"Menurut lo, apa isi koper ini?" Tanya Juyeon sambil menunjuk koper yang dimaksud.
Younghoon menyahut polos. "Bom?"
"Kalaupun bom, baunya gak kayak begini."
Tangan Juyeon bergerak membuka koper itu, untungnya sih tidak dikunci. Begitu terbuka, mereka berdua saling melempar pandang.
Koper tersebut berisi plastik berwarna putih yang diikat. Juyeon merogoh saku jasnya, mengambil sebuah pisau lipat lalu merobek plastiknya.
Younghoon memperhatikan dalam diam, sesekali dia mendekat untuk melihat.
"Ini narkoba." Juyeon berucap setelah mencium dan merasakan isi plastik tersebut.
"Narkoba?!"
"Sst!"
Younghoon refleks menutup mulutnya rapat-rapat. Seketika dia merutuki dirinya dalam hati, semoga saja seruannya itu tidak terdengar sampai luar.
"Bawa koper ini ke toilet depan, kita harus lapor ini ke pilot, tapi engga untuk mayat itu."
"Lo mau lapor soal narkoba ini tapi gak mau lapor soal mayat itu?" Younghoon mengernyitkan keningnya. "Mayat itu bisa berdampak besar ke pekerjaan kita. Mau gak mau mayat itu tetap harus dilaporin kalau-"
"Lo boleh lapor nanti, tapi jangan sekarang," sela Juyeon cepat, memotong ucapan Younghoon. "Gue baru aja ngecek ponselnya dan bacain chat terbaru, dia cuma orang suruhan pelaku yang sebenarnya."
"Terus apa hubungannya sama lo yang gak mau jujur ke pilot?"
"Mereka udah gak percaya sama gue. Kalaupun masih, mereka pasti ngira dia pelakunya, udah gitu dia bawa narkoba."
"Terserah, gue harus lapor soal ini ke Kevin sama Sangyeon," ucap Younghoon final lalu keluar dari kamar mandi.
Dia marah pada Juyeon. Bagaimana bisa Juyeon berpikiran seperti itu? Apa mungkin Juyeon takut dipenjara? Ck, tentu saja tidak cuma Juyeon, dia juga takut karena masalah yang ditimbulkan pemuda berjas itu.
Dia bisa kehilangan pekerjaannya, bahkan bisa kehilangan sisa hidupnya kalau masalah tersebut sampai dibawa ke jalur hukum.
"Ck, baru kali ini gue naik pesawat dalam keadaan begini," gumamnya mengeluh.
"Nah, itu pramugaranya, lo tanya langsung aja."
Younghoon langsung menoleh ketika ada yang menyebut dirinya. Rupanya, ada tiga orang penumpang yang menatapnya meminta penjelasan. Ah tidak, lebih tepatnya hanya dua.
"Kak Younghoon, emang bener ada pembunuhan?" Tanya salah satunya sambil berbisik.
"A-apaan sih, jangan ngasal," bantah Younghoon tergagap-gagap.
Eric, orang yang bertanya tadi melirik Haknyeon sekilas. Tapi yang dilirik malah memandangi wallpaper ponselnya yang bergambar babi.
"Maaf, anda lihat laki-laki pakai hoodie kuning, tidak?" Tanya pemuda berwajah kecil. "Dia temen saya, dia mendadak gak ada di kursinya."
Badan Younghoon menegang, keringat dingin bermunculan di pelipisnya. Dia jelas melihat siapa yang dimaksud orang itu, karena temannya orang itu lah yang dibunuh Juyeon di toilet tadi.
Dia harus menjawab apa?
Haknyeon tiba-tiba terkekeh. "Loh, katanya tadi lo udah tanya ke dia sama yang pake jas hitam. Tapi kok dia keliatan kaget begitu?"
Pemuda bernama Changmin tersebut bungkam, lalu melirik Haknyeon dengan kedua tangan terkepal.
Juyeon berjalan santai seraya memandangi aktivitas penumpang yang ia lewati. Dia mengawasi orang-orang yang sedang bermain ponsel, barangkali salah satu dari mereka adalah pelakunya.
Dia menyadari satu hal, orang yang mengirimnya sms itu selalu memberi tahu waktu sebelum kejadian. Dia pun berpikir, sepertinya si pelaku sudah memprediksi semuanya sejak awal.
Tapi, dimana koper yang tadi?
Juyeon sengaja meninggalkannya di toilet belakang tak lupa menempel kertas bertuliskan 'TOILET RUSAK' agar tidak ada yang masuk kesana.
Itu lebih baik daripada membawa koper tersebut melewati penumpang yang lain, hal itu bisa memancing kecurigaan dari mereka.
"Gue perlu lihat cctv lagi dan gue bakal ajak Younghoon dan Hyunjae, semoga aja dua pilot itu gak bilang yang macam-macam."
Juyeon berdeham pelan ketika melewati Younghoon yang tengah berbicara dengan Eric dan dua pria lainnya.
Dia tidak berhenti, dia lanjut berjalan menuju ruang pilot untuk meminta sesuatu.
"Woi, lo habis dari mana?" Tanya Hyunjae yang entah sejak kapan sudah keluar dari toilet depan.
Juyeon terlonjak kaget. "Ngagetin aja sih, gue habis main hp," jawabnya asal.
Hyunjae menyipitkan matanya curiga. "Disaat begini lo masih bisa main hp?"
"Y-ya emang kenapa?"
"Emangnya lo ngapain?"
"Streaming mv, eh enggak!"
Hyunjae semakin curiga. "Disini gak ada sinyal, Juyeon. Lo mau coba bohongin gue?"
"Aduh, nanti aja ya tanyanya, gue mau ke pilot dulu."
"Ngapain?"
"Ada hal penting yang harus gue kasih tau ke mereka."
Hyunjae diam saja, membiarkan Juyeon mengetuk pintu ruang pilot. Padahal dalam hati dia penasaran, Juyeon mau ngomong apa?
"Hyunjae, coba lo yang ketuk pintunya."
"Loh, kok gue?"
"Kayaknya mereka gak mau bukain pintu buat gue."
"Coba sekali lagi."
Juyeon menghela nafas, lalu kembali mengetuk pintu sebanyak tiga kali. Namun, samar-samar dia mendengar sesuatu dari dalam.
Dia menempelkan telinganya ke pintu, lalu semakin jelaslah suara itu.
"Ada yang gak beres," katanya lalu menekan gagang pintu dan membuka pintunya.
Ketika pintu terbuka, mereka berdua sama-sama terkejut melihat apa yang terjadi. Kevin bersimpuh di lantai seraya berseru panik dengan Sangyeon di hadapannya.
"Tolong panggil Jacob, Kak Sangyeon kejang-kejang tiba-tiba dan dia gak bisa nafas! Please, hurry!"
Jadi, sejauh ini
gimana nih? :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Reveal | The Boyz ✓
Mystery / Thriller❝Ayo mengungkap siapa pelaku yang sebenarnya.❞