16.claralah dalangnya

57 28 0
                                    

"Kak syifa dimana ya, kok asrama sepi gini,mana gelap lagi, sejak kapan mati lampu? " ucap rara yang tengah diam diam mencari syifa yang sedang disekap clara dikamar kosong belakang asrama.

"Ra... " panggil seseorang dari belakang,sontak rara sangat takut. Gimana kalau itu clara? Apa yang akan clara lakukan padanya? gimana kalau clara menusuk rara pakai pisau dari belakang seperti difilm film itu? Apakah rara akan meninggal dengan cara dibunuh? Semua pertanyaan itu ada dipikiran rara.Rara memejamkan matanya berharap itu bukan clara, kalaupun itu adalah clara,rara tidak akan berani membuka Mata karena rara tidak akan kuat melihat bagaimana darah dirinya mengalir dilantai.

"sejak kapan lo nuli ra" ucapnya lagi.Rara masih tak berani untuk memutar badannya. Tunggu? Kalau itu clara bagaimana mungkin dia bisa mengatakan seperti itu kepada rara? Clara mungkin langsung menusuk rara dengan pisau itu, tapi sekarang tidak. Tanpa memikirnya lagi rara memutar badannya dan didapatinya seorang raka.

"Raka......"Ucap rara yang membalikan badannya dan menuju kearah raka lalu langsung memeluknya.

"ssttt" ucap raka yang meletakan telunjuknya dibibirnya menandakan bahwa rara jangan bicara.

"Kamu harus sembunyi dulu,jangan sampai ketahuan ra"

®®®

Disisi lain, syifa tengah diikat dan didudukan disebuah kursi kayu. Syifa bungkam karena mulutnya diberi penutup mulut, sejenis lakban atau isolasi.

"Arggghhh, dimana gue" ucap syifa yang bangun dan merasa nyeri dibagian lehernya karena dipukul cukup keras.

"Udah bangun? " ucap seseorang yang membekap syifa, siapa lagi kalau bukan clara dan clara langsung membuka penutup mulut syifa dengan keras hingga syifa merasa kesakitan.

"Arghh... lo? Lo mau ngapain clara? "

"ngapain? gue pikir lo ga perlu nanya, lo ga usah pura pura bodoh syifa.lo sebenarnya udah tau kan gue mau apain lo" ucap clara yang meremas dagu rara dengan tangan kananya, sedangkan tangan kirinya menarik rambut syifa

"Ma... Maksud lo apaan clar? "

"gue emang ga suka kedatangan lo Kesini dari dulu, coba aja gue bisa lenyapin lo dari dulu, mungkin rencana gue ga bakal hampir gagal"ucap clara yang melempar kayu keras kekaca hingga kaca jendela itu pecah.

"emangnya sa..salah gue apa clar? "

"Lo ga tau ha? gue ga bodoh kaya kalian" kini clara kembali menarik rambut syifa dengan keras. "gue tau kalau tadi siang lo nanya sama pak rahmat kan soal windi? Soal rencana kalian buat bongkar kematian windi? Gue tau itu semua. Tinggal nunggu waktu mainnya dan gue kira sekarang udah waktunya buat LO NYUSUL TEMAN LO WINDI ITU" teriak clara kepada syifa.

"Jadi benar lo yang ngebunuh windi? Lo memang kejam clar, lo wajib masuk neraka jahanam dan rara ga bakal biarin lo selamat"ucapan syifa kina beralih menantang dan berusahan melawan pada clara

"Rara? HAHAHAHA.... "kini tawa clara pecah dengan sangat keras dengan senyum iblisnya "Oh iya gue lupa ngasih tau lo ya gadis manis, Rara temen lo itu udah gue suruh nyusul lo. Dia itu sayang sama lo? Dia mau jadi Penyelamat kemalaman? HAHAHA.... Dasar bocah dia ga tau kalau GUE BAKAL NGABISIN NYAWA KALIAN BERDUA MALAM INI JUGA" Teriakan itu kembali clara lakukan kepada syifa

"Windi satya" ucapan syifa kini membuat clara takut.

"Windi? Di... dimana dia? Satya? Sat.. Aku kangen banget sama kamu kamu dimana? " ucapan clara yang sedih mengingat mantan kekasihnya satya itu.

"mereka bakal balas dendam sama lo" kini ucapan syifa beralih mengancam clara

"Apa? Balas dendam? Lo bodoh ya? Kalau mereka mau balas dendam kenapa ga dari dulu? HAHAHA.... " ucap clara lagi lagi tertawa keras seperti iblis. "PERGI" teriak clara mengusir satya dan windi

"A.. Apa? Kok bisa? " syifa terkejut karena satya dan windi menghilang setelah clara mengatakan "PERGI" dan lebih terkejutnya syifa saat melihat sosok perempuan menyeramkan wajahnya hancur seperti baru saja jatuh dari gedung yang tinggi, disertai darah dan belatung diwajahnya. Tapi tatapannya seperti memiliki kebencian yang amat sangat mendalam kepada seseorang. Tentu saja itu membuat syifa ingin muntah dan enggan melihatnya.

"DIAM...lo ga usah banyak ngomong atau mau gue hancurin kepala lo"








Dia Yang Tak TerlihatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang