"Berdasarkan penyelidikan, akun rekening itu aktif sejak satu tahun yang lalu. Itu tandanya akun rekening ini masih baru, mungkin sengaja dibuat," jelas Sangyeon pada Kevin.
Tenang saja, mereka sudah mengaktifkan mode auto-pilot kok. Kalau tidak kan seram.
"Kak Sangyeon..."
"Apa?"
"Firasat gue buruk," ucap Kevin dengan nada gusar. "Entah kenapa, gue berpikir pesawat ini bakal dibajak."
"Ayo berpikir positif, jangan sampai dugaan buruk lo itu menganggu tugas kita, oke?" Sangyeon menepuk-nepuk pundak Kevin.
Tak lama setelah itu, ada pesan masuk dari pihak bandara tempat mereka lepas landas 20 menit yang lalu.
Sepertinya pihak bandara sudah mencari tahu siapa pemilik rekening tersebut.
"Gimana, Vin?"
Kevin si penerima pesan tersebut menatap Sangyeon, dia terlihat terkejut.
"Kak Sangyeon, sebelum gue kasih tau siapa pemilik rekeningnya, ada satu hal lagi yang harus lo tau."
"Apa?"
"Ada dugaan lain, pelakunya ada dua orang dan mereka ada di pesawat ini."
Tok tok tok
"Siapapun yang di dalam, tolong keluar dengan segera!" Perintah Hyunjae sambil mengetuk-ngetuk pintu toilet.
Di belakangnya ada Juyeon yang terlihat gelisah dan panik. Bisa saja alarm 20 menit itu memiliki maksud tertentu, seperti pembunuhan, mungkin?
Tok tok tok
Ketukan semakin keras, tapi pintu toilet tak kunjung terbuka. Hyunjae dibuat cemas, apalagi Juyeon.
Kemana Younghoon? Dia sibuk menenangkan para penumpang dan mengatakan kalau semua akan baik-baik saja.
Dia juga sibuk mengurus tiga laki-laki yang diduga adalah teman dari orang yang ada di dalam toilet tersebut.
"Aduh, gimana ini?" Gumam Hyunjae khawatir seraya terus mengetuk pintu.
Ceklek!
Senyum Hyunjae merekah. Tapi tak lama kemudian senyumnya kembali hilang, begitu juga dengan Juyeon.
Bagaimana tidak? Orang yang ada di dalam kamar mandi membuka pintu lebar-lebar dan memperlihatkan tubuhnya yang basah kuyup akibat darah!
"Astaga, anda baik-baik saja?" Tanya Hyunjae nyaris tak terdengar karena terlalu terkejut.
Juyeon tidak tinggal diam, dia berlari menghampiri Younghoon untuk meminta kain atau apapun itu.
"Younghoon, ada kain atau handuk, gak?"
"Ada, tunggu sebentar ya."
Setelah Younghoon pergi, tiga orang yang tadi mendesak Younghoon untuk memberi tahu apa yang terjadi langsung melayangkan banyak pertanyaan pada Juyeon.
"Temen saya baik-baik aja, kan?"
"Sesuatu yang buruk lagi gak terjadi, kan?"
"Tolong jawab pertanyaan kita, kita khawatir sama Sunwoo."
Melihat pemuda berkulit pucat dan bermata tajam itu, Juyeon jadi tidak tega.
"Temen kalian gak apa-apa, kok. Lebih baik kalian balik ke kursi kalian, kasian penumpang yang lain terganggu. Saya janji, temen kalian bakal baik-baik aja."
"Dia beneran gak apa-apa?" Pemuda bermata tajam itu kembali bertanya dengan sorot mata polosnya.
Juyeon pun tersenyum dan mengangguk. Tak lama kemudian, Younghoon pun kembali dengan dua handuk di tangannya. Dia segera menerimanya dan kembali ke toilet.
Tirai ditutup agar tidak ada yang melihat, dia tidak mau membuat keributan di tengah malam seperti ini.
"Basahin dulu kepalanya, nanti dikeringin pake handuk," kata Juyeon sembari menyodorkan handuk yang dipegangnya.
"Air gak nyala."
Hyunjae terkejut. "Loh, tadi sebelum berangkat pihak pesawat udah ngecek kok, gak ada kerusakan sama sekali."
Orang itu mengedikkan pundaknya acuh, lalu menerima sodoran handuk dari Juyeon, kemudian mengelap kepala dan badannya.
Handuk putih tersebut langsung berubah menjadi merah, bau anyir begitu menyengat.
"Kayaknya lo harus tetap disini deh. Lo gak mungkin balik dalam keadaan kotor begini," kata Juyeon.
Lagi-lagi, orang itu mengedikkan pundaknya. "Terserah."
"Lo kenapa bisa begini? Lo jatuh atau kebentur sesuatu? Atau lo kepeleset dan gak sengaja kegores?" Tanya Hyunjae bertubi-tubi.
Orang itu menghela nafasnya. "Hhh, gue mau cuci tangan. Tapi pas gue tutup pintu, tiba-tiba darah tumpah dari atas. Pas diliat lagi, ternyata darah itu berasal dari ember yang digantung dan terhubung ke pintu."
(Disini toiletnya kayak di mall ya guys. Tapi cuma ada satu wastafel dan dua bilik doang. Jadi, pas pintu toilet dibuka, di dalemnya masih ada dua bilik lagi. Gimana ya jelasinnya, pokoknya gitu deh. Paham gak wkwk)
"Ada orang lain di toilet?"
"Gak ada," jawab orang itu. "Tapi, sebelum gue masuk, ada orang lain keluar dari toilet. Dia bilang hati-hati, mungkin maksudnya untuk ember darah itu."
"Tapi, seharusnya dia kena juga dong?" Duga Hyunjae, Juyeon menggeleng singkat.
"Kalau dia tutup pintunya dengan gerakan cepat, dia gak bakal ketumpahan."
Orang itu mengangguk. "Bisa jadi. Ehm, makasih banyak, ya. Gue agak tenang sekarang, soalnya gue takut darah."
"Sama-sama, lo mau gue ambilin minum atau makan?" Tawar Hyunjae, orang itu mengangguk.
Hyunjae balas mengangguk lalu pergi keluar untuk mengambil minum dan makan, tak lupa memberi tahu Younghoon.
Juyeon yang ditinggal berdua disana merasa canggung. Dia tidak terbiasa berkomunikasi dengan orang baru.
"Gue Sunwoo," kata orang itu disela kegiatan membersihkan dirinya.
"Juyeon," balas Juyeon singkat, namun disertai senyuman.
"Kak Juyeon, sebenernya apa yang terjadi disini? Kenapa tadi kalian keliatan panik? Kita bakal selamat sampai tujuan, kan?"
Juyeon bungkam, tak membalas pertanyaan Sunwoo. Dia harus menjawab apa? Dia sendiri juga tidak tahu mereka semua akan selamat sampai tujuan atau tidak.
Dan, apakah ia harus jujur soal sms itu?
"Semoga pelakunya cepet ketemu deh, orang yang suka bohong bakal cepet ketauan."
Perkataan Sunwoo barusan membuat Juyeon terkejut.
Sunwoo tahu dari mana? Dia kan belum bilang apa-apa.
Cerita ini gak sama
persis sana film aslinya.
Cuma beberapa peristiwa
aja yang samaJadi, selamat menebak
siapa pelakunya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Reveal | The Boyz ✓
Mystery / Thriller❝Ayo mengungkap siapa pelaku yang sebenarnya.❞