Budayakan vote sebelum membaca.
Karena vote kalian menjadi motivasi Author buat lanjutin cerita ini 😊
.
.
.
Emily kecil melompat-lompat di trotoar, ransel merah di punggungnya ikut melompat-lompat riang. Hatinya benar-benar gembira hari ini, ia dalam perjalanan mengunjungi temannya, Regina, mereka akan pergi berkemah di dekat sungai.
"Reginaaa!" Emily memanggil sahabatnya, sambil sesekali memainkan bunga Morning Glory yang memanjat naik di tembok bata."Re-gi-naaaa!" Emily sedikit berteriak.
Emily mengerucutkan bibirnya, sepuluh menit berlalu, dan Regina belum juga menampakkan batang hidungnya.
Dengan tidak sabaran, Emily menggedor pintu rumah Regina, walau ia tahu yang baru dilakukannya sangatlah tidak sopan, tapi menurutnya membiarkan seorang tamu di luar selama lebih dari lima menit lebih tidak sopan.
Ckleek.
Seorang wanita membukakan pintu. Emily tersentak mundur, ia mengamati wanita di depannya, wajahnya nampak familiar.
"Wah, ada Emily, mau cari Regina ya?"
"Ah, iya Bibi, Regina ada?"
Ada jeda sejenak, sebelum wanita itu membuka mulutnya. "Regina sedang pergi ke rumah neneknya, Minggu depan baru pulang." Wanita itu tersenyum.
Emily memandang sejenak, sekarang barulah ia mengenal bibi Cellina, ibu Regina, setelah wanita itu tersenyum. "Yah, padahal hari ini kami akan berkemah," ucap Emily sendu.
"Aduh, maaf ya Regina harus pergi ke rumah neneknya bersama paman Almond, neneknya sedang sakit."
"Baiklah kalau begitu," Emily memandang bibi Cellina sekali lagi, wanita itu tampak tidak sehat, kantung mata tebal, tubuh yang lebih kurus, dan menguarkan bau alkohol. Emily pun memberanikan diri bertanya, "apakah bibi sakit?"
Bibi Cellina pelotot, lantas ia kembali tersenyum. "Bibi baik-baik saja, hanya sedikit lelah."
"Oke, aku pulang dulu ya." Emily melambaikan tangan, lalu berlari meninggalkan rumah bata di belakangnya.
*****
Emily mendesah sebal, sudah tiga hari berlalu dari kunjungannya ke rumah Regina, dan ia belum melihat secuil pun bagian tubuh sahabatnya.
Dialihkan pandangannya dari tumpukan kertas ujian harian, ke lapangan rumput luas di luar jendela. Setidaknya rumput hijau lebih menarik daripada soal-soal ujian.
Emily tersenyum kecut, mengingat bagaimana Regina akan memarahinya, kalau ia tidak serius mengerjakan ujian.
Apa dia sakit? Emily membatin gusar, ia memutuskan untuk mengunjungi rumah temannya.
*****
"Selamat siang!" Emily mengetuk pintu rumah Regina, sudah lebih dari setengah jam dia berdiri kaku di sebelah Morning Glory yang nampak mengejek.
Emily pun menyerah, ia melangkah lunglai. Matanya berair, ia meremas-remas ujung rok merahnya. Ini pertama kalinya Emily kecil merasakan sebuah kehilangan.
Apa dia membenciku? lirih Emily dalam hati. Ia memutuskan pergi ke sungai yang harusnya ia datangi bersama Regina untuk berkemah.
Emily melepas sepatu dan kaus kaki, dan mencelupkan kaki ke dalam air sungai, karena sebentar lagi akan memasuki musim dingin, air sungai itu terasa membekukan kaki Emily, namun Emily acuh, ia menatap sendu rerumputan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Son Of Venus
ParanormalBagaimana jika seorang pria misterius datang ke rumahmu, lantas melontarkan tiga kata berikut. "Kau putra Lucifer." Satu bulan sebelum akil baliq, Adam Samael Raiden harus menerima fakta aneh, dirinya adalah putra sang pangeran neraka, sekaligus sa...