Chapter 7

38 9 2
                                    

Jauh di bawah bumi Astartoth duduk di singgasananya, tampak tak bersemangat. Iblis-iblis bawahannya heran melihat kelakuan ratu mereka.

“Yang mulia ….” Salah seorang iblis mencoba membuka suara. Astartoth mengangkat tangannya, menyuruhnya diam. Iblis itu segera menundukkan kepalanya, sedangkan iblis-iblis lain menyeringai ke arahnya.

“Dasar kalian ini, mengurus seorang remaja ingusan saja tidak becus!” Astartoth melempar gelas yang dipegangnya hingga hancur berkeping-keping. Bisik-bisik memenuhi ruang singgasana Astartoth. Siapakah gerangan remaja yang bisa membuat Astartoth, sang ratu neraka cemas, hingga mengamuk?

Astartoh mendengus kesal, ia menghentakkan kakinya, dan kembali duduk di singgasananya. “Harusnya aku menghukum kalian semua, tapi karena mood-ku lagi baik, jadi tidak ada yang tersiksa hari ini.” Astartoh berseru dingin.

BRAAAK.

Pintu ruang singgasana menjeblak terbuka, seorang pria dengan rambut hitam sebahu, dengan sayap hitam, dan wajah luar biasa tampan berdiri di ambang pintu.

“Halo Yang mulia ratu Astartoth, kita perlu berbincang empat mata.”  Nada suaranya menandakan ketidaksukaan.

“Wah Lucifer, selamat datang, sangat tidak sopan bicara kepada tuan rumah dari ambang pintu.” Astartoh tersenyum miring.

Iblis-iblis bawahan Astartoth melompat dari duduknya, mereka mengeluarkan berbagai senjata, bersiap menghajar si penyusup. Astartoh bangkit dari duduknya, ia berjalan santai ke arah pintu tempat Lucifer berdiri.

“Tumben sekali pangeran neraka mengunjungiku.”

“Langsung saja Astartoth, aku memberimu peringatan pertama, jangan sekali-kali kau sentuh putraku, atau dengan senang hati akan kucabik-cabik wajahmu yang manis ini!” Lucifer menyeringai seraya mengelus pipi Astartoth.

“Aku tidak pernah menyentuhnya.” Astartoth menyeringai.

Lucifer menggeram marah, ia mencengkram pipi Astartoth dengan satu tangan. “Dan jauhkan tangan-tangan iblis bawahanmu yang kotor itu juga.”

Iblis-iblis bawahan Astartoth menggeram marah. Astartoth melambaikan tangannya, segera mereka membungkuk dan kembali duduk.

“Waw sejak kapan kau jadi ayah yang baik Lucifer?”

“Bukan urusanmu!” Lucifer menghentakkan sayapnya kuat-kuat, menghilang bersama angin kencang yang menerbangkan perabotan di ruang singgasana, tak terkecuali iblis-iblis bawahan Astartoth yang berterbangan hingga menabrak langit-langit. Hanya Astartoth yang bertahan dari tiupan angin kencang sayap Lucifer.

Astartoth menggeleng-gelengkan kepalanya, lantas tertawa dan berbisik. “Cinta bisa menjadi kekuatanmu, tapi juga bisa menjadi kelemahanmu yang terbesar.”

*****
“Huuuuuaaaaah….” Adam menarik nafas panjang setelah sekian lama berada di bawah air. Ia sedang berlatih fisik dengan Karamatsu di sebuah sungai dekat rumahnya.

“Cih, baru satu jam di bawah air kau sudah kehabisan nafas.” Karamatsu berjongkok di bibir sungai sambil menghisap rokoknya. “Kau yang gila, menyuruh remaja biasa menahan nafas selama tiga jam!” Adam berseru. Karamatsu mendelikkan pandangannya lantas berkata. “Memangnya kau remaja biasa?”
Kali ini Adam terdiam, ia masih belajar menerima kenyataan bahwa ia adalah anak dari sang malaikat jatuh, Lucifer.

Dua hari setelah kejadian dengan Wendigo dan Bloody Mary, fisik Adam dihantam oleh latihan-latihan aneh dari Karamatsu. Mulai dari lari keliling lapangan seribu kali, menahan nafas di air selama tiga jam, push up lima ribu kali, dan yang paling menyebalkan ialah saat Karamatsu memukuli tubuhnya dengan tongkat.

Son Of Venus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang