Bagian 12

226 27 5
                                    

Awas typo dan salah kata karena keyboard autocorrect, dan juga tidak direvisi lagi sebelum diupdate. Silakan diberi tanda letak kesalahan saya. Saya sangat berterima kasih untuk hal itu.

Happy reading🌹

🐳🐳🐳

Apa yang kamu tanam, itulah yang akan kamu tuai nantinya.

REGRET^

🌹🌹🌹

"Jangan kamu buka sebelum aku pulang," ucapnya.

Johan tadi kembali karena kunci mobilnya tertinggal di dalam. Ada untungnya juga untuk dia saat tahu perbuatan anak itu pada istrinya.

Jadi apakah seperti itu kelakuan dia padamu selama ini Vio? Johan bertanya gusar dalam hati.

Pria itu mengemudikan mobilnya ke arah suatu tempat. Tempat yang sangat dia rindukan selama ini.

"Assalamualaikum," ucapnya ketika sampai di rumah yang begitu megah. Semua orang tahu siapa pemilik rumah itu. Siapa lagi kalau bukan keluarga Aarav?

"Waalaikumussalam." Seseorang yang membuka pintu tampak terkejut. "Tuan Johan," ucapnya ragu.

"Bi Maya? Bibi masih bekerja di sini?" Johan tidak kalah terkejutnya.

Bi Maya—asisten keluarga Aarav sejak Johan masih muda—berlari memasuki rumah dengan suara teriakannya yang memanggil nyonya besar atau ibunya Johan.

Johan hanya terkekeh di depan pintu. Tentu saja dia tidak masuk karena belum dipersilakan. Lucu sekali memang.

"Mana, Bi, anak saya?" Samar-samar suara Agatha masuk ke pendengaran Johan.

"Aduh Nyonya besar maaf, May lupa bawa Tuan masuk." Bi Maya langsung lari terbirit-birit menghampiri Johan yang masih di depan rumah sambil menahan tawanya yang siap meledak.

"Tu-an, aduh Bibi minta maaf. Silakan masuk Tuan," ucap Bi Maya dengan nada bersalahnya.

"Bi Maya, Bi Maya, gak pernah berubah dari dulu," gumam Johan yang membuat Maya mengusap tengkuknya.

"Mami." Johan terdiam saat mendapati wanita yang selama ini dia rindukan.

Agatha menutup mulutnya tidak percaya. Dia tidak menyangka kalau putranya akan kembali setelah dua tahun lamanya mereka hilang kontak. "Johan? Ka … kamu, kamu kembali, Nak?"

Wanita itu menghampiri putranya dan memeluknya erat. "Ya Allah, Johan kamu pulang, Nak?"

"Oma, Gara mau ke rumah—" Laki-laki itu berhenti tatkala melihat pria yang tidak asing di ingatannya. "Papa?" panggilnya tak percaya.

"Gara?"

Laki-laki itu langsung berlari dan memeluk pria itu. "Ya Allah Papa, Gara rindu banget sama Papa. Papa kapan pulang? Kenapa Papa gak kasih kabar selama ini sama Gara?"

Johan mengusap punggung jagoannya yang sudah besar itu. Netranya mengembun karena terharu. Ah, dia melewatkan banyak hal selama pergi.

"Ada banyak hal yang harus Papa urus, Nak. Kamu sudah besar sekarang. Papa melewatkan banyak hal tentangmu Sayang."

Hati Arga menghangat. Papanya begitu penyayang seperti dulu dan semoga saja tidak akan pernah berubah. "Aku merindukanmu dengan sangat-sangat, Pa."

"Papa juga, Nak." Johan melepaskan pelukannya. Dia mengusap air mata yang membasahi pipi putranya itu. "Hei, sejak kapan jagoan tidak malu untuk menangis?" guraunya.

REGRET || TAMAT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang