Gael memberikan kunci mobilnya pada Pak Hadi yang hanya menatap anak laki-laki itu dengan bingung. Belum sempat Pak Hadi bertanya, Gael sudah mengikuti langkah guru kesenian di depannya. Pak Hadi menatap kunci mobil Gael yang kini ada di tangannya sejenak sebelum kembali menatap punggung Gael yang sudah menjauh.
Bukan trauma, hanya saja Gael belum merasa baik-baik saja untuk mengemudikan mobil lagi, dia teringat kejadian yang menimpa Bara.
"Semoga betah ya di sekolah ini." Wanita yang bernama Bu Lani -jika tidak salah begitu tadi kepala sekolah memanggilnya-menoleh ke belakang, tersenyum manis pada Gael.
Wanita itu mengajukan diri untuk mengantar Gael ke kelas barunya. Dan saat Bu Lani masih menjelaskan tentang cowok itu di depan kelas, Gael sudah melangkah begitu saja saat melihat sebuah kursi kosong. Ditatapnya si culun yang duduk di sebelah kursi kosong itu. Dan hanya dengan tatapan tajam milik Gael, Devid mengerti dan langsung bergerak pindah ke kursi kosong di sebelahnya. Membiarkan Gael duduk di kursi yang sebelumnya dia duduki.
Setelah 20 menit duduk di kursi barunya, Gael mendengar bel berbunyi bersamaan dengan keluarnya guru yang tadi mengajar di kelas itu. Gael ikut bangkit. Badannya gatal jika harus lama-lama duduk diam di dalam kelas. Melangkah keluar kelas, cowok itu menjauh dengan diiringi tatapan anak satu kelas. Bahkan anak satu kelas belum mendengar suaranya, tapi aura mengerikan dari Gael sudah bisa dirasakan semua orang yang baru melihatnya di SMA Rajawali.
Menatap kanan kiri, Gael bingung harus ke mana. Terdiam beberapa detik, cowok itu melangkah ke arah lapangan di tengah sekolah dan mendapati kantin di seberangnya. Walaupun sedang tidak ingin makan, tapi Gael merasa kantin adalah tempat yang sedikit lebih menyenangkan daripada kelas. Siapa tahu dia bisa merokok di sana.
Memasuki kantin yang luas, mata Gael mendapati gerombolan cowok-cowok yang sedang tertawa keras di ujung kantin di dekat lemari pendingin minuman. Dan begitu saja matanya menemukan cowok yang kini tampak sedikit tekejut melihat kehadiran Gael. Gael juga sama terkejutnya walau dia bisa mengendalikan diri.
Ada Anjas di sana. Dan Gael yakin jika gerombolan itu adalah salah satu geng berandal sekolah.
Mengalihkan pandangan, Gael meneruskan langkah menuju meja paling tak terlihat. Duduk di sana dan segera mengeluarkan rokoknya.
Dan di tempatnya, Anjas masih melirik Gael tak percaya. Apa-apaan? Pikirnya.
Kenapa dia harus satu sekolah lagi dengan Gael?
Bukannya takut atau khawatir, Anjas hanya merasa muak sekali melihat wajah cowok itu. Gara-gara dia, Anjas di marahi habis-habisan oleh pamannya begitu dikeluarkan dari sekolah sebelumnya.
Gael mengeluarkan bungkus rokoknya dan menatap kantin sekeliling. Keadaan kantin itu baik-baik saja sebelum seorang pria yang terkenal sebagai guru patroli, Pak Sarwo, masuk dan menghardik semua yang ada di sana. Gael menoleh lalu mendengus. Bahkan dia belum sempat merokok tapi sudah ada yang menganggunya.
"Bukankah ini masih jam pelajaran?! Kenapa kalian di sini?!"
Gerombolan Anjas kaget begitu saja. Mereka bergegas mematikan rokok masing-masing lalu bergerak bangkit.
"Kamu, Anton!"
