Satu tahun kemudian
"HAPPY BIRTHDAY, LEE JUYEON!"
Juyeon terkejut ketika ia sampai di sebuah restoran sederhana bergaya tradisional. Kevin, Younghoon, dan Jacob berseru senang akan kedatangannya.
Younghoon memegang kue, Kevin siap dengan kameranya untuk merekam, dan Jacob memegang sebuah kotak kado berwarna hitam.
"Ohh, jadi ini alasan kenapa kalian cekikikan pas vidcall-an kemarin."
Younghoon nyengir aja sambil menyodorkan kuenya. "Ide dari Kevin, bagus kan? Oh ya, tiup dulu dong lilinnya, keburu meleleh."
"Gak ah, kayak anak kecil aja."
"Hush, gak boleh gitu," tegur Jacob. "Kevin udah susah payah cari lilinnya kemana-mana, ayo cepet tiup."
Juyeon mendengus sebal, mau tak mau dia mengikuti kemauan temannya itu. "Iya deh, tapi lain kali gue gak mau ya pake kue segala, ngerepotin tau."
"Kayak sama siapa aja lo, buruan tiup," kata Younghoon tak sabar.
Wush
Lilin padam, Kevin langsung bersorak sambil terus merekam. "Sekarang potong kuenya, terus kasih ke gue dulu gak mau tau."
"Gak bisa gitu, gue dulu lah!" Balas Younghoon tak setuju.
"Enak aja, itu kue gue yang cari!"
"Tapi kan pake uang gue!"
"Dasar, mending gue duluan," sahut Jacob sambil nyengir ganteng, alhasil pundaknya langsung ditabok Kevin.
"Heh, percuma kalian berantem, kan potongan pertama buat gue."
Juyeon menaik-turunkan alisnya sambil melahap habis potongan kuenya, ketiganya langsung cemberut karena tak terima.
"Harusnya lo kasih potongan pertama ke orang yang istimewa atau spesial buat lo," ujar Kevin.
"Kalian bertiga gak spesial buat gue, canda. Gue laper, maaf ya."
"Ada-ada aja, baru tau gue ada detektif kayak dia," celetuk Jacob sambil duduk di kursi, diikuti oleh yang lain.
"Itu tandanya gue beda dari yang lain."
"Dasar."
"Buka kadonya coba, ini hadiah spesial dari kita, tentunya pake uangnya Younghoon." Kevin menyodorkan kadonya, dibalas dengusan oleh Younghoon.
"Kalian aja yang gak mau ngeluarin duit."
Kado tersebut dibuka, bentuknya kotak, keras, seperti sebuah tas? Entahlah, yang pasti bentuknya persegi dan berwarna hitam.
"Ini... apaan?"
"Buka dulu."
Juyeon lanjut membuka kado tersebut, ternyata isinya adalah sebuah kotak berisi jas hitam, kemeja putih, dasi dan sepasang sepatu!
"Ini hadiah yang cocok buat seorang detektif, kan?" Sekarang gantian Younghoon yang menaik-turunkan alisnya.
Bukannya menjawab, Juyeon malah mengusap tengkuk lehernya kikuk. Younghoon jadi bingung, dia tidak salah beli, kan?
"Kenapa? Kurang, ya? Nanti gue beliin lagi deh."
"Eng-enggak, gue ngerasa gak enak sama kalian. Ini bukan barang yang murah loh..."
"Ya elah, dibilang ini pake uangnya Younghoon, santai aja kali," kata Kevin tak peduli.
"Ya udah deh, makasih banyak ya."
Omong-omong, Juyeon sudah berkali-kali memecahkan kasus walaupun harus masuk ke rumah sakit berulang kali, entah karena tertembak atau jatuh. Tapi itu yang membuat Juyeon senang dan semakin tertantang.
Younghoon dan Kevin masih bekerja di bandara yang sama, bahkan mereka berdua sering bertugas bersamaan. Walaupun masih agak trauma, Kevin memilih tetap bekerja sebagai pilot daripada sebagai juru mesin, keputusannya disetujui.
Oh ya, lukanya Younghoon sudah sembuh, kok.
Kalau Jacob, dia tidak lagi bekerja sebagai dokter. Kini ia membangun restoran sendiri di dekat rumahnya, dan tempat mereka berada saat ini adalah restoran milik Jacob. Katanya dia masih terbayang-bayang kejadian di pesawat satu tahun yang lalu, makanya dia memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya.
"Oh ya, gue dikasih tau sama ketua tim gue, katanya mayatnya Hyunjoon agak aneh," kata Juyeon dengan nada memelan, takut ada yang dengar.
"Aneh?" Kevin pun bingung. "Aneh gimana?"
"Kurang tau, ketua tim gue gak jelasin lebih lanjut lagi. Katanya rahasia, apa-apaan."
"Mungkin belum selesai diselidiki kali," duga Jacob, siapa tahu saja. "Jangan bahas hal itu deh, takut orang lain denger. Gue gak tutup restoran, nanti kalau ada pengunjung yang penasaran gimana?"
"Gak bakal, Juyeon kan bisa ngancam mereka," kata Younghoon santai sambil menyandarkan punggungnya di kursi.
"Iya, habis itu Juyeon kena omel terus dipecat lagi, lo mau tanggung jawab?" Sinis Kevin setelah selesai mengunyah kue.
"Cih."
Kriet
Pintu masuk terbuka, Jacob selaku pemilik restoran bangkit dari duduknya sambil tersenyum, berniat menyapa dan mempersilahkannya duduk lalu memesan.
"Selamat datang dan selamat malam, mau pesan... lo?!"
Juyeon, Younghoon, dan Kevin sontak berdiri, terbelalak kaget dengan apa yang dia lihat.
"Apa-apaan..."
"Hai kak, udah lama gak ketemu, ya?" Sapa orang itu dengan senyum manisnya. "Daripada buang-buang waktu, langsung aja ya. Hehe, dadah~!'
DOR! DOR! DOR!
The End
Hai, apa kabar?
Reveal resmi tamat ya
hehe, maaf lama upnyaTerima kasih untuk kalian
karena baca ceritaku ini,
makasih juga karena
nunggu cerita ini up ♡Masih ada yang mau
ditanyakan?
Barangkali kalian
masih bingung atau
kurang paham.Mau tanya soal aku
juga boleh kok hehe
(Hilih, kayak ada yang
mau tanya aja).Tambahan :
Itu Hyunjoon hidup lagi
apa gimana ?Sebenernya dia masih
hidup, bahkan gak
mengalami kejadian di
pesawat saat itu.Loh? Kok bisa?
Iya, karena Hyunjoon
yang ada di pesawat
adalah robot buatannya
yang sengaja dibuat sama
persis dan untuk mengelabui
mereka semua, karena dia tau
rencananya gak akan
berjalan mulus. Makanya
dia bikin robot itu dan
muncul di waktu yang tepat.Oke, sekian dari aku,
sekali lagi terima kasih-!Anw, congrats untuk
The Boyz dan Deobi-!
Walaupun aku gak ngestan
The Boyz, tapi aku suka banget
sama mereka dan dukung
mereka di RTK kemarin ♡Semangat untuk Kingdom
nanti yaaa-!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Reveal | The Boyz ✓
Misterio / Suspenso❝Ayo mengungkap siapa pelaku yang sebenarnya.❞