Maaf baru update.
Tidak disarankan untuk dibaca di siang hari. Hehe.
Kalau nekat ya sudah.
Awas typo! Tidak direvisi ulang.
Happy reading🌹
🐳🐳🐳
Jika kamu marah, lebih baik diam.
Ketahuilah, perkataan yang keluar ketika marah akan membuatmu menyesal nantinya.REGRET*
🌹🌹🌹
Vio menghampiri anak laki-laki yang melambaikan tangan padanya. Dia tersenyum begitu lebar. Dengan air mata yang siap luruh, dia berjalan tergesa menghampiri sosok yang selama ini dirindukannya. Sudah berapa lama mereka tidak bertemu secara langsung seperti ini?
"Gara," lirihnya. Vio menghambur dalam pelukan putranya.
Gara membalas pelukan ibunya dengan erat, menyalurkan rindu yang selama ini tidak bisa tersalurkan. "Kangen Bunda," ucapnya.
"Bunda juga kangen sama Gara. Kok ajak ketemunya sekarang? Beda tempat lagi. Kamu gak sekolah?" cecar Vio.
Lelaki yang dipanggil Gara itu tersenyum sembari terkekeh pelan. "Gara sekolah tadi, Bun. Karena tadi ada insiden, Gara jadi izin pulang. Duduk sini, Bun," suruh Gara dengan sopan. Dia mempersilakan ibunya untuk duduk di sebelah kursinya.
"Terima kasih, Nak," balas Vio dengan lembut. Andai Echa juga lembut seperti Gara, pasti dia tidak akan makan hati setiap hari.
"Bunda, maafin Gara sebelumnya. Gara gak bisa nurutin kemauan Bunda. Gara gak punya foto dia, Bun."
Vio tersenyum hangat. "Tidak apa Sayang, mungkin belum saatnya untuk Bunda tahu. Kita ngobrolin yang lain saja, ya. Bunda kangen sama kamu."
"Iya, Bun. Emm, tadi Eyang ke rumah Bunda?" tanyanya.
Vio mengernyitkan alisnya. Dari mana putranya ini tahu?
"Soalnya Eyang tadi ngelarang aku dan katanya mau diurus sendiri. Waktu pulang tadi, Eyang menangis, Bun. Apa terjadi sesuatu?"
"Kamu di rumah Eyang? Kamu tau rumahnya?"
Gara hanya mengangguk. Selama ini dia tahu, dan demi kebaikan semuanya, dirinya memilih untuk bungkam. "Icha sakit, Bun. Izinin aku buat ngasih pelajaran ke Echa."
"Gara-"
"Bunda jangan belain dia terus! Dia itu udah dikasih hati malah minta jantung. Dia seharusnya bersyukur bisa dirawat Bunda, gak kaya kita berdua yang harus ikut sama Oma atau Eyang. Echa kalau gak dikasih pelajaran bakal terus kaya gitu, Bun," papar Gara sambil menahan emosinya. Napasnya tidak teratur dan terlihat ngos-ngosan.
"Anggara, sabar. Kamu boleh hukum Echa, tapi jangan keterlaluan, ya."
***
"Bunda!!"
"Bun!!"
"Bunda ke mana, sih?!"
Vio yang baru di belakang rumah langsung berlari tergopoh saat mendengar teriakan putrinya. "Ada apa, Cha?" tanyanya.
"Lama banget, sih?! Itu seragam Echa kok belum disetrika? Udah jam segini, Echa bisa telat!" bentaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGRET || TAMAT✔
Teen Fiction⚠DON'T COPAS MY STORY!⚠ #11 challenge30GP (23 Mei 2020) Hidup di tengah keluarga yang begitu hangat juga berkecukupan, sangatlah menyenangkan. Namun, hidup bahagia di atas suatu rahasia yang cukup besar tentu saja hal yang sulit diterima. Echa, si g...