"Kata Eric lo nyuruh gue kesini, ada apa?" Tanya Younghoon begitu sampai di depan toilet.
Juyeon meneguk salivanya kasar, tangannya masih memegang pintu, menutupi mayat yang ada di dalam.
Melihat gerak-gerik Juyeon yang aneh itu, Younghoon langsung membuka pintu lebar-lebar, lalu tampaklah seseorang dalam keadaan tak bernyawa di dekat wastafel.
Dia menutup mulutnya, badannya sampai sedikit terhuyung ke belakang dan bisa saja jatuh kalau tidak segera berpegangan pada dinding.
"A-apa yang lo lakuin?" Tanyanya terbata-bata, pupil matanya membulat sempurna.
"Dia berusaha nyerang gue pake pistol," jawab Juyeon setenang mungkin, menutupi ketakutannya.
"Gue harus lapor ini ke Kevin dan Sangyeon."
"Jangan, ini cuma pengalihan supaya kalian berhenti percaya sama gue. Gue mohon jangan kasih tau siapa-siapa, bisa kan?"
Younghoon menatap lurus ke arah mayat yang mulai pucat itu, dia masih syok. Tapi melihat sorot mata Juyeon yang berubah tajam dan menuntut, ia terpaksa mengangguk.
Juyeon tersenyum lega. "Makasih banyak. Ehm, kita harus pindahin mayat dia ke tempat lain. Jangan sampe penumpang lain tau."
Jujur, Younghoon mulai merasa ada yang tidak beres dengan Juyeon.
"Lukanya udah gue kasih salep. Itu berguna untuk mengurangi rasa gatal, bukan untuk menyembuhkan luka yang lo garuk itu," ucap Jacob menjelaskan setelah selesai mengobati Sunwoo.
Dia hanya bisa memberikan salep untuk sementara ini, karena dia tidak membawa obat untuk luka bakar.
Iya, luka Sunwoo yang digaruk itu berubah seperti bekas terbakar. Menurut perkiaraan Jacob, Sunwoo terkena zat berbahaya yang belum ia tahu pasti apa namanya.
"Menurut lo, kenapa dia bisa kayak gini? Dia gak kena cairan apapun," tanya Hyunjae masih tak mengerti.
"Kemungkinan besar zat berbahaya itu tercampur di dalam darah yang kena kulitnya. Kemungkinan kecil zat berbahaya itu berasal dari benda yang dia pakai atau bersentuhan langsung sama kulitnya, baju misalnya."
"Dari kemarin gue pake baju ini gak gatal tuh," cibir Sunwoo sinis sambil terus mengoleskan salep ke tangannya.
"Berarti lo belum mandi dong?!" Seru Jacob kaget, dan Sunwoo mengangguk acuh.
"Idih, gak heran sih kalo badan lo bisa gatal-gatal begitu," timpal Hyunjae sambil menjitak kepala Sunwoo.
"Ck, daripada banyak omong, mending kalian cari orang yang gue maksud tadi. Gue curiga orang itu yang bikin gue jadi begini."
"Hush, jangan begitu."
"Terus mau gimana lagi? Kalau enggak panggilin temen-temen gue, deh. Gue mau ngomong serius sama mereka."
"Ta-tapi kan-"
"Tolong banget, firasat gue gak enak," mohon Sunwoo memelas. "Sekalian ajak Kak Juyeon sama Eric, ya. Biar enak ngomongnya."
Jacob jadi bingung, Sunwoo mau ngomong apa sih sampai harus mengumpulkan mereka semua disini? Sepenting itu kah topik yang akan dibahas nanti?
"Kayaknya gue tau lo mau ngapain," kata Jacob dengan tatapan menyelidik.
"Emangnya gue mau ngapain?"
"Lo mau cari tau siapa pelaku itu, kan?"
Sunwoo tersenyum tipis. "Udah gue duga lo orangnya peka. So, tunggu apa lagi? Panggil mereka semua kesini."
