Kelas pertama yang diisi dengan pelajaran pendidikan kewarganegaraan, membuat Laurie dan Devid fokus pada guru di depan kelas. Kini kelas mereka sedang membahas materi baru. Oleh karenanya Laurie tak ingin kelewatan walaupun kini dia sedikit mengantuk.
Dan saat guru di depan kelas berbalik menuliskan sesuatu di papan tulis, tiba-tiba sebuah pena melayang hingga membentur papan tulis.
Laurie menoleh ke kiri. Tentu saja untuk melirik Banyu yang kini menahan tawanya. Memutar kepalanya ke depan, Laurie menghela nafas.
Jika Banyu si cowok sialan itu hanya ingin mencari masalah, kenapa dia harus pergi sekolah?
Dan jika dia memang benar-benar punya nyali, seharusnya dia mencari gara-gara dengan preman di pasar. Bukannya melempar papan tulis dan pura-pura tidak tahu. Laurie benar-benar tak habis pikir.
"Siapa yang melempar ini?" Wanita yang berdiri di depan kelas itu menatap seisi kelas saat semuanya terdiam. Tentu saja mereka tahu siapa pelakunya. Tapi tak ada yang berani membuka mulut karena tidak mau mencari gara-gara dengan Banyu.
"Banyu Buk."
Banyu menelan ludahnya, saat senyum tipisnya hilang.
Lihat, Laurie yang selalu mencari gara-gara dengannya. Banyu mencoba membela diri.
Dan sudah pasti Banyu di bawa ke ruang BK. Tak lupa cowok itu menendang meja Laurie sebelum meninggalkan kelas. 30 menit setelahnya Banyu kembali ke kelas dengan wajah masam. Menatap Laurie seakan bisa membakar cewek itu. Belum hilang kekesalannya karena ditonjok kemarin, kini cewek itu membuat orang tua Banyu harus ke sekolah. Meremas surat panggilan di tangannya, dengan kesal Banyu melemparnya ke arah Laurie, tapi malah mengenai kepala cewek di belakang cewek itu.
Dan Laurie yang sadar dengan perbuatan Banyu, menatap cowok itu dengan tatapan penuh ledekan.
Masa lempar gitu doang nggak tepat sasaran?
Kekesalan Banyu masih bertahan bahkan saat jam istirahat. Sedari tadi dia sedang berpikir keras menyusun rencana agar Laurie bisa mendapatkan balasan yang setimpal. Dan kepalanya terangkat setelah sedari tadi tertunduk saat merasa rencananya sudah sangat baik. Tinggal eksekusi, batinnya. Kini dia, Gael dan Yaksa sedang di ruang eskul teather tempat nonkrongnya bisa dengan Yaksa. Memperkenalkannya pada Gael untuk menghabiskan jam istirahat tanpa gangguan siapapun di sana.
"Lo yakin nggak mau makan Bay?"
Senyum Banyu terbit saat kembali mengingat rencananya.
"Lo masih bisa senyum? Gue pikir-"
Ucapan Yaksa terpotong karena toyoran keras di belakang kepalanya dari tangan Banyu. Dan Yaksa mengaduh sambil memaki hingga ruangan itu berisik begitu saja.
"Udah gue bilang kalo gue makan jangan berisik, KENAPA SIH?!" Gael tiba-tiba melempar sendok di tangannya dengan kesal. Baru mendapatkan kembali nafsu makannya, kini dia malah mendengar omong kosong yang memekakan telinganya.
Ruangan itu seketika hening. Yaksa hanya menunduk karena ketakutan dengan amarah Gael yang tiba-tiba. Belum lagi matanya yang tajam itu.
Dan Banyu, dia menatap Gael yang kini juga menatapnya.
Sebelah alis Gael naik sebelah. "APA?!"
Banyu hanya menghela nafas dan menelan kekesalan dengan sikap Gael yang membuatnya seperti anak buah bodoh. Selama ini tak ada yang berani melakukan itu padanya. Membentaknya? Oh astaga, jika bukan karena Gael berguna untuk melawan geng Arel, Banyu akan meninju hidung cowok itu dengan keras, walaupun Banyu yakin Gael akan membalasnya begitu dia melakukan itu. Mungkin akan membuatnya babak belur?
"Gue-"
Gael bangkit begitu saja, membuat ucapan Banyu berhenti. Tadinya Banyu ingin memberitahu rencananya pada Gael. Tapi lihatlah, bahkan cowok tak mau repot-repot mendengarkannya.
Begitu Gael hilang di balik pintu, kaki Banyu langsung menendang meja di hadapannya hingga membuat makanan di atas sana berhamburan.
"Dia pikir dia siapa?!"
"Sekarang dia boss kita." Yaksa mencicit.
"Lo nggak usah nyaut bego!" Banyu mendengus keras, menendang lagi meja di hadapannya hingga terbalik. Kenyataan dengan apa yang diucapkan Yaksa membuatnya makin kesal.
Akan ada saatnya dia yang akan menjadi boss Gael. Banyu bertekad untuk itu, walaupun sebagian hatinya menyorakinya bahwa itu tak akan pernah terjadi.
**********************************
Jangan lupa vote dan komen yaw. Sesederhana itu gue sudah merasa dihargai =)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gael Aland (Completed)
Novela Juvenil"Hidup itu penuh kejutan, sekarang bahagia, besok bisa aja terluka. Tugas kita hanya bersiap-siap." - Gael. Gael Aland merasa jika hidupnya tidak lah mudah karena harus menjalaninya di saat satu persatu orang yang dia sayangi mulai meninggalkannya. ...