Suasana cafe sangat ramai meskipun hari ini bukan waktu weekend.
Selain bunyi dentingan sendok dan garpu, kebisingan cafe didominasi oleh percakapan para pengunjung, sifat kodrat mereka sebagai makhluk sosial.Nayla memberikan sebotol air mineral pada Ara, ia terus menyemangati sekaligus menenangkan Ara yang sekarang akan tampil di atas panggung.
Malam ini adalah penampilan perdana Ara sebagai penyanyi cafe. Sebelumnya Ara meminta Azel untuk menemaninya namun lelaki itu sedang sibuk beberapa hari ini, alhasil Nayla lah yang menemaninya.
"Kalo suara gue fales ditengah jalan gimana, Nay? Ya ampun gue deg-degan banget", ujar Ara heboh sambil menormalkan detak jantungnya.
"Ara sayangku, asal lo santuy tuh semuanya bakal lancar. Sekarang lo atur napas dulu, jangan terlalu deg-degan. Oke?", Nayla mengelus-elus kedua lengan Ara, memberinya semangat.
Ara mengangguk-angguk kemudian ia berdoa sebentar. Ara tersenyum pada Nayla sebelum ia naik ke atas panggung.
Sebelumnya Ara telah berkenalan dengan para anggota band yang akan mengiringi lagunya jadi tidak terlalu canggung saat berdiskusi dengan mereka tentang lagu apa saja yang akan dibawanya.
Nayla duduk di salah satu kursi sebelah Dimas, Om-nya sendiri. Ara mulai bersenandung, ia menyanyikan lagu All I Ask - dari Adele.
Tak sedikit para pengunjung yang memperhatikan Ara sedang bernyanyi, terutama para kaum Adam. Mereka memuji suara Ara dan juga kecantikan yang dimiliki gadis itu.
"Cantik ya itu cewe", ujar salah satu lelaki yang duduk di pojokan cafe bersama teman-temannya. Teman yang lainnya pun mengangguk.
"Mmm kira-kira umur berapa ya?", lanjutnya bertanya.
"Emang kenapa, Ren?", balas Ricko yang duduk di sebelahnya.
"Pengen gue deketin, tapi kalau masih SMA ogah deh".
"Kenapa?", tanya salah satu lelaki yang sedang menyeruput segelas kopi.
Rendy mengedikkan bahunya, "Kelakuannya kekanakan".
"Dia kuliah semester 3", celetuk seseorang yang sedari tadi diam yang akhirnya membuka suara. Ia adalah Aldis, lelaki tampan berwajah menggemaskan, menurut Ara.
Rendy menolehkan wajah ke samping, "Tau dari mana lo?"
"Kating gue", Aldis masih setia memperhatikan Ara yang duduk menyanyi di depan panggung.
Rendy bersorak pelan, "Yes! berarti lo bisa dong nyomblangin gue", ucap Rendy mengangkat turunkan alisnya.
"Udah punya pacar dia", jawab Aldis tak acuh.
Memasang raut wajah sedih Rendy berkata, "Yaudah deh yang penting kenalin aja Al"
Aldis menghadapkan tubuhnya ke arah Rendy, sahabat karib semasa SMA nya. "MA-LES", ucap Aldis yang direspon teman-temannya yang lain dengan tertawa.
Rendy hanya melirik sinis mendengar jawaban dari Aldis.
Setelah menyanyikan lebih dari lima lagu, Ara turun dari panggung. Banyak dari pengunjung yang antri ingin bernyanyi, Ara mempersilakan mereka untuk bergantian bernyanyi di atas panggung.
Memang sebelumnya Ara sudah diberitahu Dimas jika pengunjung bebas menyumbangkan lagu namun setelah penyanyi menyelesaikan beberapa lagunya dan jika sudah tidak ada pengunjung lagi yang ingin bernyanyi, Ara wajib melanjutkannya hingga batas waktu yang sudah ditentukan.Ara telah menyelesaikan tugasnya malam ini dengan baik, pukul 22.30 ia keluar dari cafe, berjalan beriringan dengan Nayla.
Rendy yang melihat Ara berjalan keluar seketika langsung berdiri, "Gue mau nganterin pulang calon gue dulu", pamitnya kepada teman-temannya yang lain.
"Good luck deh, Bro!"
"Semoga lancar SKSD nya Ren!"
Aldis diam tak menanggapi ucapan Rendy, ia hanya melihat aksi sahabat sedari SMA nya itu. Aldis sangat yakin jika ajakan Rendy akan ditolak mentah-mentah oleh Ara.
Nayla menarik sebelah lengan Ara yang sedang sibuk mengotak-ngatik ponselnya, "Gue anterin ya, Ra"
"No, gue udah pesen ojol", Ara memperlihatkan layar ponselnya pada Nayla.
"Yaelah Ra"
Ara tersenyum, "Thanks ya udah nemenin gue malam ini, pulang gih Nay udah malem".
Belum sempat Nayla menjawab, seorang lelaki datang lalu menyela omongannya, "Hai", sapanya pada Ara. Katakanlah Rendy tidak sopan, karena jelas-jelas disana ada Nayla tetapi hanya Ara yang disapa.
Ara mengerutkan keningnya belum berniat menjawab hingga lelaki itu kembali berucap dan mengulurkan tangannya, "Aku Rendy, tadi penampilan kamu bagus"
"Ara, thanks ya ", ucap Ara tersenyum tipis membalas singkat uluran tangan lelaki di depannya.
"Kamu pulang naik apa? Aku anterin ya? Udah malem ini", tawar Rendy tanpa malu. Sungguh ini adalah hal konyol, bahkan teman-temannya yang masih duduk dipojokan cafe sekarang sedang menggeleng-gelengkan kepalanya dan membatin, Rendy antara terlalu berani dan nggak punya malu, baru kenal tapi langsung minta nganterin cewek gitu aja.
Ara tersenyum saat melihat ojol yang dipesannya telah sampai, ia menolehkan kepalanya pada Rendy, "Gak perlu, ini gue udah dijemput bapak gue", ucapnya sambil tersenyum mempelihatkan deretan giginya.
Bapak ojol yang tidak tahu apa-apa dan tidak mau ikut campur hanya tersenyum.
"Gue duluan ya, Nay. Lo ati-ati pulangnya", Nayla tersenyum dan mengangguk.
"Hati-hati ya Pak bawa motornya", ucap Nayla yang diangguki oleh Bapak Ojol, "Siap mbak!".
Ara pulang begitu saja tanpa mempedulikan Rendy yang hanya berdiri diam memperhatikan setiap gerak-gerik Ara.
Nayla tertawa pelan lalu meninggalkan Rendy sendirian menuju parkiran.
Rendy kembali ke gerombolan teman-temannya dengan wajah lesu. Mereka yang melihat tampang Rendy pasti akan tertawa, pertama kali dalam sejarah seorang bad body diabaikan begitu saja oleh seorang perempuan.
Belum selesai sesi menertawai Rendy. Aldis berdiri dan meletakkan selembar uang berwarna biru di meja, "Gue pulang duluan"
Mereka tak banyak bertanya, hanya berpesan agar Aldis berhati-hati.
Secepat kilat Aldis menaiki motornya dan menyusul Ara, ia hanya ingin menjaga dan memastikan Ara aman sampai di kosannya.Dalam perjalanan Aldis tersadar akan sesuatu, ia benar-benar menyukai Ara, ia menaruh perasaan lebih kepada perempuan yang sudah memiliki kekasih.
Ia ingin menjaga Ara, selalu berada di dekat perempuan itu tanpa ada yang mengganggu.Aldis tersenyum saat Ara sudah sampai di kosnya dengan aman.
***
Cinta dan Ambisi
Cinta itu ikhlas, ambisi itu memaksa
Cinta itu "walaupun", ambisi itu "karena"Tentang Aldis, Bagaimana menurut kalian?
Apakah perasaan yang ia miliki pada Ara adalah cinta yang tulus ataukah hanya ambisi semata?Mari kita lanjutkan cerita ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
May I try?
RomanceNayla tak pernah berkedip memandangi para maba, khususnya maba lelaki yang melewatinya sepanjang perjalanan. "Pacaran sama brondong kayaknya gemesin ya, Ra", ucapnya antusias. Ara memutar bola matanya malas, "Enakan sama yang lebih tua kali, dewasa...