[Fabulous cover by Arqha_ ]
Sepenggal kisah cinta 4 insan yang saling jatuh cinta.
Bisa jadi cinta itu berbalas. Bisa jadi tidak.
Bisa saja rasa itu benar cinta. Namun, tidak menutup kemungkinan itu sekadar kagum.
Cinta itu menyenangkan. Tidak jaran...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebenarnya, apa itu jatuh cinta?
Terlepas dari hal menyenangkan yang disuguhkan—bikin tertawa, mesem-mesem tidak jelas, jejak geli bak ratusan kupu-kupu menggelitiki perut—bukankah cinta itu juga adalah racun yang membuat orang bodoh dan bisa terluka?
Layak bintang yang tidak berdaya tapi kerap berusaha menyelami malam, apa keberadaannya dirasa sepadan dengan bulan?
"Kook-ah?"
Situasi apa ini? Kenapa Jungkook memeluknya?
"Sebentar saja, Hyun. Biarkan aku seperti ini," sahutnya.
Tangan yang sempat bergantung hampa, perlahan terangkat dan mengusap punggung belakang Jungkook. Entahlah. Meski setidaknya Sohyun berhak mendapat penjelasan untuk perangai 'abnormal' ini, tapi Sohyun juga tidak bisa menolak Jungkook. Atau tiba-tiba mendorongnya sampai terjungkal. Ya, dia masih punya hati.
Atau semua ini dikarenakan pertemuan dengan ayahnya tadi? Itu sebabnya Jungkook terkesan rapuh?
Seiring malam ikut menggelitik hati keduanya, baik Jungkook atau Sohyun, mereka lebih banyak terdiam. Memberikan sedikit waktu lagi bagi mereka untuk berdiri dan berdekapan layaknya pasangan yang saling merindu.
••• [STOP THE RAIN] •••
Isi kepalanya terasa kosong. Sesekali ia mengusap kedua bahunya yang mulai kedinginan. Apa ini artinya ia harus menyerah? Terlebih setelah melihat ekspresi Jungkook yang bahkan tidak mengindahkannya, haruskah ia tetap bertahan?
Lalu, bagaimana kalau usahanya sia-sia? Bahwa bertahan ternyata bukan jawabannya. Terhempas berkali-kali tanpa membuahkan hasil, apa semua itu setimpal?
"Ah!"
Ji Eun tersentak sesaat ia tidak sengaja bertubrukan dengan seorang pria bertubuh lebih besar. Tas sandangnya sampai terjatuh. Beberapa barang yang dari dalam tasnya pun berhamburan.
"Hah ... apa kau sengaja menabrakku?"
Ji Eun masih berjongkok, memunguti barangnya kembali. Sekaligus menghindari beradu tatap dengan pria yang terdengar mabuk. Luar biasa, kesialan beruntun terus menimpanya.
"Yak, kau tuli?!" Pria itu geram dan mencengkeram tangan Ji Eun. Berusaha menariknya untuk kembali tegak dan tidak mengabaikannya.
Sakit. Ji Eun meringis. Anehnya, suaranya sama sekali tidak keluar pada saat seharusnya bisa berteriak lantang atau meminta tolong pada beberapa pejalan kaki yang melintas.