Chapter 3

35 12 1
                                    

“Hoeeeek…” Jo sudah muntah untuk yang ketiga kalinya. Pekerjaan membersihkan toilet siswa memang bukan perkara mudah, butuh mental baja, dan penjepit hidung super untuk menyelesaikan pekerjaan ini.

“Ayo…ayo, masih ada tiga bilik yang belum dibersihkan, hey Jo jangan muntah terus, keluar dan ambilkan kapur barus baru di gudang.” Suara cempreng pak Supri terdengar lewat walkie talkie yang ada di wastafel.

“Siap pak.” Adam menyambar walkie talkie, mematikannya, lalu membuangnya ke tempat sampah.

“Astaga, terima kasih Tuhan engkau membebaskan hambamu dari siksa duniawi ini.” Jo berteriak sambil menendang pintu.

Keadaan menjadi sunyi sejak Jo keluar tadi, apalagi seluruh siswa sudah pulang, membuat keadaan di toilet makin sunnyi, dan mencekam.

“Kenapa Jo sih yang disuruh, apa karena dia mun….” Adam menghentikan aktivitasnya, bagaimana mungkin pak Supri bisa tahu Jo muntah, tidak ada CCTV di  toilet, sekujur tubuh Adam meneteskan keringat dingin, firasatnya mulai tidak enak.

“Hoy, Adam jangan diam saja cepat sikat wc-nya.” Suara cempreng pak Supri kembali terdengar. Bulu kuduk Adam berdiri, ia yakin baru saja mematikan walkie talkie, dan membuangnya ke tempat sampah.

Adam tidak memedulikan suara cempreng itu, ia memilih mengunci diri di dalam salah satu bilik.

“Adam…hoy…Adam.” Suara itu terhenti sejenak, namun setelahnya terdengar kekeh mengerikan. “Sudah sadar ya.”

PRAAAANG.

Cermin di wastafel pecah, suhu di toilet turun drastis, membuat tubuh Adam menggigil.

Adam mengintip lewat celah diantara pintu, dan lantai, ia menggigit lengan bajunya, berusaha tidak menimbulkan suara sekecil apapun.

Sesosok wanita degan gaun tidur abad pertengahan yang dipenuhi darah berjalan diantara pecahan kaca, tidak bukan berjalan, lebih tepatnya melayang.

“Waaaah…mau main petak umpet ya, ekhkekekekeke….” Suara cempreng pak Supri keluar dari mulut wanita aneh itu.

Wanita bergaun tidur itu mendorong pintu bilik pertama, lalu kedua, ketiga, dan seterusnya, sampai pada bilik ketiga belas, tempat Adam bersembunyi. Bulir-bulir keringat membasahi sekujur tubuh Adam, meskipun hawa dingin menerjang tubuhnya.

BRAAAAAAK…

Pintu toilet menjeblak terbuka.

“Mary!” Teriak seseorang, dengan suara yang familiar di telinga Adam.
Wanita bernama Mary, mengurungkan niatnya membuka bilik ketiga belas. Ia memandang seorang pria di ambang pintu dengan tatapan tajam.

“APA? AKU HAMPIR MENDAPATKANNYA!” Mary meninggikan nada bicaranya.

“KENAPA KAU TIDAK MEMBERITAHUKU DULU DUNGU!”

“SIAPA YANG DUNGU!?” Kali ini Mary berteriak dengan suara melengking.
Sementara dua orang misterius itu adu teriakan, Adam memanjat ke atas bilik, menjaga tubuhnya tetap seimbang, dan berjalan diatas dinding bilik-bilik toilet.

“Sudahlah, dimana anak itu?” Tanya si pria.

Adam membalikkan tubuhnya, ia menahan nafas melihat sesosok hantu paling tenar di dunia, Bloody Mary, sedang mengobrol dengan.

“Pak Theo?” Adam tanpa sengaja menyebut nama lelaki yang memunggunginya, ia kehilangan keseimbangan, dan jatuh mencium lantai.

Lelaki itu membalikkan tubuhnya, dan terkejut melihat Adam jatuh.
“Mary kunci pintu!” Pinta Pak Theo.
Bloody Mary melayang ke pintu, dan terdengar bunyi pintu terkunci. Adam akhirnya terperangkap bersama sesosok setan, dan seekor Wendigo.

*****

Sebuah Porsche memasuki gerbang sekolah, dan terus melaju hingga tiba di tengah lapangan. Seorang pemuda berambut hitam membawa semacam tongkat yang dibungkus kain lusuh keluar dari Porsche hitam itu.

Sementara di sebelahnya, seekor Labrador tua sibuk menggaruk belakang telinganya.

Pemuda itu menyulut rokok, dan menjejalkan ke antara bibirnya, sementara Labrador-nya mengendus-endus tanah di sekelilingnya.

“Apa kau merasakannya juga Fenrir?” Pemuda itu berjongkok untuk membelai tengkuk si Labrador.

Mulutnya membentuk cengiran lebar. “Kita tunggu saja Fenrir, sampai berapa lama anak itu bertahan.”

Pemuda itu kembali menjejalkan puntung rokok ke dalam mulutnya, sedangkan si Labrador kembali menggaruk belakang telinganya.

Thanks for reading
Tinggalkan jejak dengan klik ⭐
Jangan segan-segan komen

Son Of Venus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang