Chapter 2

42 12 1
                                    

Adam menggeliat di atas kasur, sebuah benda lunak, dan berlendir tengah menjilati wajahnya. Ia membuka matanya, “Ya…ya aku bangun, aku bangun.”

Setelah membuka mata, didapatinya Boi, anjing kesayangannya menyalak gembira. Adam merenggangkan tubuhnya, dilihatnya jam beker di atas nakas, pukul 6.30 a.m.

“Astaga….telat, aku telat.” Adam beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi, tak berniat mandi hari ini, Adam mengambil parfum dan menyemprotkan ke penjuru tubuhnya. Sambil menyikat gigi asal-asalan, ia mengenakan seragam.

Boi menyalak di pintu kamar, Adam mendengus sambil mengambil tasnya, ia berlari menuruni tangga, karena tangga baru dipel, alhasil…

GUBRAKK BRUUK BRAAAK JDUG.

Adam terguling di anak tangga, dan kepalanya menyundul lantai.

“Kau ini kenapa? Heboh banget!” Teriak ibunya, dari arah dapur.

“Kepeleset!” Adam balik berteriak.
Ia segera merapikan buku-buku yang bergelimpangan, tapi lebih tepat dibilang menjejalkan buku ke dalam ransel.

“Cepat makan, sudah telat!” Ibunnya menyorongkan seiris roti gandum dengan selai cokelat.

Tanpa disuruh dua kali Adam melahap rotinya, sambil mengenakan sepatu. Sementara Boi sudah diluar rumah menunggu Adam. Kemanapun Adam pergi, Boi  selalu mengikutinya, mengantar ke sekolah, tidur, jalan-jalan, jelas kedua makhluk itu tak terpisahkan.

“Dah…aku sekolah dulu.” Adam menutup pintu, dan berlari bersama Boi di sampingnya, menyalak-nyalak gembira.

“HAAH…PAK… SUPRII...AWAAAAS….”

“OOOOOIIIII….STOP MAAAS….”

Gerakan Pak Supri menutup gerbang sekolah terhenti.

Dan lagi-lagi, BRUAAAAK, kali ini kepala Adam menyudul pelipis pak Supri, dan keduanya kehilangan keseimbangan, sehingga terjatuh dengan posisi berpelukan layaknya sepasang kekasih.

“Maaf pak, permisi dulu, udah telat.”

“DEMI BAKSO MBAK INEM, BALIK SINI WOOOY...!” Pak Supri berteriak, yang sayangnya tidak dihiraukan Adam.

Nafas Adam memburu, kelasnya ada di ujung koridor, tampak Buk Nanik mondar-mandir di dalam kelas.

Astaga habis aku…,batin Adam.
Adam mengintip lewat jendela kelas, nampak Buk Nanik sedang membelakangi murid-murid, menghadap papan tulis. Adam tak ingin melewatkan kesempatan emas itu, sesegara dan sepelan mungkin ia mengetuk jendela di atas kepala Jo. Jo tetap tidak menyaut, nampaknya bocah itu tidur.

Untunglah Eve melihatnya di luar jendela, Adam mengisyaratkan Jo, sambil menunjuk ke bawah, Eve mengangkat bahunya. Hadeuh ini cewek kok gak peka banget…, batin Adam. “J…O..” Adam mengeja nama Jo, Eve ber-oh panjang, cewek itu segera melempar penghapus kearah Jo, yang memang sedang tertidur.

“Apaaa?” Jo berbisik, Eve menunjuk jendela.

Jo membalikkan badan dan terkejut akan kehadiran sesosok Adam diluar jendela. Jo menulis sesuatu di bukunya, dan menunjukannya ke Adam.

“ Mau Masuk?”
Adam menepuk jidatnya, lantas mengangguk. Dasar cowok ini sama gak peka-nya kayak Eve…,Adam membatin.

Jo kembali menunjukkan tulisan.

“Beliin 5 pack pena.”

Adam menjambak rambutnya, ia kemudian membentuk angka tiga dengan jarinya.

Sebagai balasan Jo menggeleng.
Demi anaknya Sandy dan Spongebob, kesabaran Adam habis, segera ia mengangguk, menyetujui persyaratan Jo.

Jo segera menggeser selot jendela, dan membukakannya untuk Adam.

Son Of Venus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang