Yuta sama Taeyong pergi ke pendopo desa buat nyewa stand di pasar ramadhan. Jadi nih kalau mau jualan di pasar ramadhan, mesti daftar dulu di pendopo.
Taeyong nyamperin mas gundul, tukang penyetan deket kos, yang juga jadi panitia di pasar ramadhan ini.
“Mas, apa kabar?” sapa Taeyong sok akrab. Sumpah padahal beli penyetan di sana aja jarang tuh anak.
"Terong sama tahu bakar ya mas satu!" Celetuk Yuta tiba tiba
"Sianjir malah pesen, kita ke sini mau booking tempat!"
"Laper gue Yong! 😭"
"Belum buka Yut, astaghfirullah nyebut!" Taeyong menyenggol siku Yuta.
"Astagfirullahaladzim.." Yuta nurut.
"Nah jdi ke sini kita mau anu bang.. mau booking tempat buat jualan" kata Taeyong menyuarakan tujuan awalnya ke sini.
“Gak sekalian mau beli penyetan buat buka ntar? Gue bisa sms istri di rumah buat nyiapin pesenan lu pada.” kata mas Gundul menyeimbangi candaan Yuta.
“Ah ntar aja lah mas, kita kesana.” kata Yuta. Padahal tadi dia yang pengen pesen penyetannya.
“Yaudah. Nih tinggal ini aja yang kosong. Kalian mau dimana?” kata mas Gundul menunjukan denah pasar ramadhan. Karena sudah seminggu puasa, stand yang lokasinya strategis udah pada ada yang ngambil.
“Yang mana Tuy?” Tanya Taeyong pada Yuta.
Yuta mikir. “Hmm yang nomor 056 ini aja deh Yong. Mayan deket sama kos.” kata Yuta.
Taeyong angguk-angguk setuju. “Yaudah, yang ini deh bang. Yang nomor 056.” kata Taeyong sambil menunjuk denah yang ditunjukan mas Gundul.
“Okay. Harganya 350 rebu sebulan. Kalian mau jualan apa toh?” tanya mas Gundul.
“Mau jualan kebab mas.” kata Yuta.
“Kimbab ogeb, bukan kebab.” koreksi Taeyong.
“Oh iya itu lah namanya.” kata Yuta. Lalu dia mengeluarkan sejumlah uang dari dompetnya, hasil minjem dari Jepri karena duit urunan nya gak cukup.
Mas Gundul nerima duit dari Yuta terus dia ngasih kwitansinya ke Yuta. “Mau jualan kapan?” tanya mas Gundul.
“Besok deh kayaknya mas. Kalau sekarang ngedadak banget. Udah sore juga.” kata Taeyong.
“Yaudah. Pada jadi ya lo berdua beli penyetan di gue sore ini.” kata mas Gundul sambil tertawa.
Taeyong dan Yuta ikut tertawa. “Siap mas. Udah kebayang banget telor bakar sama sambelnya.” kata Yuta.
Abis itu Yuta sama Taeyong balik ke kos. Pas mau masuk ke kos, mereka papasan sama Doyoung yang baru pulang dari kampus.
“Pada darimana nih bang?” tanya Doyoung.
"Abis booking tempat Doy! Dah beres tuh besok kita dah bisa jualan" kata Taeyong.
"Eh tadi gue liat gerobak di bawah, bisa tuh kita pake buat stand besok, sekalian buat angkut barang juga" kata Yuta.
"Ada meja nggak? Kita butuh meja buat stand." kali ini Doyoung yang berkomentar.
"Gue kemarin liat ada meja tuh di atas nganggur, pake aja lah!" saut Taeyong.
"Meja punya siapa itu?" tanya Doyoung.
Taeyong mengangkat bahunya. "Tau dah, pake aja dulu, kalo ga ada yang protes ya berarti aman!"
"Yodah, kurang apa lagi nih?" tanya Yuta.
"Kurang kurangin dosa Tuy." kata Taeyong sambil tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blok 127
FanfictionDi sebuah kota yang tenang, hiduplah sembilan orang mahasiswa yang hidup dalam satu atap bernama kost blok 127. Kenapa kost nya bernama blok 127? Simpel, karena kost nya terletak di Perumahan Neo City blok 127. Sembilan mahasiswa itu bernama Taeyong...