Missed Connection

828 191 65
                                    

Please leave your traces, either it is vote or comment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Please leave your traces, either it is vote or comment. Ditunggu, lho 😊

••• [STOP THE RAIN] •••


"Bisa-bisanya kau demam di musim panas," tandas ibunya setelah memeriksa tubuh sang putri—38,5 derajat Celcius.




Gadis bermuka agak merah itu terduduk malas di kasurnya, lalu mengendikkan bahu. "Memangnya aku ini robot, Bu?! Aku juga bisa sakit dan ingin dimanja."




Tangannya direntangkan, diikuti bibirnya mengerucut ke arah ibunya yang lekas memeluknya. "Tapi sayangnya kau sudah tidak terlalu lucu lagi untuk dimanja."



"Ibu ...."




Keduanya sama-sama tergelak seturut ibunya mengusap surai panjang sang putri. Putri kesayangannya, tapi juga sulit diatur. Kayak kemarin, tidak ada yang menyuruhnya makan es krim malam-malam. Beginilah jadinya.




"Kalau begitu, beristirahatlah dulu. Ibu ke dapur dulu untuk membuatkanmu bubur."




"Mungkin sebentar lagi, Bu, karena aku masih mau mengerjakan beberapa tugas. Minggu depan harus dikumpulkan."



"Baiklah. Tapi kalau kau mengantuk, pergilah berbaring. Jangan lagi tidur sembarangan, nanti pinggangmu sakit. Kecuali kau mau sakit pinggang kayak nenek."




Ah, tipikal ibu pada umumnya—cerewet. Bukan artinya ia kejam. Sama sekali tidak. Anggap saja ini salah satu hobi ibunya. Dan ini belum seberapa. Masih ada lebih parah. Coba saja berada di samping ibu saat menonton drama yang ada peran pelakornyabooming sekali belakangan ini—sudah pasti paha Sohyun habis terkena cubitan saking gemasnya. Itulah ibu. Ibu yang cerewet, tapi juga sosok yang paling disukainya.



Gadis yang tampak pucat itu tersenyum terus mengangguk. "Oh ya, Bu. Mungkin nanti Seungyoun akan datang. Kami sudah janji akan membuat tugas bersama."



"Ibu mengerti. Sudah, kerjakan tugasnya dulu."



Demam pada saat tugasnya bertumpuk, sebenarnya gagasan yang buruk. Namun, mau bagaimana lagi. Kewajibannya sebagai seorang mahasiswi terus berlanjut. Tidak mungkin pengumpulan tugas diundur hanya karena dirinya demam. Siapa dia?! Lagi pula bukankah umumnya demam akan segera membaik setelah satu atau dua hari? Kecuali, ia terkena penyakit lain, maka akan beda cerita.



Tumpukkan beberapa buku sudah ditaruh di meja. Selanjutnya, ia hanya perlu merangkum beberapa dari materi lalu mengetikan di laptopnya. Pasti tidak akan sulit.


Setengah jam berlalu. Namun, ternyata mengerjakan tugas pada saat kondisinya tidak begitu fit lebih sulit dari bayangannya. Bukan hanya bergulat dengan pusing yang menghinggapinya, napasnya pun kian panas. Dan seolah itu belum cukup buruk, kini matanya ikut-ikutan berulah—lebih berat karena obat yang diberi ibunya.



STOP THE RAIN ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang