Happy Reading💕
.
.
.
Beberapa hari setelah kejadian yang menimpanya, Aira kembali ke sekolah sesuai dengan keputusannya kemaren. Sebenarnya ia masih ragu untuk kembali ke sekolah, karena kondisinya yang masih belum stabil dan orang tuanya terutama ibunya sangat khawatir padanya apabila ia kembali ke sekolah. Tapi apalah daya Aira tidak mau kembali merepotkan orang tuanya dan ia berusaha seolah tidak terjadi apa-apa, melupakan kejadian yang menimpanya kemaren.Sesampainya ia di gerbang sekolah. Langsung saja kakinya melangkah memasuki area sekolah. Melihat koridor yang masih sepi membuat hati gadis itu sedikit tenang.
Tak lama sampailah ia di kelasnya. Keadaan kelas masih kosong. Aira meletakkan tasnya kemudian menelungkupkan kepalanya diantara kedua tangannya diatas meja.
"Aira?" Panggil seseorang yang sudah berdiri dihadapannya.
Aira menegakkan kepalanya. "Pagi Arsila." Ucap Aira dengan senyum di wajahnya.
Sila segera memeluk Aira melepaskan rasa rindunya pada gadis itu.
"Lo kemana aja sih Ra, udah tiga hari lo tanpa kabar, gue kangen tau nggak, lo baik-baik aja kan? Terus muka lo kenapa ada luka gini?" Tanya Sila beruntun mengamati wajah Aira yang terdapat beberapa luka, setelah dia melepaskan pelukannya.Aira terkekeh melihat wajah Sila yang terlihat sangat khawatir padanya.
"Aku nggak papa kok." Jawab Aira sekenanya."Tapi wajah lo kenapa?" Tanya Sila menunjuk wajah Aira yang ada lukanya.
Aira tersenyum tipis, ia bingung menjawab jujur atau berbohong pada Sila. Tapi ia tidak mau membuat Sila khawatir padanya dan Aira juga tidak mau mengungkit kejadian kemaren.
"Heheh, i-ini..." Aira menginggit bibir bawahnya bingung apa yang akan ia jawab.
Sila menghirup nafasnya pelan, ia tau bahwa Aira mungkin belum siap menceritakannya padanya.
"Yaudah lo kalau nggak mau cerita sekarang nggak papa. Gue siap kok kapan pun jika lo mau cerita gue akan dengan senang hati mendengarkannya. Gue telah menganggap lo saudara gue sendiri. Jadi lo bisa mencari gue kapan aja." ujar Sila tersenyum tulus sambil mengusap bahu Aira lembut.Aira tersenyum haru mendengar jawaban Sila. Ia bersyukur dapat mengenal Sila yang sangat baik padanya. Tak sadar setetes air mata turun di wajahnya dan ia segera mengusapnya.
"Lo kenapa nangis? Gue salah ngomong ya?" Tanya Siila merasa bersalah karena melihat Aira menitikkan air matanya.
Aira menggelengkan kepalanya dan langsung memeluk Sila.
"Makasih ya Sil, kamu mau berteman sama aku, dan selalu ada untuk aku, walaupun kita baru kenal, tapi aku bersyukur mempunyai teman sebaik kamu Sil." Serunya.Sila mengusap pelan punggung Aira.
"Iya sama-sama, gue senang kok berteman sama lo." Balas Sila.Dua sekawanan itu masih saja berpelukan, membuat jengah orang yang sedang berdiri di pintu masuk sedari tadi. Karena bosan dia pun berjalan masuk menghampiri mereka.
"Ekhm." Deheman keras menghentikan aksi peluk memeluk Sila dan Aira.
Mereka segera melepaskan pelukkannya lalu menolehkan kepala pada orang yang berdiri dihadapannya.
Setelah tau siapa yang berdiri dihadapannya, Sila sempat kaget tak lama langsung mencebikkan bibirnya kesal."Ngapain lo kesini?" Tanya Sila ketus.
Vino mengangkat tangannya melihat tatapan sila padanya.
"Santuy atuh Neng, Aak cuma kebetulan lewat aja kok, eh tau-tau ada mak lampir lagi pelukan sama bidadari." Ujarnya panjang lebar menatap sinis pada Sila, gelar mak lampir yang ia berikan hanya untuk Sila bukan untuk Aira.

KAMU SEDANG MEMBACA
AIRA (REVISI)
Ficção AdolescenteJangan lupa follow sebelum membaca^^ SIAPKAN MENTAL SEBELUM MEMBACA! **** Semuanya terasa kelabu bagiku yang ada hanya bayang-bayang semu yang medominasi pikiranku. Hidupku tak tentu. Rasanya hampa. Saat kau datang. Rasanya sungguh indah. Tapi bersi...