25.3K 5.3K 3.3K
                                    

"Pst, Kak Juyeon."

Juyeon mengerjap-ngerjapkan matanya. Yang pertama kali ia lihat ketika bangun adalah pesawat dalam keadaan remang-remang, lampu pesawat sepertinya sudah dimatikan sejak ia tertidur tadi.

"Kenapa, Ric?" Tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.

"Itu, lo mau makan atau minum, gak?" Tawar Eric dengan sepiring ayam goreng di pangkuannya.

Juyeon mendongak, menatap seorang pramugara dengan senyumannya sedang berdiri menunggu jawabannya.

"Samain aja, minumnya air putih biasa." Begitu kata Juyeon setelah berpikir selama beberapa saat.

Sang pramugara tersebut mengangguk singkat, lalu mengambil sepiring ayam goreng dan sebotol air putih dan memberikannya padanya.

"Terima kasih."

"Sama-sama," balas si pramugara. "Ehm, maaf sebelumnya, anda kenal dengan laki-laki itu?"

Juyeon menoleh ke arah laki-laki yang ditunjuk, kemudian dia menggeleng. Eric yang awalnya fokus makan ayam dibuat bingung.

"Serius?"

"Iya, kenapa emangnya?"

"Dari tadi saya perhatikan, dia selalu lihat ke arah anda," jawab si pramugara. "Apa perlu saya tegur?"

"Ah, gak apa-apa. Mungkin cuma orang biasa yang penasaran."

"Tapi kalo ternyata orang itu orang jahat gimana?" Tanya Eric cemas. "Mending ditegur aja deh, lagian dia gak sopan juga."

"Jangan, biarin aja," balas Juyeon disertai gelengan kepala. Lalu, ia kembali menatap sang pramugara. "Ehm, makasih banyak udah kasih tau saya..."

"Younghoon, Kim Younghoon," sahut pramugara tersebut disertai senyum manisnya.










































Sangyeon menguap lebar, dia sedikit melonggarkan seragam pilotnya sembari menyamankan posisi duduknya.

Di sampingnya, Kevin fokus menghadap ke depan, tapi matanya sedikit terpejam. Sepertinya dia mengantuk.

"Vin, ini tugas pertama lo, kan? Pasti nervous banget, ya?" Tanya Sangyeon memulai obrolan.

"Iya, baru kali ini gue bertugas sebagai pilot baru, padahal kan gue bagian mesin."

"Itu berarti kemampuan lo bagus, Vin. Lo dikasih kepercayaan untuk tugas malam ini, hebat banget loh."

"Hehe, makasih banyak. Sebenernya, gue masih gak percaya bisa duduk disini."

Kevin adalah juru mesin udara, pekerjaannya ada di bagian mesin. Tapi hari ini, dia dipercaya untuk menjadi pilot pengganti. Awalnya dia agak ragu untuk menerima, tapi setelah diberi kata-kata penyemangat diri, dia menerima tawaran tersebut dengan yakin.

"Oh ya, ada pramugara baru, kan? Namanya siapa, sih? Gue belum hapal," tanya Sangyeon.

Kevin langsung menjawab. "Namanya Hyunjae, dia temen sma nya Younghoon."

Sangyeon mangut-mangut mengerti. Dia tipe orang yang tidak langsung hapal nama atau muka seseorang dengan cepat, butuh waktu untuk mengingatnya.

Ya, bisa dibilang itu salah satu kelemahannya.

Tok tok tok

Pintu diketuk, mereka berdua langsung menoleh pada layar, melihat siapa yang mengetuk pintu.

Mereka mengernyitkan kening, melihat Younghoon mengetuk pintu bersama salah satu penumpang berjas hitam yang mereka tidak kenal.

"Vin, coba lo samperin. Keliatannya, mereka mau sampein sesuatu," suruh Sangyeon.

Kevin mengangguk dan segera menuju pintu dan membukanya. "Ya? Ada perlu apa? Dan kenapa lo bawa penumpang kesini, Younghoon?"

"Dia mau kasih tau sesuatu." Begitu kata Younghoon, sebelum mempersilahkan Juyeon untuk maju sedikit ke depan.

"Maaf sebelumnya, saya mau kasih tahu soal ini," kata Juyeon sembari memberikan ponselnya.

Kevin menerima sodoran ponsel tersebut dengan bingung. Menyadari ponsel tersebut menunjukkan sebuah chat, dia membacanya.

Unknown
Menikmati perjalanan,
Lee Juyeon?

Siapa ya?

Nanti lo bakal tau,
tapi enggak untuk sekarang

Lo siapa?

Gue orang gabut yang
butuh hiburan

Apa yang lo mau?

Aha, akhirnya lo nangkep
apa maksud gue

Gue cuma mau bilang,
kirim uang sebanyak
1 miliyar ke rekening
AH-CHOO-LAEVER00

Kalau gue gak mau?

Pasang alarm 20 menit
dari sekarang dan liat
apa yang bakal terjadi
nanti, Lee Juyeon


"Oh my god." Aksen internasional Kevin sampai tak sengaja keluar karena terkejut melihat isi pesan tersebut.

"Ini masalah serius, kayaknya kita perlu ngelakuin pendaratan darurat di bandara terdekat," lanjutnya cemas.

"Bandara mana yang paling deket dari sini?" Tanya Younghoon.

"No Air, 5 jam. Giddy Up, 6 jam. Reveal, 8 jam. Emang jauh semua, karena kita berada tepat di tengah Samudera Atlantik," jawab Kevin sekaligus menjelaskan.

"Saya yakin si pelaku gak bakal diem aja sebelum uang itu dikirim ke rekeningnya. Dia pasti bakal berbuat sesuatu," duga Juyeon seraya menerima kembali ponselnya dari Kevin.

"Younghoon, gue minta tolong lo sama Hyunjae bantu dia. Gue bakal bicarain ini sama Sangyeon. Oh ya, jangan sampai menganggu penumpang lain," ucap Kevin serius.

Perintah Kevin disetujui oleh keduanya. Namun sebelum itu, Juyeon sempat meminta sesuatu kepada Kevin.

"Kalau misalkan sesuatu yang buruk terjadi, saya mohon jangan percaya siapapun. Saya curiga si pelaku bakal berakting seolah-olah dia pingin ketemu sama anda dan co-pilot lo."

Hhh, seharusnya sejak awal Kevin percaya pada firasat buruknya sebelum menerima tawaran untuk menjadi pilot dadakan.

Dan seharusnya dia percaya pada temannya yang kini menjadi penumpang di pesawatnya untuk tidak ikut dalam perjalanan.

"Seharusnya gue percaya omongannya Jacob, tapi mau gimana lagi? Pesawatnya udah terbang, ya kali mau mendarat di laut, emangnya pesawat bisa berenang?"

Bayangin tuh sayap pesawat gerak-gerak buat berenang kayak sirip ikan.



















Menurut kalian, dalam 20 menit
ke depan apa yang bakal terjadi?

Reveal | The Boyz ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang