Pentas Seni

2.3K 54 0
                                    

Ospek Jurusan Manajemen Bisnis tahun ini diadakan di sebuah desa di Jawa Timur yang masih asri, dengan wisma penginapan sangat luas yang mampu menampung seratus lebih mahasiswa.

Meskipun siang, udara di desa ini tetap sejuk dan terik matahari tak begitu menyengat. Bis terakhir yang ditumpangi maba kelompok 10 beserta pendampingnya baru saja tiba, panitia yang sudah menunggu langsung berteriak menyuruh maba yang baru saja datang itu untuk segera berbaris mengikuti para maba lainnya.

Ara dengan terpaksa mengikuti Nayla menurunkan tas adik-adiknya, meletakannya di bawah pohon rindang dekat lapangan.

"Kita ini pendamping apa babu sih, Nay", celetuk Ara sambil menggendong dua tas sekaligus di kedua bahunya.

"Dua-duanya, Ra", jawab Nayla santai.

"30 tas, mana berat-berat pula!"

"Anggep aja ini kesempatan lo buat nyari pahala, jangan nyari dosa mulu"

Ara memutar bola matanya malas.
Setelah semua tas berkumpul menjadi satu, Ara dan Nayla meneguk minumannya sembari melihat para maba yang mengikuti apel pembukaan ospek Jurusan di depannya.

Dua orang panitia terlihat menghampiri mereka berdua, "Hai ini kunci-kunci kamar buat kelompok 10, pembagian kamarnya ada di kertas ini", ucap salah satu wanita tersebut kemudian menyerahkan beberapa kunci dan selembar kertas.

Nayla mengangguk menerimanya, "Makasih".

"Oh ya jadwalnya persis ya sama yang di rundown"

Nayla mengangguk lagi kemudian kedua wanita itu pergi menghampiri pendamping-pendamping kelompok lainya.

Apel pembukaan ospek jurusan telah selesai, para maba bubar dari barisannya masing-masing dan menghampiri pendampingnya di pinggir lapangan.

"Abis ini ngapain kak?", tanya Lala setelah meminum air mineralnya kepada Ara dan Nayla.

"Istirahat setelah itu nanti sore persiapan pentas seni", Nayla tersenyum menjawab pertanyaan Lala.

Nayla membacakan pembagian kamar dari kertas yang dibacanya, sedangkan Nayla memberikan kunci kamar berdasarkan nama yang disebut Nayla.

Kedua pendamping kelompok 10 berada satu kamar bersama 4 adik tingkatnya. Mempersilakan mereka merapikan barang-barangnya terlebih dahulu, Ara dan Nayla berbaring bersamaan di satu kasur yang ngepas untuk badan mereka berdua.

"Nama kalian siapa?", tanya Ara

"Yang cantik jelita ini namanya Lala kak, inget-inget yah", Lala memperkenalkan dirinya dengan centil.

"Aku Rara", wanita berkaca mata mengenalkan dirinya.

"Jeni kak", ucap wanita berkerudung syar'i sembari tersenyum. Adem liatnya.

"Aku Nina mbak", suara medok Jawanya menjadi ciri khas seorang Nina.

"Aku Ara", Ara tersenyum memperkenalkan dirinya.

"Udah tau kali, Ra", Nayla mengomentari yang dibalas cekikikan para adiknya.

"Biar keliatan cocok gitu Nay".

"Oh".

Lala duduk di kasur setelah selesai merapikan barang-barangnya, "Kak Nayla sama Kak Ara temenan udah lama ya?"

"Baru setahunan sih, waktu ospek universitas kita deket, sering sekelas terus ya gini deh berlanjut", Ara menjawab.

Lala mengangguk, teman-temannya ikut duduk dikasurnya masing-masing.

Rara yang duduk di sebelah Lala ikut nimbrung, "Kak Ara sama Kak Nayla kok bisa cantik gitu gimana sih?".

Nayla tertawa, "Ara aja kali dek, gue mah standar".

May I try? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang