Semoga Keputusan Terbaik

15 0 0
                                    

Begitulah waktu, tidak akan pernah tertarik untuk berhenti dengan alasan apapun sampai Tuhan benar-benar menyuruhnya diam. Ia menabrak semua yang menghalangi layaknya sebuah kereta yang belum menemukan stasiun tempat pemberhentian.

Waktu terlalu cepat mengarak siswa siswi bertemu dengan Ujian Nasional yang akan dilaksanakan dua minggu mendatang. Para guru pembimbing mata pelajaran yang akan diujikan tengah gencar-gencarnya mengejar waktu tayang. Semua siswa, termasuk Zaara sendiri, dijejali dengan berbagai macam rumus dan hafalan dari pagi sampai sore hari.


Alih-alih menambah waktu belajar, Zaara pribadi lebih memfokuskan diri untuk melatih mentalnya dalam menghadapi UN, karena tidak sedikit kasus yang menyatakan bahwa hasil nilai UN yang dibawah rata-rata terjadi karena mental siswa yang kurang siap menghadapinya.

Dua minggu bukanlah waktu yang lama. Zaara harus benar-benar fokus tanpa harus menutup diri dan menjadi seorang introvert. Zaara masih melakukan aktifitasnya seperti biasa. Bahkan sekarang ia mempunyai kegiatan baru yaitu tergabung dalam sebuah kelas puisi online.

Menurutnya, menghadapi UN tidak harus melulu ditemani buku, sehingga ia membuat jadwal belajar seefektif mungkin agar tidak merasa tertekan selama belajar. Zaara lebih menyempatkan waktunya itu untuk menikmati masa putih abu-abu yang akan segera berakhir. Ia selalu berharap di sisa-sisa masa SMA-nya ini ada sesuatu yang sangat berkesan dalam hidupnya. Whatever.

Notifikasi WA bersarang di ponsel Zaara sehingga menimbulkan getar pada meja belajarnya.

[Kenan]

Za, lo udah cek hasil SNM?

Emang udah keluar? √√

[Kenan]

Lo punya grup fungsinya buat apa? Buruan cek!

Iya √√

Arahan Kenan membuat Zaara membiarkan jari tangannya menari di atas keyboard laptopnya, membuka website pengumuman hasil SNMPTN. Setelah memasukkan nomor pendaftaran dan tanggal lahir, ia menunggu cukup lama karena jaringannya yang buruk. Keadaan seperti itu membuat debar jantung Zaara semakin kencang.

Website itu berhasil menampakkan tulisan berlatar hijau. Jantungnya terasa berhenti saat itu juga. Karena belum sepenuhnya percaya, Zaara pun mengusap matanya sebentar dan melihatnya kembali. Tetap berlatar hijau!

Zaara tidak tahu lagi harus berekspresi bagaimana. Bahagia, bangga, terharu, terkejut, semuanya menjadi satu. Ia melompat-lompat kegirangan di atas kasurnya yang kemudian berlari ke bawah, menemui sang Bunda yang tengah sibuk memasak di dapur. Zaara memeluknya dari belakang yang membuatnya tersentak kaget. Menghadiahkan kuah sup di sendok yang sebentar lagi masuk ke mulut tumpah ke lantai.


"Ya ampun sayang!"

Zaara hanya menunjukkan cengirannya. Dengan antusias Zaara menceritakan kabar baiknya itu.

"Selamat ya anak Bunda!" ujarnya sembari memeluk dan mencium kening anak semata wayangnya itu. "Sudah kabari Ayah?" sambungnya kemudian.

Zaara menggeleng dan dengan cepat mencari nomor ponsel Ayahnya lantas menekan ikon 'call'. Suara berat itu masuk pendengaran Zaara yang membuatnya kembali tersenyum-senyum menahan rasa senangnya hari itu.

MoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang