Ara menyipitkan matanya ketika melihat mobil yang terparkir di depannya.
"Kok ada mobilnya Aurel sih?", tanyanya pada Azel yang sedang mematikan mesin mobil.
"Tadi ngga ada kok, berarti dia barusan sampai"
"Dia sering kesini?"
Azel tak langsung menjawab, ia memikirkan sebentar jawaban apa yang harus ia katakan. Apa ia harus jujur jika setiap weekend Aurel tak pernah absen datang ke rumahnya? Tapi Ara pasti akan marah. Bahkan bisa saja Ara mengajak Aurel untuk duel tinju sekarang juga.
"Ngga kok", jawaban yang dipilih Azel. Ia sedang tidak ingin ada baku hantam di rumahnya, jika di luar rumah mungkin akan ia beri kelonggaran.
Ara menghembuskan napas kesal dan keluar dari mobil lalu disusul Azel.
"Assalamualaikum", ucap Ara saat masuk ke dalam rumah Azel yang kebetulan pintunya terbuka lebar.
"Waalaikumsalam", jawab mereka serentak yang berada di dalam rumah.
Ara langsung saja menuju ruang keluarga untuk salim pada Anna, ibu Azel.
"Akhirnya ketemu kamu juga Ra, tante udah kangen", ujar Anna setelah mereka selesai cipika-cipiki.
Ara tersenyum, "Maaf tante, kemarin sibuk ngurusin ospek jurusan maba"
"Iya ngga apa-apa, kamu udah sarapan?"
"Sudah kok tan"
"Beneran?"
"Iya tante, ngomong-ngomong Tita mana tan?"
Anna melirik ruang atas yang mengarah ke balkon, "Lagi jemurin baju di atas"
"Ada Aurel mah?", Azel datang dan menyela obrolan mereka.
Anna menampilkan raut tidak enaknya, ia merasa sungkan pada Ara karena bagaimanapun ia tahu jika Ara kekasih Azel, dan Aurel menyukai anaknya, "Iya Aurel kesini, barusan kok sampai"
"Ara mau nyamperin Tita dulu ya tan", Ara pamit untuk menghampiri Tita padahal ia memiliki maksud lain yaitu menemui Aurel, karena pasti wanita itu sedang bersama Tita. Dalam benak Ara, ia sangat yakin jika Aurel mencari perhatian dengan dalih membantu Tita menjemur baju.
"Eh iya, Ara".
Azel memijat pelipisnya yang mendadak pusing, ia memutuskan untuk duduk bersandar di ruang keluarga. Membiarkan Ara melakukan apapun yang ia mau.
"Apa aku kurang tegas ya mah sama Aurel?"
Anna menghampiri anaknya, "Menurut mamah memang Aurel yang pantang menyerah, dia nggak peduli seberapa kerasnya kamu ngusir dia"
"Terus gimana?"
"Yaudah ikutin takdir aja nanti bagaimana, yang penting kan kamu sudah berusaha", Anna tersenyum lalu melanjutkan acara menonton televisi-nya yang sempat terhenti.
Ara menatap sinis wanita yang sekarang sedang memeras dan menggantungkan pakaian di tali jemuran.
"Dasar caper!", dumelnya pelan lalu ia berjalan menghampiri dua wanita yang berdiri 5 meter dari tempatnya.
"Hai, Tita!"
Tita menoleh ke belakang, tersenyum ramah saat mengetahui Ara yang datang memanggilnya.
"Kak Ara! Kapan dateng Kak?", Tita menggamit tangan Ara untuk menyalaminya.
Aurel yang melihat adegan itu hanya menatap jengah, "Perasaan sama gue tadi nggak salim nih anak", ucapnya sangat pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
May I try?
RomanceNayla tak pernah berkedip memandangi para maba, khususnya maba lelaki yang melewatinya sepanjang perjalanan. "Pacaran sama brondong kayaknya gemesin ya, Ra", ucapnya antusias. Ara memutar bola matanya malas, "Enakan sama yang lebih tua kali, dewasa...