“Aaaah…lembur lagi malam ini.” Gumam seorang pria paruh baya, meregangkan otot-ototnya. Dia sedang duduk di bangku panjang, di dekat sebuah toilet, yang menghadap ke cermin di sebuah lorong.“Ya ampun, pak Theo kemana, katanya mau nemenin ane main catur.” Pria itu mendengus kesal, ia merebahkan dirinya, lantas berpaling kearah cermin di depannya. “Hai tampan.” Sapanya, pada bayangannya sendiri.
“Hai.” Bayangan itu menjawab sapaan pemiliknya. Pria itu terlonjak, lantas berlari keluar lorong, menaiki tangga, dan menggedor-gedor pintu ruang guru, tak lama muncullah seorang pria, dengan badan tegap, dan wajah setengah bule yang tampan.
“Pak…pak Theo…buka pintunya pak…Theo!”
“Ah…pak satpam, bagaimana pak? Jadi main catur, maaf tadi saya sedang mengurus ber....”
“Pak saya melihat hantu!”
“Buahahahahahaa….aduh pak satpam ada-ada saja!” Pak Theo mengusap air mata dari sudut mata kirinya.
“Astaga pak ini benar!” Pria paruh baya itu menggoncang bahu pak Theo.
“Ya sudah, dimana anda melihatnya?” Pak Theo merogoh kantungnya, dan mengeluarkan dua buah senter ukuran kecil.
Pak satpam memimpin napak tilas-nya ke lorong tadi. Seraya berjalan, ia menceritakan kronologi, yang membuatnya lari terbirit-birit ke ruang guru, untuk menemui pak Theo, sang guru BK.
“Oh ini?” Pak Theo memandang cermin di hadapannya, lantas maju, dan meraih bingkai cermin, lalu menempatkan telapak tangan di belakang cermin. “O diaboli fiat ut ponam coram te fortitudinem meam et sanguis per verba.” Bisik Pak Theo dibalik bingkai cermin.
“Eh…pak ngapain?” Tanya pak satpam keheranan.
“Oh enggak pak, Cuma meriksa aja, biasanya ada yang jahil masang hologram di belakang cermin.”
Pak satpam ber-oh panjang.
“Hmmm…pak, ayo kita main.” Pak Theo mengambil dua batang lilin, dan sebuah korek api dari kantung celananya.
“Weeeh…mau manggil jelangkung pak? Saya gak ikutan deh.” Pak satpam menggeleng keras.
“Wah…bukan pak, yah sejenis manggil roh juga sih, tapi yang lain.” Pak Theo menyalakan lilin, dan meletakkan keduanya di lantai sisi kiri, dan kanan cermin. Ia menoleh ke arah pak satpam, “Bapak yakin ga mau ikut?”
Pak satpam menggeleng kuat-kuat, ia tak mau bermain-main dengan makhluk-makhluk dunia gaib.
“Hadeuh pak, gapapa lah saya sering main sama dia kok, roh-nya baik, dan setiap kali kita bertanya, pasti dijawab dengan benar.” Pak Theo berusaha meyakinkan pak satpam yang berusaha menjauh dari dirinya.
Pak satpam berhenti bergerak, ia mematung di bibir lorong. “Ya…yakin ba…baik…pak?” Pak satpam bertanya terbata-bata.
“Iya pak, oh begini saja pak, kita main catur nanti begitu giliran bapak jalan, bapak tanya sama roh di cermin, pion mana yang harus dijalankan.” Pak Theo kembali meyakinkan pak satpam yang mematung di bibir lorong.Pak satpam maju perlahan-lahan, ia mengambil satu set catur dari bawah bangku panjang, tempat ia tadi tertidur, lalu menyusun semua bidaknya. Sementara itu pak Theo sibuk menggumamkan kalimat dengan bahasa latin.
“HUUAAAKMMM….” Pak Theo membekap mulut pak satpam yang berteriak ketika melihat sesosok wanita bergaun putih, dengan mata hitam, rambut panjang berantakan, serta kulit pucat memandangnya dari dalam cermin.
“Jangan teriak pak, nanti dia tersinggung, terus marah, dan akhirnya bapak bakal dihantui seumur hidup.” Pak Theo berbisik di telinga pak satpam, lantas melepas tangannya.
Darah pak satpam berdesir, matanya membulat, dan bulir-bulir keringat keluar dari tubuhnya. Suhu ruangan terasa turun drastis. Semakin dalam menatap mata wanita itu, semakin dingin udara di sekitar, dan semakin banyak bulir keringat yang keluar dari tubuh pak satpam.
“Sekarang Mary!” Pak Theo berteriak, sambil mencengkram kedua pergelangan tangan pak satpam.
PRAAAAANG…
Cermin itu pun pecah, dan dengan ganas hantu wanita itu menerjang tubuh pak satpam.
Pak Theo melepaskan cengkramannya. Pria paruh baya itu menjerit, berguling, dan bahkan menabrakkan dirinya sendiri ke tembok. Sedangkan di ujung lorong Pak Theo bertepuk tangan sambil tertawa, menikmati pemandangan mengerikan ini.
Setelah berkutat selama lebih dari tiga puluh menit, akhirnya pak satpam ambruk di kaki pak Theo.
“Mary? Kau di sana?” pak Theo menepuk-nepuk wajah pak satpam.
“Hah…hah…hah….” Pak satpam membuka matanya.
“Mary?”
“Ah ya ampun, kenapa harus pak tua ini sih, apa kau tidak punya tubuh lain yang lebih bagus?” Pak satpam bangkit. Roh wanita itu menang, ia berhasil menguasai tubuh pak satpam.
“Terserah Mary, yang penting sekarang kita harus mencari anak itu!” Pak Theo berlalu pergi, meninggalkan Mary yang mengendus-endus tubuh barunya.
Thank you for reading
Tinggalkan jejak dengan ⭐
Jangan segan memberi komentar
KAMU SEDANG MEMBACA
Son Of Venus
ParanormalBagaimana jika seorang pria misterius datang ke rumahmu, lantas melontarkan tiga kata berikut. "Kau putra Lucifer." Satu bulan sebelum akil baliq, Adam Samael Raiden harus menerima fakta aneh, dirinya adalah putra sang pangeran neraka, sekaligus sa...