Sadar

1.1K 27 0
                                    


Holaaaa!!!
Kalau kalian suka sama cerita ini, boleh ya minta vote nya :)
Thank youu ❣️

***

Ara memperhatikan dosen yang sedang menerangkan materi tentang Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) di depan.
Pandangan mata Ara mungkin sepenuhnya menatap ke arah Bapak dosen yang kira-kira seumuran dengan Ayahnya itu, tapi perhatiannya sama sekali melayang entah kemana.

Pak Tono, dosen yang mengajar mata kuliah MSDM memberikan tugas lalu keluar dari kelas.

"Ra", panggil Nayla sambil merapikan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas.

"Hm?"

"Lo lagi bete ya?"

Ara menoleh sejenak lalu menyampirkan tote bag di bahu kanannya, "Enggak"

Nayla menghembuskan napasnya pelan dan mengajak Ara untuk keluar ruangan.

Ara terpaksa harus berbohong pada Nayla, perempuan itu tak mau jika Nayla mengetahui apa yang terjadi antara dirinya dengan Aldis.

Nayla sangat mendukung hubungan sahabatnya dengan Azel, dan pasti akan menceramahi Ara habis-habisan jika perempuan itu nyeleweng.

Azel adalah laki-laki dewasa yang bertanggung jawab dan sangat pas untuk Ara yang tak jarang bersifat kekanakan, itulah mengapa Nayla sangat mendukung hubungan mereka berdua.

Sembari berjalan, Ara melihat ponselnya yang sedang menampilkan pesan dari Aldis.

Ra, aku bisa ngerjain! Hahahaha.

Ara tersenyum membaca pesan Aldis, hanya membacanya, tak berniat membalas.

Ia sudah meyakinkan tekadnya ingin menjauhi Aldis, menganggap kedekatan mereka tak pernah ada. Ara sadar, ia memiliki perasaan yang tak wajar disaat dirinya sudah memiliki seorang kekasih.

Ara terkesiap saat ia tak sengaja melihat Aldis berjalan ke arahnya dari kejauhan.
Perempuan itu memasang wajah sedatar mungkin, tak menanggapi sapaan Aldis yang melewatinya.

"Eh iya, Al", hanya Nayla yang menjawab sapaan ramah Aldis.

Nayla mensejajarkan langkahnya dengan Ara yang berjalan lebih cepat dari sebelumnya, "Judes amat lo Nay, disapa maba ganteng juga".

"Makan yuk Nay, lo ada kumpul ngga?"

"Ngga ada!", balas Nayla cepat

"Oh iya sekalian ada yang mau gue omongin sama lo", lanjutnya.

"Apaan?"

Nayla merogoh kunci motor di saku celana jeans yang ia pakai saat mereka sudah sampai di parkiran.

"Ntar aja sekalian makan", jawab Nayla lalu menjalankan motornya saat Ara sudah duduk anteng di jok belakang.

Ara dan Nayla memutuskan untuk makan siang di sebuah warung makan indomie yang tak jauh dari kampus.

"Jadi gini, suara lo kan bagus tuh"

"Engga tuh", jawab Ara cepat menyela ucapan Nayla.

"Merendah untuk meroket aja terus!", sewot Nayla yang membuat Ara tertawa.

"Iya-iya kenapa Nay?"

Nayla meletakkan sendoknya, "Salah satu penyanyi yang biasanya manggung di cafe om gue udah ngga kerja lagi, Ra"

"Nah mending lo deh yang gantiin dia, lumayan juga honornya. Biar lo ada kerjaan juga kan, ngga gabut di kosan"

"Nay, udah berapa kali gue bilang..."

May I try? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang