasar.
Seungyoun melewati lobby yang sudah sepi senyap. Disana hanya ada sekuriti yang berkeliling lalu memberikan seulas senyum begitu berpas-pasan dengan Seungyoun.
Saat Seungyoun menembus pintu putar, Seungwoo berjalan ke arahnya. Sebagai karyawan yang baik, dia kemudian membungkuk, pamit undur diri; namun langkahnya terhalang. Tiba-tiba saja Seungwoo mencengkeram pergelangan tangannya.
“Saya bisa jemput dia sambil ngantar kamu pulang.” Seungwoo menatapnya penuh kekhawatiran.
“Saya bisa naik taksi, Pak.”
“Ini sudah malam, lho.”
“Iya, saya juga tahu.” Yang bilang pagi siapa...
“Kayaknya mau hujan.”
“Memangnya kenapa kalau sudah malam dan hujan?”
“Berbahaya.” Hardik Seungwoo melihati sekeliling.
“Pak... Saya laki-laki, lho... Kalau Bapak lupa. Dan saya bisa jaga diri.”
Seungwoo menatap sangsi. “Kamu yang kerjaannya nyium aspal bisa jaga diri?”
“K-kapan saya... Oh—itu kan cuma sekali pas mabok!” Seungyoun protes lantaran dituduh ceroboh. Telinganya sudah merah padam menahan malu.
“Tetep aja bikin was-was.”
Darah Seungyoun berdesir. Tapi dia abaikan ketika sekelebat bayangan gadis lain hinggap di pikirannya. “Yang harusnya Bapak khawatirkan kan pacar Bapak yang lagi nungguin.”

KAMU SEDANG MEMBACA
The Boss
FanfictionSeungyoun tidak tahu jika Bos barunya ialah Han Seungwoo-seseorang dari masalalu-yang sempat memberinya mimpi buruk. Remake from Mr. Nam Seungzz version ⚠ Top!Woo ⚠ bot!Youn warn : bxb angst bullying