BEEP! BEEP! BEEP! BEEP!
Suara alarm berbunyi begitu nyaringnya di meja belajar dekat kasur Arunika. Jam menunjukkan pukul 06.00 AM.
Ia mengusap-usap matanya, mengusir kotoran yang masih tersisa. Merentangkan badannya yang terasa kaku dan mengumpulkan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul.
Walaupun matanya terlelap, tapi badannya terasa begitu melelahkan. Ini sudah beberapa kali terjadi padanya. Ia mengalami mimpi berulang yang sampai saat ini tidak bisa ia jelaskan.
"Aah ... mimpi itu lagi." Gerutunya.
Pandangannya langsung tertuju ke arah laptop yang berada tak jauh darinya.
Ia mengambil laptop itu. Menekan tombol power on. Membuka browser. Lalu log in ke alamat blognya.
Ya. Arunika Andjani adalah seorang blog writer. Ia sangat senang menulis semua pengalamannya di blog. Baginya menulis di blog sama dengan menulis diary.
Awalnya Arunika hanya iseng saja menulis pengalaman-pengalaman hidupnya. Rupanya kehidupan pribadi Arunika digemari para pembaca. Mulai dari situ lah ia dikenal dengan Arunika si personal blog writer.
Arunika langsung mengarahkan kursor dan mengklik 'Post title' untuk menambahkan judul.
Repetisi Mimpi. Ia rasa, judul ini sudah cocok.
Lalu jari-jemarinya mulai mengetikkan konten yang akan dipublishnya.
Jakarta, 22 Mei 2020
Malam tadi mimpi itu terulang lagi. Aku tidak tahu sudah berapa kali ini terjadi. Rasanya seperti kalian menekan tombol Repeat di platform musik. Terus terjadi berulang-ulang tanpa henti.
Lagi-lagi di mimpi itu aku melihat orang-orang berbusana gaun dan jas berlalu-lalang. Kelihatannya mereka semua keturunan Eropa.
Tapi di sisi lain aku juga melihat beberapa orang berkulit sawo matang sedang melayani orang-orang kulit putih itu.
Sebagai gambaran, keadaannya persis sama seperti apa yang ada di buku sejarah. Seperti saat zaman kolonial dulu.
Yang paling membuatku tertarik dari mimpi itu adalah ada lelaki yang selalu berada di sebelahku. Di setiap mimpiku.
Aku memanggilnya dengan nama Damar. Dan setiap melihat atau mengingat wajahnya. Entah bagaimana jantungku berdegup dengan kencang. Padahal itu hanya sebuah mimpi.
Yang tidak aku mengerti, Damar memanggilku 'Belle'. Kadang 'Arabelle'.
Rasanya seperti aku sedang memainkan peran orang lain. Ingin sekali aku mengatakan, "Namaku Arunika, bukan Belle." Tapi mimpi itu di luar kuasaku.
Sejauh ini mimpi itu selalu berhubungan. Seperti chapter di novel atau di film. Dan sejauh ini mimpi itu terasa begitu indah. Kisah cinta seorang londo bernama Arabelle dengan pribumi yang bernama Damar.
Mungkin dari kalian ada yang tau kenapa mimpi selalu terulang dan bersambung seperti episode di sinetron?
Bisa tinggalkan jawaban di komen, ya!
Sungguh, aku sangat penasaran :)Salam manis,
Arunika AndjaniArunika mempublish ceritanya. Menutup laptop. Lalu merebahkan dirinya lagi di kasur sambil sedikit-sedikit tersenyum membayangkan sosok Damar di mimpinya.
"Damar, kenapa kau terasa begitu nyata?"
![](https://img.wattpad.com/cover/224467574-288-k50907.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are From The Past
FantasySemenjak menginjak umur ke-17 Arunika menjadi sering bermimpi tentang kejadian-kejadian lampau, tepatnya saat masa penjajahan. Ia mulai mengalami hal-hal aneh. Seperti fasih tentang sejarah kolonialisme Indonesia, tiba-tiba mendapat gambaran peristi...