Chapter 11

22 4 0
                                    

Seorang pria berjalan di lorong gelap, obor tergenggam di tangan, menampilkan siluet yang menari-nari di dinding yang sempit. Air mukanya menyiratkan kemarahan, sementara jubahnya bergoyang-goyang mengikuti hentakan kaki.

Ia berbelok di pertigaan pertama, kakinya makin cepat melangkah, menyebabkan siluet di dinding menari-nari makin cepat.

Pria itu berhenti, ketika obornya menyinari sebuah tembok bata, kira-kira delapan kaki tingginya. Ia menarik nafas panjang, lantas dihembuskan perlahan. Ditempelkan salah satu indera pendengarannya, menutup mata, berusaha memfokuskan energi ke telinga yang ditempelkan di dinding.

Sebuah suara menembus pendengarannya, disusul sebuah geraman yang menyiratkan sebuah kenikmatan. Kedua mata merah sang pria kembali terbuka, ia mendesah kesal. "Hhhh, wanita aneh, itu pun kalau dia wanita," gumamnya.

Disentuhnya tembok bata itu, lantas berbisik, "Aperta est Ianua." Tembok bata itu terbelah, membentuk sebuah pintu kayu berukir, dengan gagang emas. Didorongnya perlahan pintu itu, lantas memasuki ruangan di dalamnya.

"Lucifer!?" jerit seorang wanita di atas ranjang, sementara di sebelahnya sesosok Ifrit tengah mengelus paha mulus sang wanita.

"Kita perlu bicara, empat mata." Lucifer menatap tajam si Ifrit. Ifrit yang ketakutan itu menegakkan diri, lantas membungkuk kepada sang pangeran neraka.

"Keluar," ucap Lucifer dingin. Ifrit itu menegakkan diri lantas berjalan cepat-cepat ke pintu.

"Tunggu." Lucifer mencengkram salah satu cakar si Ifrit. "Bawa ini, kembalikan ke ruang singgasana." Lucifer menyorongkan obor di tangannya, tanpa memandang wajah ketakutan sang Ifrit.

Ifrit itu kembali membungkuk, hingga hidungnya nyaris membentur tanah, lantas berlalu cepat-cepat.

Begitu pintu tertutup, Lucifer menatap si wanita, dengan air muka yang tidak bisa dijelaskan. "Lilith ...."

"Ada apa sayang?" Lilith bertanya dengan nada menggoda, gaun hitamnya disibakkan, memperlihatkan paha yang mulus.

Lucifer berjalan mendekat, ia mengelus paha Lilith sejenak, lalu membenahi gaun Lilith, Lilith nampak cemberut.

"Kau kenapa sih hari ini?!" cecar Lilith.

"Harusnya aku yang bertanya Lilith," ucap Lucifer dingin. Lilith nampak heran dengan kelakuan suaminya hari ini. "Apa kau cemburu dengan Ifrit tadi?"

"Tidak," jawab Lucifer singkat.

"Lalu?"

Lucifer menatap Lilith dengan pandangan dingin, ia beranjak dari ranjang, langsung menuju pintu.

"Kalau kau belum mengakui kesalahanmu," uap Lucifer sambil berbalik menghadap Lilith yang keheranan. "Kupastikan ini menjadi malam terakhirmu."

Hati Lilith mencelos mendengar pengakuan Lucifer. "TUNGGU, AKU TIDAK MENGERTI, LUCIFER!" Lilith menjerit, tanpa aba-aba, ia meringsek maju, menarik lengan Lucifer.

Lucifer kembali memandang Lilith dengan ekspresi jijik, ia melepaskan cengkraman Lilith secara kasar, Lilith pun terhempas jatuh.

"Apa ini karena anak haram itu?!" jerit Lilith, matanya berkaca-kaca.

"Iya." Lucifer menjawab dingin.

Lilith bangkit, ia mendekati Lucifer, dan,

PRAAAAK.

Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan Lucifer. "Kenapa kau menamparku, apa salahku?" Lucifer bertanya dingin.

"APA SALAHMU?! KAU MASIH BERANI BERTANYA MACAM ITU, DASAR TAK TAHU DIRI!"

Son Of Venus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang