Ayah Seungwoo tidak bisa datang untuk sekarang. Setelah pihak rumah sakit menghubungi relatifnya, Han Hyukjae lah satu-satunya orang yang hadir pada waktu itu.Seungyoun berdiri lalu membungkuk saat mantan bosnya itu lewat dan memasuki ruang ICU. Wajahnya begitu tegang.
Dua hari setelah penanganan pertama, Seungwoo masih betah berkeliaran di alam bawah sadarnya. Ruangannya di pindah ke ICU. Sementara itu, Seungyoun senantiasa menunggui di depan sana. Bolak-balik keluar masuk rumah sakit dan terkadang sampai menginap.
Beberapa kali Han Hyukjae menyuruhnya untuk pulang dan menyerahkan Seungwoo ke dalam penjagaannya. Namun, Seungyoun bersikeras menolak. Dia meminta pada Hyukjae supaya mengijinkannya untuk tetap tinggal. Mengetahui kronologis kejadiannya, seharusnya Han Hyukjae paham mengapa Seungyoun begitu.
Hyukjae memberikan helaan napas panjang. Menyerah dalam menghadapi kekerasan hati Seungyoun. Pria berusia 32 tahun itu, menepuk pundak Seungyoun seolah menyalurkan dukungan emosional.
Hampir setiap hari ada saja yang menjenguk. Entah itu pegawai, teman dekatnya, atau kerabat Seungwoo sendiri. Pihak rumah sakit hanya memperbolehkan satu dua pengunjung saja untuk memasuki ruangan. Hal ini demi meminimalisir perkembangan bakteri dan penyebaran virus.
"Lo kelihatan kusut banget."
Mata yang semula mengatup, kini terbuka lebar. Seungyoun menarik kepala yang semula menempel pada dinding, menghadap sumber suara.
Wooseok.....?
Rekan kerja yang sekaligus merangkap jadi sahabatnya itu mengambil duduk di sisinya.
Seungyoun menguap sambil meraup pipi. Lingkaran hitam tercetak jelas di sekitar matanya. "Kurang tidur."
Walaupun mereka sedang dalam konflik, Seungyoun menjawab dengan santai seolah tidak terjadi apa-apa diantara mereka.
Pria berpawakan kecil itu kemudian tersenyum tipis. Bermain dengan tali jaket yang terlilit di sekitar pinggang. Lalu menelisik wajah Seungyoun yang kuyu.
"Kenapa gak pulang dan istirahat?" tanya Wooseok penasaran. "Lo peduli banget sama Pak Han sampai rela nungguin."
"Karena gue penyebab dia kecelakaan. Apa yang bisa gue lakuin, selain duduk disini jagain dia? Bayar biaya rumah sakit?" Lalu Seungyoun tersenyum kecut. "Gue gak punya banyak uang, Seok. Tabungan gue belum tentu nutup tagihan rawat inapnya. Satu-satunya hal yang bisa gue tawarkan cuma jasa." Dia menambahkan sambil bermain dengan ujung sepatunya.
"Jujur gue kesel sama lo." tukas Wooseok tiba-tiba. "Kesel setengah mati. Gue pikir elo sahabat gue. Ngira gak bakal ada rahasia diantara kita. Ternyata, lo nyimpan banyak hal yang gak gue ketahui."
Hening menyelimuti lorong. Seungyoun menggigit pipi bagian dalamnya. Menunduk dan tidak banyak berkomentar.
"Sebel rasanya. Macem gak dipercaya. Ini bukan karena gue iri liat foto lo sama Hangyul. Tapi lebih karena lo gak ngomong apapun soal hubungan kalian."
Dipandanginya Wooseok dengan tatapan horror. Dia cengkeram pundak Wooseok hingga empunya menghadap.
Bagaimana mungkin Wooseok mengenali sosok yang berada satu frame dengannya?
"Gak perlu sekaget itu," sergah Wooseok menepuk paha Seungyoun."Gue kan fans-nya jadi gak akan sulit buat ngenalin ciri-ciri dia."
Namun, justru itu yang membuat Seungyoun semakin merisau. Berapa banyak orang yang mengidolakan Hangyul dalam kantornya? Kalau satu-persatu dari mereka menyadari ciri-ciri tersebut, maka bisa jadi karir Hangyul dalam bahaya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Boss
FanfictionSeungyoun tidak tahu jika Bos barunya ialah Han Seungwoo-seseorang dari masalalu-yang sempat memberinya mimpi buruk. Remake from Mr. Nam Seungzz version ⚠ Top!Woo ⚠ bot!Youn warn : bxb angst bullying