*16* Buku Sejarah

157 36 14
                                    

Hari sudah gelap saatnya untuk semua orang istirahat setelah seharian sibuk bekerja. Budi baru saja menyelesaikan tugasnya. Akhirnya dia bisa pulang sekarang setelah seharian mengurusi acara ini.

Budi berjalan menuju ke arah parkiran mobilnya. Saat Budi akan memasuki mobil namun tiba-tiba saja ada seseorang yang mengurungkan niatnya.

"Budi" Budi langsung menoleh ke arah sumber suara. Dia langsung menghampirinya dengan tanda tanya tang berkerumun dalam otaknya.

Untuk apa Xiumin memanggilnya? Apakah ada sebuah pekerjaan yang belum dia selesaikan? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang berada dalam otak Budi untuk saat ini.

" mueos-ibnikka? (Ada apa ya?) ."  Xiumin hanya tersenyum hangat pada Budi, lalu mengeluarkan handphone miliknya dari saku celananya.

" Boleh saya minta nomor handphone Nina?" Ucap Xiumin membuat Budi tersentak, karena tidak tau sejak kapan Xiumin bisa mengenal Nina.

"geuleul asinayo? (Kamu kenal sama dia?) " Budi bersuara dengan tidak yakin. Pasalnya Xiumin merupakan idol kenapa dia malah kenal sama Nina jika terbilang Nina itu perempuan sederhana yang justru tidak se-terkenal seperti dia.

"Tentu saja, dia satu kampus sama saya" Xiumin menaikkan satu alisnya, menunggu Budi memberikan nomor handphone Nina.
"jeonhwa beonho jom ju sigess-eoyo? (Apa saya boleh meminta nomor handphonenya?) "

Budi sadar dari lamunannya. Dia baru ingat beberapa hari lalu Xiumin mengantarkan Nina dan Ina pulang malam waktu itu. Saat dia menyangka mereka hilang. Namun sekarang dia dibaluti kebingungan dia berikan nomor Nina atau tidak?

Nina merupakan orang yang cukup tertutup, dan tidak sembarangan orang yang punya nomornya begitu saja. Kalau Budi memberikan nomornya pada Xiumin apa tidak apa-apa?

"Oh i-iya boleh bentar. " Budi mengambil handphonenya lalu di sandingkan nya dengan handphone milik Xiumin. Xiumin dengan cepat langsung mengetik nomor itu.

Budi sebenarnya ragu-ragu memberikannya, tapi dia tidak bisa apa-apa karena Xiumin bisa dibilang bosnya. Di sekolah SMA nya dulu Budi memang seperti berkuasa tapi di tempat ini Budi sadar dia tidak ada apa-apanya.

"gamsahabnida (terimakasih) . " Xiumin memberikan kembali handphone milik Budi.

"Hm, " Ucap Budi hanya di balas dengan deheman dan anggukan kepala saja. Dia masih memikirkan apakah Nina tidak akan marah jika nomor handphonenya di berikan pada orang lain tanpa sepengetahuannya.

💞💞💞

Cuaca cerah menyambut kedatangan sang idola di kampus ini. Bahkan tidak hanya cuaca, banyak orang-orang menyambutnya dengan tatapan terpesona dan teriakan ciri khasnya.

Langkah kakinya yang tegak menyusuri jalanan kampus. Tak peduli pada apa yang orang lain lihat padanya, tapi tampilannya sungguh memukau hari ini. Tak sedikit orang yang slalu menyapanya di sepanjang perjalanannya.

Sesekali ia membenarkan rambut jambulnya membuat para wanita-wanita di sekelilingnya berteriak histeris memanggil-manggil namanya.

"Nin liat ada Xiumin. MasyaAllah ganteng banget, " Ucap Ina sembari Menyenggol tubuh Nina untuk ikut melihat ke arahnya.

Nina hanya melihatnya sekilas, lalu ia kembali membaca buku yang di genggamnya.
"Berisik banget sih, bikin gak fokus baca aja, " Umpat Nina mendengar teriakan-teriakan di sekitarnya. Merasa terganggu Nina pun langsung beranjak dari duduknya.

Dia kira taman ini membuat dia nyaman dari apapun, tapi setelah ada Xiumin datang semuanya menjadi tidak nyaman. Nina membenci situasi yang mengganggu ketenangannya seperti ini.

My oppaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang