Gael Aland ● 9

2.1K 177 1
                                    

Laurie sedang melahap bekal saat suara Devid dari luar kelas memenuhi gendang telinganya. Selanjutnya Yaksa dan Banyu masuk ke kelas sambil mengangkat tinggi-tinggi sepatu yang diyakini Laurie sebagai milik Devid.

"Balikin sepatu aku Banyu." Suara memohon Devid muncul saat dia masuk ke kelas.

Kekehan Banyu terdengar, dia tampak berpikir sebelum membuka mulut. "Gampang! Lo tinggal buka celana lo trus lo gantung di depan pintu."

Lalu Banyu dan Yaksa terbahak keras. Diikuti beberapa anak di kelas setelah itu.

Laurie sudah benar-benar tak tahan, maka dia bangkit, begitu saja merebut sepatu itu dari tangan Yaksa sambil sedikit menjinjit dari belakang saat cowok itu tampak lengah.

Yaksa berbalik ingin memaki tapi lebih dulu mulut Laurie menyemprotnya. "Apa?Dasar banci ya lo berdua! Sampah!"

"Wah, pahlawan kesiangan kita datang!" Banyu tersenyum miring, "gue curiga lo cinlok sama si culun kalo lo terus-terusan belain dia." Dan cowok itu tertawa lagi.

"Seenggaknya dia jauh lebih baik dari lo!" Mata Laurie menatap tajam kedua cowok di hadapannya itu.

Bibir Devid sudah tertarik begitu telinganya mendengar ucapan Laurie.

Mengisengi Devid adalah cara Banyu untuk mencari perhatian Laurie. Dan benar saja, cewek itu akan selalu ikut-ikutan. Tapi kata-katanya selalu juga membuat Banyu kesal. Ingin sekali memukul mulutnya agar berhenti berkata kasar.

"Temenin gue makan!"

Suara itu muncul dari arah pintu, ada Gael di sana. Yaksa sudah mendekat ke arah Gael dengan patuh. Dan Banyu, cowok itu menutup matanya sejenak. Ditatapnya lagi Laurie yang selalu balas menatapnya.

Terbuat dari apa cewek ini? Banyu masih sempat bertanya dalam hati saat dia mulai menoleh dan melangkah menghampiri Gael yang kini dia patuhi sebagai bossnya itu.

Laurie menghela nafas panjang begitu mereka menghilang di balik pintu. Di ulurkannya sepatu di tangannya ke arah Devid yang sudah tersenyum.

Bel berakhirnya jam istirahat berbunyi bertepatan dengan habisnya bekal Laurie. Dia sangat bersyukur dengan apa yang sudah bisa dia makan hari ini. Di tambah lagi dengan kenyataan jika masakan ibunya tak pernah salah. Kelas dimulai tanpa keributan berarti. Dan Laurie heran kenapa Banyu tidak berulah seperti biasanya. Setidaknya dia akan menyaut-nyauti guru bersama Yaksa. Menertawai apa yang mereka lihat dan apa saja. Yang penting selalu menyebalkan.

Perlahan kepala Laurie menoleh ke arah meja mereka, penasaran dengan apa yang keduanya sedang lakukan. Siapa tahu sedang merancang ide untuk membuat kelas heboh. Dan begitu saja, mata Laurie langsung terkunci dengan mata tajam berwarna hitam legam itu. Beberapa detik Laurie tak berkedip sebelum akhirnya mengarahkan pandangnnya pada Banyu di sebelah cowok itu.

Gael masih menatap Laurie yang segera memutar kepalanya setelah baru saja beralih pada Banyu.

Laurie kembali mencoba fokus pada guru dan papan tulis. Setidaknya dia baru saja melihat Banyu sedang membuat gambar di bukunya. Mungkin karena itulah cowok itu teralihkan dan sejenak melupakan sikap kurang ajarnya di kelas. Sama sekali Laurie tak peduli dengan tatapannya baru saja dengan Gael, di saat cowok itu masih menatap punggung Laurie dengan sedikit kerutan di kening.

Apa baru saja dia melihat lebam di sudut mata cewek itu? Gael yakin dia tidak salah lihat.

Beberapa menit setelahnya Mang Toto, tukang bersih-bersih masuk kelas mereka. Mengantar beberapa spidol yang sudah diisi tintanya. Dan suara Banyu begitu menyadari kehadiran Mang Toto membuat kelas dipenuhi tawa.

"Cie Laurie... Mang Toto nyamperin lo ke kelas."

Laurie mendengus lalu melirik Banyu kesal.

"Mang, nanti tunggu Laurie dulu ya, katanya dia mau pulang bareng."

Mang Toto hanya diam saat kelas kembali dipenuhi tawa beberapa detik sebelum guru di depan kelas itu menegur mereka. Tak lupa memarahi Banyu yang hanya ditanggapi cowok itu dengan santai.

Laurie menghela nafas keras. Hanya karena beberapa kali Laurie memberi makanan pada Mang Toto, Banyu sudah mendapat bahan untuk menertawainya.

Begitu Mang Toto keluar dari kelas, Laurie memutar kepalanya menghadap Banyu. Rasa kesalnya tidak hilang dengan mudah. Apalagi penyebabnya adalah Banyu, si cowok sialan.

"Kenapa? Lo masih belum terima gue tolak?"

Kini semua orang di kelas itu hanya menahan tawanya saat wajah Banyu mulai memerah hingga ke telinga.

Satu sekolahan juga tahu kabar itu. Sejak pertama sekelas dengan Laurie, Banyu sudah memperlihatkan rasa ketertarikannya cewek itu. Tapi sikap Banyu yang suka seenaknya membuat Laurie menolaknya tanpa pikir panjang. Kejadian yang tadinya hanya diketahui anak satu kelas, dengan cepat diketahui anak satu sekolahan.

Dan Laurie pikir itu adalah keputusan terbaik dalam hidupnya. Lihatlah sekarang, sifat asli Banyu yang sangat minus itu keluar dengan alami. Membully Laurie di setiap kesempatan adalah bentuk balas dendam Banyu atas apa yang diperbuat Laurie hingga membuatnya sangat malu.

Di tempatnya, Banyu kehabisan kata-kata. Sangat kesal dengan kenyataan yang diucapkan cewek itu. Maka dia memukul meja dan kembali mendapat teguran dari guru di depan kelas atas perbuatannya.

Sebelah alis Laurie naik saat kembali menatap Banyu. Senang sekali mempermalukan cowok itu hingga membuat wajahnya memerah hingga ke telinga.

Dan sisi lain, Gael terkekeh lucu di tempatnya. Selain karena fakta yang baru saja dia tahu, wajah penuh kemenangan Laurie sangat menghibur di matanya.

**********************************

Jangan lupa vote dan komen yaw. Sesederhana itu gue sudah merasa dihargai =)

Gael Aland (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang