Banyu tersenyum penuh arti saat Laurie sudah duduk di kursinya sekembalinya dia dari perpustakaan. Cewek itu tampak sedang menulis sesuatu di bukunya tanpa sedikitpun curiga. Dan Banyu senang saat akhirnya rencananya akan menjadi hal yang besar untuk Laurie hari ini. Berharap cewek itu dihukum atau yang paling parah, dikeluarkan dari sekolah. Banyu terkekeh untuk pikirannya itu.
Sekitar 5 menit setelahnya, Gael masuk ke kelas setelah baru saja dia dari ruangan eskul teather untuk merokok. Sekolah ini benar-benar membosankan, pikirnya. Kecuali satu, matanya sudah menangkap keberadaan Laurie saat perlahan kakinya mendekat dan duduk di sebelah gadis itu. Iya, kini kursi Devid sudah beralih menjadi miliknya. Tentu saja Gael harus menepati janjinya agar Devid tidak boleh disentuh oleh Banyu dan Yaksa. Mungkin jika Devid sedikit saja mengaduh, Laurie akan segera menendang Gael dari kursi Devid. Mungkin juga meneriaki Gael. Begitulah hal yang dipikirkan Gael saat tak pernah dia melihat cewek itu memasang raut ramah atau senyumnya seperti di pertemuan pertama mereka. Laurie bersikap ramah di depan kepala sekolah dan Laurie tertawa saat Banyu dan Yaksa dihukum Pak Subur di bawah tiang bendera.
Kemunculan Gael membuat Banyu tak lagi dapat melihat apa yang dilakukan Laurie di sebelah cowok itu. Badan tinggi Gael menghalangi semuanya. Banyu masih tak mengerti kenapa Gael masih saja duduk di sebelah gadis itu. Tak mau berpikir jika Gael tertarik pada Laurie karena Banyu tak melihat tanda-tandanya, cowok itu memutar badan dan tentu saja kini di sebelahnya ada Devid. Cowok sialan yang membuat Banyu berkali-kali harus memukul meja agar tak memukul kepalanya. Banyu benar-benar tak betah jika harus duduk bersebelahan dengan Devid. Tapi tak ada cara lain, Gael memintanya harus duduk berdampingan dengan cowok culun itu. Saat banyu bertanya kenapa, Gael dengan santai menjawab:
"Siapa tahu kalian bisa jadi teman."
Apa-apaan?
Banyu tahu Gael meledeknya. Dan Banyu tahu dirinya tak bisa protes.
Jika ditanya pada Gael apa maksudnya menyuruh Devid duduk di sebelah Banyu, maka jawabannya adalah agar Laurie sering menoleh ke arah Devid untuk memastikan keadaannya. Tentu saja mau tak mau Laurie harus menatap wajah Gael dulu sebelumnya. Entahlah, kini Laurie menjadi alasan utama Gael ke sekolah. Betapa pedas mulut cewek itu seakan menjadi lagu yang indah di telinga Gael. Belum lagi ekspresi sebalnya.
Pak Sarwo masuk ke kelas beberapa menit setelah itu. Sejak tadi Laurie mengulang materi yang tadi malam juga dia baca. Hari ini adalah ulangan ekonomi. Dan begitu Pak Sarwo membuka mulut meminta anak-anak menutup bukunya, Laurie mematuhi dengan memasukan bukunya ke dalam tas. Selanjutnya kertas ulangan dibagikan oleh ketua kelas di atas meja masing-masing.
Ulangan dimulai dalam waktu 45 menit. Dengan percaya diri Laurie mengisi lembar jawabannya sambil sesekali mengerutkan kening untuk mengingat. Dan pemandangan itu mampu membuat Gael terpana. Sedari tadi cowok itu sama sekali mengabaikan lembar jawabannya, hanya terus menoleh ke arah Laurie.
Merasa diperhatikan, Laurie memutar kepalanya, dan matanya bertemu dengan mata hitam itu lagi. Tapi kali ini bersamaan senyum tipis dari bibir Gael. Tapi cepat-cepat Laurie mengalihkan pandangannya kembali ke lembar jawaban. Pikiran cewek itu tak lagi sepenuhnya fokus pada lembar jawaban di hadapannya. Penasaran sekali kenapa Gael twrus menatapnya.
Apa cowok itu merencanakan sesuatu padanya?
Laurie mengira-ngira sambil membaca soal berikutnya. Beberapa menit setelah itu diliriknya lagi cowok itu dari ujung mata. Dan Laurie masih mendapati kepala Gael menoleh ke arahnya. Mendengus, Laurie kembali memutar kepala walau enggan
"Lo salah bantal sampe noleh ke gue mulu?" Laurie menjaga suaranya sepelan mungkin.
Gael sudah tersenyum lebar, diliriknya lembar jawabannya yang masih kosong. Laurie mengikuti arah pandang cowok itu sebelum kembali menatapnya.
"Kasih gue contekan."
Lagi-lagi Laurie mendengus, baru akan membuka mulut untuk mengatai Gael, tapi sudah lebih dulu cowok itu memotong.
"Semoga nanti pulang sekolah si culun baik-baik aja ya di jalan."
Itu bukan doa, itu ancaman. Laurie mengerti sekali maksud ucapan Gael. Maka, dengan dengusan yang lebih keras, cewek itu menggeser lembar jawabannya ke hadapan Gael.
"Lo tahu, keknya kita bisa jadi rekan yang saling berbagi jawaban ulangan."
Berbagi?
Ingatkan Laurie jika hanya dia yang berbagi jawaban di sini.
Mendengar dengusan Laurie lagi, Gael terkekeh sambil terus menyalin jawaban dari lembar jawaban cewek itu.
Bel berbunyi yang artinya waktu ulangan sudah berakhir membuat Gael dengan senyumnya mengulurkan lembar jawabannya yang dikumpulkan ketua kelas. Dia melirik Laurie lagi yang sudah kembali membuka bukunya di atas meja. Jam pelajaran ekonomi yang tinggal 1 jam lagi dihabiskan Pak Sarwo untuk meneruskan materi minggu lalu. Dan Gael begitu saja sudah mendekatkan kursinya ke kursi Laurie, membuat cewek itu langsung menoleh dengan alisnya yang naik sebelah.
"Ngapain lo?"
"Gue nggak bawa bukunya."
Laurie berdecak, bergerak mengangkat sedikit kursinya memberi jarak saat merasakan Gael terlalu dekat dengannya.
"Kenapa lo jauh-jauh?" Gael tak suka saat Laurie tampak begitu menjaga jarak dengannya.
"Kenapa nggak? Siapa tahu lo rabies!"
Gael terkekeh begitu saja, kemudian mulutnya terbuka untuk membalas, "maksudnya, lo ngarep gue gigit?"
Laurie tak lagi menoleh, dengusannya yang sengaja dia buat keras sudah membuat Gael lagi-lagi tersenyum di tempatnya.
Rasa-rasanya baru kali ini Gael merasa senang begitu mendengar dengusan sebal.
**********************************
Jangan lupa vote dan komen yaw. Sesederhana itu gue sudah merasa dihargai =)
![](https://img.wattpad.com/cover/223190341-288-k598797.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gael Aland (Completed)
Jugendliteratur"Hidup itu penuh kejutan, sekarang bahagia, besok bisa aja terluka. Tugas kita hanya bersiap-siap." - Gael. Gael Aland merasa jika hidupnya tidak lah mudah karena harus menjalaninya di saat satu persatu orang yang dia sayangi mulai meninggalkannya. ...