Anjas dan teman-temannya hanya menghembuskan nafas begitu jari Pak Sarwo menunjuk lurus ke arah mereka. Tak ada yang bernama Anton di antara mereka. Pak Sarwo selalu asal-asalan menyebut nama. Berikutnya Anjas dan teman-temannya segera melarikan diri meninggalkan kantin sebelum dipermasalahkan oleh Pak Sarwo. Begitu juga dengan Gael, cowok itu diam-diam bangkit dan berlalu melewati pintu samping kantin, mau tak mau kembali menuju kelasnya.
Sampai di depan pintu kelas, Gael mendapati sudah ada seorang cewek yang tertidur di kursi si culun, di sebelah kursinya. Kepala Gael masih menoleh ke kiri saat mendaratkan bokongnya di sebelah cewek itu. Wajahnya yang terarah ke kiri, membuat Gael hanya bisa melihat rambut hitam milik cewek itu.
Saat akhirnya Devid memasuki kelas begitu kembali dari toilet, dia sudah mendapati Gael sudah di sebelah Laurie. Cowok itu langsung saja menatap Devid yang segera mengambil tasnya seakan mengerti dengan tatapan penuh ancaman itu. Devid segera melangkah keluar kelas untuk mengambil meja dan kursi baru.
Begitu si culun pergi dari hadapannya, Gael kembali melirik cewek di sebelahnya. Kening cowok itu berkerut karena kehadiran tiba-tiba cewek itu.
Tiba-tiba Laurie terbangun saat guru yang baru saja masuk berdiri di depan kelas memukul papan tulis dengan keras untuk menghentikan keributan di kelas itu. Dan tentu saja Laurie terkejut saat sadar ada cowok asing di sampingnya. Melirik kanan kiri dengan bingung, Laurie menemukan Devid yang duduk di bagian paling belakang kelas. Melirik lagi cowok di sebelahnya dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka, Laurie yakin bahwa cowok di sebelahnya itu adalah anak baru.
Tapi, kenapa harus duduk di sebelahnya?
Menghela nafas pendek, Laurie mencoba mengumpulkan nyawanya.
Tadi sebelum kembali ke kelas setelah mengantar minuman ke ruangan kepala sekolah, cewek itu di panggil oleh guru Bimbingan Konseling untuk datang ke ruangannya. Akhir-akhir ini Laurie sering terlambat dan prestasinya di kelas sedikit menurun. Oleh karenanya wanita itu ingin tahu apa alasan Laurie. Menghabiskan lebih dari satu jam kelas, Laurie mengungkapkan alasannya pada guru BK itu. Setelah mendapat nasihat, Laurie diperbolehkan kembali ke kelasnya. Dan saat itulah dia sadar jika dia kurang tidur. Jadilah begitu. Sampai di kelas, cewek itu tak lagi dapat menahan rasa kantuknya.
Gael tak mengerti apa ini yang namanya takdir. Baru tadi dia terpana dengan gadis itu, dan kini dia sedang duduk di sebelahnya. Melirik lagi Laurie dari ujung matanya, Gael mendapati cewek itu sudah fokus menatap ke depan kelas.
Lalu dengan sengaja Gael berdehem, setidaknya agar cewek di sebelahnya itu sadar dengan kehadirannya. Tapi nyatanya tidak, cewek itu tampak tak peduli dengan siapa yang ada di sebelahnya. Hingga akhirnya semua kelas berakhir, Gael tak mendapati cewek di sebelahnya itu menatapnya barang sedetik pun.
**********************************
Jangan lupa vote dan komen yaw. Sesederhana itu gue sudah merasa dihargai =)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gael Aland (Completed)
Teen Fiction"Hidup itu penuh kejutan, sekarang bahagia, besok bisa aja terluka. Tugas kita hanya bersiap-siap." - Gael. Gael Aland merasa jika hidupnya tidak lah mudah karena harus menjalaninya di saat satu persatu orang yang dia sayangi mulai meninggalkannya. ...