Gael Aland ● 13

2K 159 5
                                    

Hal pertama yang didapati Laurie begitu memasuki kelas setelah kembali dari toilet adalah: Gael duduk kursi Devid dan Laurie menatap itu dengan kerutan di kening. Kepala cewek itu berputar, kini Devid sudah duduk di sebelah Banyu.

"Ini kursi Devid." Laurie tidak segera duduk di kursinya, dia menatap Gael tak suka.

Apa yang membuat Gael duduk di sebelahnya?

Seketika Laurie jadi waspada.

"Oh ya? Gue nggak liat ada namanya di sini?" Gael menoleh kanan kiri.

Laurie berdecak, dia beralih untuk menatap Devid mencoba mengabaikan Gael. Dan itu membuat Gael terkekeh kecil.

"Devid, kenapa lo mau duduk di sana?"

Kepala Gael menoleh ke kiri, matanya membesar mengancam Devid.

"Di sini papan tulisnya keliatan lebih jelas." Devid terkekeh garing.

Gael kembali memutar untuk menatap Laurie yang balas menatapnya. Selanjutnya cewek itu sudah duduk di kursinya walau enggan. Sekali lagi dia melirik Devid yang tampak sedang membaca buku sejarah.

"Kalo lo khawatir si culun kenapa-napa, gue yang jamin Banyu atau Yaksa nggak akan lakuin apapun."

Benar, Gael sudah mewanti-wanti kedua cowok itu untuk tidak menyentuh Devid. Padahal tangan mereka sudah gatal sekali. Setidaknya menoyor kepala si culun yang wangi anak baik-baik mliknya menusuk hidung Banyu. Saat Banyu bertanya pada Gael kenapa dia tidak boleh menyentuh Devid, dengan santai Gael menjawab jika ini adalah cara untuk mereka bisa bersabar.

Bersabar?

Apa Gael tidak salah bicara? Bersabar macam apa yang dia maksud di saat tadi dia langsung membentak hanya karena suara Yaksa?

Saat Banyu bertanya apa salahnya setidaknya menoyor kepala Devid, tatapan mata Gael mampu membuat keduanya terdiam. Walaupun Banyu kesal juga diperintah ini itu oleh Gael, tapi mau apalagi? Bukankah title sebagai boss yang kini dimiliki Gael membuat mereka harus patuh akan semua ucapan cowok itu? Menyebalkan sekali! Pikir Banyu. Di liriknya Gael yang tampak anteng di sebelah Laurie. Dan saat tiba-tiba Banyu teringat rencananya yang masih dia simpan sendiri begitu melihat Laurie, cowok itu tersenyum tipis.

Di tempatnya, Laurie yang sudah mengalihkan pandangannya dari Devid, sama sekali tidak menghiraukan Gael di sebelahnya. Cewek itu bergerak mengeluarkan buku yang sama dengan yang Devid baca.

"Pelajaran kita udah sampe mana?"

Laurie tak langsung menjawab. Apa baru saja dia tidak salah dengar?

"Lo bisa tanya sama orang lain. Gue nggak mau ngabisin air ludah gue buat jelasin apapun sama lo." Dan Laurie tidak mau repot-repot untuk menoleh.

Gael terkekeh. Betapa pedasnya cewek di sebelahnya itu. Dan kebetulan Gael suka pedas. Detik berikutnya Gael mengangguk-anggukan kepala dramatis walau tak yakin Laurie bisa melihatnya.

"Lo tahu, benci sama cinta itu beda tipis, jangan terlalu membenci, gue nggak tanggung jawab kalo-"

Ucapan Gael terhenti saat kepala Laurie berputar cepat. Cewek itu menatap mata Gael yang kini menyipit karena menahan tawa.

"You wish!" Dan Laurie kembali menatap bukunya.

Kepala Gael perlahan mendekat. "Ya, I wish." Bisiknya tepat di telinga Laurie.

Bulu kuduk Laurie langsung berdiri tanpa permisi. Gael menarik dirinya bertepatan dengan datangnya Pak Darus yang mengajar mata pelajaran sejarah. Selama pelajaran sejarah yang bagi sebagian orang sangat membosankan, Gael berkali-kali melirik Laurie yang sama sekali tak pernah meliriknya.

Mendapati Gael tak memperhatikannya, Pak Darus mengajukan pertanyaan tentang materi yang dia terangkan pada Gael. Dan cowok itu menjawabnya dengan baik begitu saja.

Anak satu kelas sudah terdiam tak percaya mendengar penjelasan dari Gael yang sangat percaya diri. Begitupun Laurie, perlahan diliriknya cowok itu dari ujung mata, Gael tampak santai sekali saat menjawabnya. Dan Laurie heran apa anak cowok seperti Gael membaca buku sejarah?

Mengakhiri penjelasannya yang membuat Pak Darus mengangguk-angguk, Gael menundukan kepala. Masih jelas di ingatannya apa yang membuatnya tahu tentang apa yang baru saja dia jelaskan pada Pak Darus. Dia pernah bertaruh dengan Bara untuk mendapat nilai yang bagus di ulangan sejarah yang banyak hapalannya. Sepakat siapa yang bisa mendapat nilai yang lebih tinggi, harus rela tidak ikut balapan 2 kali berturut-turut. Bara kesal saat selalu Gael lah menjadi saingan beratnya di jalanan. Rasanya tak seru jika terus bersaing dengan orang yang sama. Di arena balapan semuanya tahu siapa Gael dan Bara. Dua sahabat yang selalu bergantian menang balapan jika ada di arena yang sama. Di antara keduanya selalu mendapatkan hadiah berupa uang itu. Ditambah lagi wanita. Tak sedikit yang menginginkan mereka untuk tak lagi diikutsertakan. Tapi panitia mempertahankan mereka karena aksi keduanya lah yang mendatangkan banyak penonton. Tapi kini, rasanya Gael tak akan kembali balapan. Untuk apa? Sekalipun dia menang, tak ada lagi Bara yang akan memakinya karena gaya sombong Gael. Tak ada lagi Bara yang menemaninya menghabiskan uang-uang kemenangan mereka.

Perlahan Gael menghembuskan nafas panjang, mencoba menghilangkan perasaan kerinduannya pada Bara yang kembali hadir.

Di sebelahnya, Laurie masih melirik Gael entah karena dorongan dari mana. Dia bisa menangkap raut berbeda dari cowok itu.

Apa Gael sedang, sedih?

Laurie bertanya dalam hati. Tapi cepat-cepat dia mengalihkan pandangan. Apa pedulinya pada Gael?

**********************************

Jangan lupa vote dan komen yaw. Sesederhana itu gue sudah merasa dihargai =)

Gael Aland (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang