Ara menghentakkan kaki dan mengepalkan kedua tangannya bersamaan saat dosen Hukum Bisnis keluar dari ruang kelas.
"Kenapa sih harus ada kuis dadakan segala!".
Nayla tertawa ringan dan menggelengkan kepalanya, "Makanya belajar tuh tiap hari, jangan cuma pas ada ujian doang".
Ara mengembuskan napasnya kasar lalu bangkit berdiri dan keluar dari ruangan. Nayla menyusul Ara yang berjalan sedikit tergesa-gesa.
"Pulang, Ra?", tanya Nayla saat sudah berhasil mensejajarkan langkahnya dengan langkah Ara.
"Iya lah pulang, mau ngapain lagi".
"Galak banget mbak", goda Nayla mencolek pinggul Ara.
"Ish geli, Nay".
Nayla tertawa, "Lo mau pulang sama siapa? Dianterin mas Azel?".
"Dia sibuk banget sekarang, bahkan terakhir kali gue ketemu dia tuh hari Senin pas dia jemput gue di cafe itu"
"Yaudah yuk gue anterin", Nayla menarik tangan Ara agar melangkah lebih cepat lagi.
"Makan dulu ya Nay"
"Boleh", Nayla mengangguk.
**
"Harus banget Ra makan di restoran kayak gini? Biasanya juga di warteg", ucap Nayla saat mereka sudah duduk manis di pojokan resto.
"Harus dong, masa iya makan di warteg mulu kalau sama lo"
"Ih nggak selalu warteg juga keles"
"Yaudah gih pesen sepuas lo"
"Hah?"
"Lo lupa gue abis dapet gaji pertama", ucap Ara dengan senyum membanggakan dirinya sendiri.
Nayla tertawa, "Oh iya ya kenapa gue nggak kepikiran"
"Oke mari kita memborong makanan!".
***
Nayla tampak gusar di tempat duduknya, ia menggaruk-garuk pelipisnya sambil terus menatap layar ponsel.
"Kenapa, Nay?", Ara bertanya tanpa menghentikan kunyahan daging steak di mulutnya.
"Gimana ya Ra", Nayla tidak enak jika mengatakan kabar yang barusan ia dapat kepada Ara.
"Apasih?"
"Gue ada rapat dadakan, Ra", jawab Nayla dengan mimik yang sangat kental dengan ekspresi sungkan.
Ara tertawa ringan lalu menggelengkan kepalanya, "Ya Allah kirain ada apaan"
"Yaudah gih sana rapat dari pada kena denda"
Nayla menolak, "Gue tungguin sampai makanan lo abis deh, Ra".
"Masih lama gue. Ini aja gue mau pesen es krim"
"Udah lah sana lo cabut, seriusan gue ngga apa-apa"
Nayla mendecak sebal, "Gue nggak enak lah sama lo, Ra. Masa udah ditraktir tapi malah ninggal"
Ara mengerutkan keningnya lalu menempelkan punggung telapak tangannya pada dahi Nayla, "Tumbenan banget lo Nay, lagi sakit lo ya?"
"Hah?"
"Biasanya lo kan ngga punya rasa malu sama gue"
Nayla cengengesan, "Seriusan nih ngga apa-apa gue tinggal? Terus lo pulang naik apa dong?"
"Jaman sekarang udah canggih Nay. Ngga usah kayak orang susah deh lo!"
Nayla tertawa ringan lalu menganggukkan kepalanya, "Sama bapak ojol kesayangan ya"
KAMU SEDANG MEMBACA
May I try?
RomanceNayla tak pernah berkedip memandangi para maba, khususnya maba lelaki yang melewatinya sepanjang perjalanan. "Pacaran sama brondong kayaknya gemesin ya, Ra", ucapnya antusias. Ara memutar bola matanya malas, "Enakan sama yang lebih tua kali, dewasa...