Gael Aland ● 11

2.1K 158 2
                                    

Suasana kelas cukup tenang mengingat telatnya guru selanjutnya masuk ke kelas 11 IPS6. Maka, Banyu yang tengah bosan langsung saja mengarahkan pandangannya pada Laurie. Cewek itu tampak tengah menulis sesuatu di mejanya. Sepertinya tugas pelajaran Bahasa tadi.

Bergerak bangkit, Banyu melangkah dengan hati-hati sambil meraih buku latihan di atas meja. Tak mau sampai membangunkan Gael yang tengah tertidur di sebelahnya. Berdiri di sebelah meja Laurie, cewek itu sama sekali belum menyadari kehadiran Banyu sebelum cowok itu merebut buku yang sedang ditulisi Laurie di hadapannya.

Tentu saja Laurie mengangkat kepalanya, menatap Banyu dengan kesal. "Kembaliin buku gue! Gue lagi males ladenin lo!"

Banyu meletakan bukunya yang tadi dia bawa di hadapan Laurie. "Lo bisa bikin lagi kan?"

Mendengus, Laurie menggerakkan tangannya hendak meraih bukunya, tapi Banyu dengan mudah mengelak.

"Kembaliin buku gue!"

"Apa salahnya sih ngulang bikin lagi? Jangan banyak omong deh lo!" Banyu berbalik dan terkekeh kecil.

Melihat itu, Laurie segara bangkit dan memukul mejanya hingga semua anak kelas mulai memperhatikan mereka. Begitupun Gael, dia yang tadinya hampir hanyut dalam tidur, ikut terkejut mendengar itu.

"Kembaliin buku gue atau-"

"Atau apa?!" Banyu dengan wajah menyebalkannya memotong. Tak lupa menarik ujung bibirnya sebagai bentuk ledekan.

Gael bisa melihat kepalan tangan Laurie dari tempat duduknya. Dan detik berikutnya, semua orang sudah memekik saat Laurie melarikan tinjunya ke wajah Banyu hingga membuat cowok itu mundur beberapa langkah dan terperangah.

Bibir Gael tanpa permisi tertarik lebar, perlahan keluar suara tawa dari bibirnya.

Astaga, ingatkan Gael jika ini adalah hal pertama yang mampu membuatnya tertawa lebar setelah kepergian Bara.

Kemudian dengan sisa kekesalannya, Laurie bergerak merebut bukunya dari tangan Banyu dengan berang. Lalu kembali duduk di kursinya tanpa memperdulikan Banyu lagi. Bahkan Yaksa dan anak-anak yang lain masih menganga untuk kejadian beberapa menit lalu itu. Kelas sudah hening begitu wajah Banyu sudah merah hingga ke telinga tanpa permisi.

Yang benar saja!

Laurie baru saja meninjunya!

Kaki Banyu menendang meja cewek itu dengan kesal hingga membuatnya kembali mengangkat pandangan. Banyu menatap Laurie dengan tatapan marahnya yang berapi. Dan sudah pasti Laurie membalas tatapan itu dengan berani, sama sekali tak terintemidasi.

"Udah deh, gue males kalo harus ngotorin tangan gue lagi buat nonjok lo! Sana!" Jengah, Laurie mendengus pelan.

Laurie tahu Banyu bisa melakukan apa saja, tapi dia benar-benar sudah muak dengan sikap cowok sialan itu. Diliriknya tangan Banyu yang sudah terkepal. Tepat saat cowok itu akan melayangkan tinjunya, Pak Subur masuk ke kelas.

Dan selamatlah Laurie.

Setidaknya kali ini.

Banyu menghembuskan nafasnya keras dan kembali ke kursinya bahkan sebelum Pak Subur menegur. Dan dia meringis saat mengusap rahangnya yang cukup kebas akibat tinju maut Laurie. Cowok itu tiba-tiba curiga Laurie punya ilmu dalam.

Di tempatnya, melirik Laurie lagi sebelum menatap ke depan, ujung bibir Gael kembali tertarik. Sepertinya dia suka dengan sikap cewek itu. Mengingat selama ini dia hanya bertemu dengan gadis-gadis manja yang akan merengek begitu membuka tutup botol minuman.

Kelas Pak Subur adalah kelas terakhir. Barang tentu Banyu mendengus kesal dengan kenyataan itu. Pak Subur pasti akan menyuruhnya menghapus papan dan membuat Laurie bisa bebas begitu saja. Dan ya, tanpa bicara, Pak Subur mengulurkan penghapus papan sambil mengangkat alisnya ke arah Banyu dan Yaksa.

"Lo tunggu besok!"

Laurie menoleh saat melewati Banyu. Cowok itu berbisik penuh penekanan padanya.

"Dan lo tahu kalo gue nggak pernah takut sama lo!" Kedua alis Laurie terangkat.

Banyu mengeram tapi cepat-cepat dia meredam suaranya. Bisa-bisa Pak Subur salah arti dan mengira Banyu mengeram karena kesal dengan tugasnya menghapus papan. Walaupun iya, tapi apa daya, Pak Subur bisa melakukan apa saja padanya. Banyu tidak mau pulang makin telat jika Pak Subur akan menghukumnya lagi.

"Yang bersih sedikit dong? Aduh!"

Suara Pak Subur membuat Banyu mengalihkan pandangannya. Kembali dia gerakan tangannya yang sudah mulai pegal.

"Habis ini kalian berdua ikut saya ya?"

Banyu saling tatap dengan Yaksa sebelum mendengus kecil saat Pak Subur melanjutkan ucapannya.

"Bersihin lemari di ruang majelis guru."

**********************************

Jangan lupa vote dan komen yaw. Sesederhana itu gue sudah merasa dihargai =)

Gael Aland (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang