-MY ENEMY'S FRIRND-
HAPPY READING
*
*
*Tak ada satu katapun yang terucap dari bibir keduanya sepanjang perjalanan. Mark lebih fokus pada jalanan, sementara di sampingnya, donghyuck hanya menunduk memainkan ujung bajunya.
Mark menginjak rem mobilnya mendadak, saat mobil di depannya tiba-tiba berhenti."Ach...!" jeritan kecil itu terdengar dari mulut si manis saat tubuhnya terhuyung ke depan dan kepalanya terantuk ~entah di bagian mana~ kaca depan mobil mark, yang sangat jarang keluar dari garasi.
Mark melepas sabuk pengamannya, lalu mencondongkan tubuhnya ke arah donghyuck untuk memasangkan sabuk pengaman yang lupa tak donghyuck gunakan. Wajah mereka sangat dekat.
Rasanya nafas donghyuck terasa sesak menatap wajah tampan namja itu dalam jarak sedekat itu."Jika kau terus menatapku, kau akan semakin jatuh cinta padaku," ucap mark sambil balas menatap donghyuck.
"Dan aku pastikan, kau tidak akan rela meninggalkanku," lanjutnya seraya menjauhkan diri dari donghyuck.
Si manis terhenyak. Nafasnya semakin sesak. Ia memilih untuk diam dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Mark menatap donghyuck sesaat, lalu kembali mengenakan sabuk pengamannya, sebelum akhirnya menjalankan kembali mobilnya."Mark lee...," ucap donghyuck tanpa menoleh.
"Mwo?"
"Mark lee...," ulang donghyuck
.
"Ne?" jawab mark lagi."Mark lee..."
"Apa yang ingin kau katakan, eoh?"
"Apa kau pernah menonton drama atau film yang tokoh utamanya harus pergi ke luar negeri. Dan di saat terakhir, kekasihnya datang ke bandara dan menghentikannya?" tanya donghyuck masih tanpa menoleh.
"Ani. Aku tidak suka nonton drama atau film cengeng seperti itu," jawab mark.
Donghyuck menoleh, menatap mark kesal. "Ck!" decaknya.
"Wae? Kau ingin aku menghentikanmu?" tanya mark kemudian.
"A-aniyo! Aku hanya bertanya!" jawab donghyuck cepat. "Lagi pula kau bukan pacarku!" sungut donghyuck.
Ckiiitttt! Mark mengerem mobilnya mendadak.
"Waeeee?!" protes haechan sambil menatap namja di sampingnya, kesal.
"Kenapa bicara seperti itu, hmm? Jangan mengatakan hal-hal tidak penting untuk menolakku. Karena aku tidak menerima penolakan apapun. Kau milikku, namjaku. Arasseo?" tegas mark.
"Andwaeyo!" sahut donghyuck.
Mata mark melebar mendengarnya. "Ya! Kau ini kenapa? Aku tahu kau menyukaiku. Jadi jangan berharap bisa melepaskan diri dariku. Mengerti, baby?"
"Mwo? Kau benar-benar manusia salju tak berperasaan!"
"Ya! Lee donghyuck! Jangan memakiku. Apa kau tidak tahu aku sedang kesal saat ini?"
Donghyuck tak menjawab pertanyaan mark. Dia benar-benar sedang marah sekarang. Sayangnya, bukan dia saja yang merasakan itu. Namja di belakang kemudi juga sedang tak ingin main-main. Sudah cukup hari ini donghyuck membuatnya cemburu dan kesal dengan segala perbuatannya. Belum lagi hasratnya yang tak terselesaikan. Dia sedang sensitif saat ini, melebihi yeoja yang sedang datang bulan. Meski begitu mark berusaha sebisa mungkin untuk tetap bertahan dalam karakternya.
...
Benar-benar seperti yeoja.
Bahkan donghyuck langsung berlari masuk ke rumah, setelah keluar dari mobil mark tanpa mengucapkan apapun.
Mark mendesah. Bukannya dia yang semestinya merasa kesal. Baru saja mereka akan memulai hubungan, dan donghyuck sudah harus kembali ke Kanada. Tapi kenapa justru si manis yang marah padanya? Bukankah semakin jelas, donghyuck memang tertakdir untuk jadi seorang uke?Si tampan tersenyum tipis. Entah kenapa kemarahannya justru menguap entah ke mana saat melihat pujaan hatinya merajuk seperti itu.
Dengan masih menatap pintu rumah yeri, namja tampan itu menjalankan kembali mobilnya meninggalkan tempat itu.Sementara donghyuck yang mendengar deru suara mesin mobil yang menjauh merengut sebal. Rasa kesalnya pada si tampan sudah mencapai ubun-ubun.
Baginya mark itu benar-benar tak berperasaan. Bagaimana bisa dia secuek itu? Bagaimana mungkin dia sama sekali tak peduli donghyuck marah padanya? Bahkan tak menanyakan alasannya."Kau sudah kembali?" tanya yeri saat donghyuck hampir masuk ke kamarnya.
Namja manis itu menoleh. "Hmm," jawabnya lalu kembali melanjutkan langkahnya.
"
Lee-" kalimat yeri terputus saat si manis langsung menutup pintu kamarnya. Ada sedikit luka menggores hatinya saat donghyuck mengacuhkannya.
Next day...
Lagi-lagi donghyuck tak menganggapnya ada. Dia langsung mengakhiri sarapannya saat yeri masuk ke ruang makan. Apa benar donghyuck telah menyerah atasnya? Apa namja itu membencinya sekarang? Lalu bagaimana tentang hubungannya dengan mark? Apa mereka benar-benar berpacaran?
Yeri benar-benar tak mengerti dengan isi hatinya. Sampai beberapa hari yang lalu, ia masih merasa cemburu saat Sanha hanya peduli pada donghyuck. Lalu kenapa sekarang justru sebaliknya? Apa ini karma? Apa dia jatuh cinta pada donghyuck? Atau ini hanya sebuah obsesi? Karena terbiasa diperhatikan, maka ia merasa kehilangan saat perhatian itu tak lagi tertuju padanya? Apa?
Yeoja itu tak menyentuh sarapannya. Nafsu makannya hilang. Ia memutuskan untuk langsung berangkat saja. Apalagi Suzy bilang mau menjemputnya pagi ini.Sementara itu donghyuck yang baru saja keluar dari halaman rumah yeri. tampak berdiri mematung saat sebuah mobil dan motor sport berhenti tepat di depannya, saling berhadapan.
"Ayo!" ucap si pengendara motor yang datang beberapa detik lebih dulu.
Donghyuck tak merespon, justru menoleh pada pengemudi mobil yang keluar dari mobilnya."Ayo berangkat, sanha!" ucap donghyuck seraya masuk ke mobil sanha.
Namja tampan itu sedikit heran mendengarnya. Tapi dia bukan orang bodoh yang akan menyia-nyiakan kesempatan. Dengan cepat Sanha kembali masuk ke mobilnya dan membawanya meninggalkan rumah yeri.
Mark menghela nafas kesal. Lalu menarik gas motornya menyusul Sanha yang membawa kekasihnya.
Yeri menghentikan langkahnya tepat di tempat donghyuck tadi berdiri. Kepalanya menoleh ke arah mark pergi. Mereka telah jauh meninggalkannya yang masih berdiri bimbang di tempat yang sama.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
✅MY ENEMY'S FRIEND (MARKHYUCK VER.) END
FanfictionMy Enemy's Friend lee donghyuck mark lee Yoon sanha (astro) kim yeri "Jadi Noona lebih memilih tinggal sendiri di Korea? Demi namja yang tak menyukai noona?" "Jika kau bisa mengalahkan namja yang aku sukai, satu hal saja, aku akan menuruti semua y...