"Tapi kenapa harus temen lo? Mereka kan gak tau apapun soal masalah ini," tanya Hyunjae, sedikit khawatir karena masalah serius ini akan merembet kemana-mana.
Jelas dia takut, dia tidak mau penumpang lain khawatir dan suasana menjadi tak terkendali. Apalagi ada tindakan kejahatan di pesawat ini.
Hhh, seharusnya pesawat ini tidak dinamai dengan nama Gagak. Karena biasanya kan gagak membawa tanda kematian.
"Gak apa-apa, gue cuma gak mau bikin mereka khawatir. Mereka pasti bertanya-tanya kenapa gue gak balik-balik."
Jacob mengangguk paham, lebih baik temannya Sunwoo diajak kesini daripada dihantui rasa penasaran. Selain itu, dia juga takut penumpang lain akan menanyakan hal-hal aneh dan memancing keributan.
"Oh ya, kalian sadar gak sih?" Tanya Sunwoo tiba-tiba.
"Sadar apa?" Jacob balas bertanya.
"Sadar kalo─ gak jadi deh."
"Haknyeon?"
Pergerakannya terhenti, dia menoleh cepat ke arah Eric, orang yang memanggilnya tadi. Setelah itu, dia tersenyum lebar.
"Gimana?"
"Gimana apanya, Kak Juyeon gak kenal sama lo," kesal Eric. "Lo kenapa ngaku-ngaku dia kenal lo, lo mau memperkeruh suasana ya?"
"Siapa bilang?"
"Barusan gue bilang."
"Oh."
Kalau sekarang latar tempatnya bukan di pesawat, Eric pasti sudah memaki-maki Haknyeon yang memancing emosinya itu.
"Sekarang gue tanya, maksud lo apa sok kenal sama Kak Juyeon? Lo ada niat tersembunyi?" Tuduh Eric to the point. "I mean, pasti ada sesuatu yang bikin lo bilang begitu. Oh, apa jangan-jangan lo tau apa yang lagi terjadi disini?"
Wajah polos Haknyeon tunjukkan. "Emangnya apa yang terjadi?"
Sial, Eric keceplosan.
"Pasti ada yang bikin kalian sibuk dari tadi, ya? Bolak-balik sambil lari-lari, dan kalian keliatan menyembunyikan sesuatu. Wah, gak nyangka gue cuma karena satu masalah bakal merembet kemana-mana."
"Lo jangan asal ngomong kalo gak tau apa-apa." Eric mulai geram.
"Oh ya? Kalo gue tau, gimana?"
"Apaan s-"
"Permisi."
Ucapan Eric terpotong oleh seorang pemuda berwajah kecil yang terlihat cemas dan khawatir. Eric mendengus kesal, ayo sabar.
"Ada perlu apa?" Ketus Eric.
"Kalian liat cowok pake hoodie warna kuning, gak? Namanya Chanhee."
"Gak liat, kenapa emangnya?"
"Itu, dia mendadak gak ada di kursinya. Gue sama temen gue pikir dia lagi ke toilet, tapi dia gak balik-balik," jawab pemuda itu, dia benar-benar mencemaskan temannya.
"Lo udah coba cek ke toilet?" Tanya Eric mulai serius, pemuda itu mengangguk.
Ini benar-benar buruk, ternyata benar apa kata Haknyeon barusan. Masalahnya merembet kemana-mana sampai ada yang hilang.
"Tadi ada pramugara tinggi sama cowo pake jas hitam di toilet belakang, kata mereka Chanhee gak ada disana."
Haknyeon tiba-tiba menjentikkan jari. "Jangan-jangan sesuatu yang buruk udah terjadi," duganya. Ah tidak, sepertinya dia tahu sesuatu.
Pemuda itu mengerjapkan matanya. "M-maksudnya?"
"Mungkin temen lo dibunuh orang, bisa aja kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reveal | The Boyz ✓
Misteri / Thriller❝Ayo mengungkap siapa pelaku yang sebenarnya.❞