// 02 //

676 130 50
                                    

Selamat datang, teman : )

Seperti biasa, pencet vote dulu ya ^^

Kalau udah, cus langsung aja.

Selamat membaca \(^_^)/

#####


Drrtt.

Drrtt.

Drrtt.

Ponsel Jun berbunyi. Ada telepon dari salah satu temannya, Mingyu.

    "Halo."

    "Jun ! Ada pembunuhan di apartemenku. Kau dan Seungcheol harus bergegas ke sini."

    "Apa ?! Pembunuhan lagi ?"

   "Iya. Cepatlah kesini !"

   "Oke, kita kesana. Kau kirimkan alamat apartemenmu ya."

   "Iya. Cepat ya."

Jun mematikan sambungan teleponnya, lalu menatap Seungcheol.

   "Kasus pembunuhan lagi."

Seungcheol terdiam.

Kasus kemarin saja belum selesai, tapi sekarang dia dan Jun sudah disuguhkan kasus baru.

   "Lokasi apartemen Mingyu tidak terlalu jauh dari sini." ucap Jun sambil memasukan ponselnya setelah membaca alamat yang dikirimkan Mingyu.

   "Aku akan menyiapkan mobil. Kau beritahu rekan yang lain." ucap Seungcheol.

Jun mengangguk dan memanggil beberapa rekan setimnya untuk ikut ke lokasi pembunuhan.




Seungcheol menyetir mobilnya dengan sedikit kencang. Dia tidak ingin Mingyu, salah satu teman dekatnya itu menunggu.

   "Kenapa cepat sekali ada kasus baru ? Biasanya sebulan tidak lebih dari tiga kali. Sedangkan ini, belum sampai dua hari saja sudah ada kasus lain." oceh Jun.

   "Aku takut pembunuhnya sama."

   "Ya. Jika memang pembunuhnya sama, sepertinya dia pembunuh berantai." ucap Jun yang dibalas anggukan oleh Seungcheol.


   Hening.

Semuanya larut dalam pikiran masing-masing.

   "Jun. Apa saksi korban semalam sudah diwawancara ?" Seungcheol memecah keheningan.

Jun menggeleng. "Dia baru bisa datang nanti sore."

   "Kalau hasil DNA, sudah keluar belum ?"

   "Katanya masih proses."

Seungcheol terdiam. Kemudian dia teringat 'angka tiga' itu.

   "Menurutmu, angka tiga itu maksudnya apa ?" tanya Jun yang ternyata memikirkan hal yang sama.

   "Mungkin kita bisa dapatkan petunjuk lain kalau sudah melihat korban yang sekarang."




"Mingyu !" panggil Jun.

   Orang yang dipanggil itu sedang bersandar di tembok.

   "Jun." Mingyu menghela napas lega.

   "Dimana korbannya ?" tanya Seungcheol.

Mingyu menunjuk ke arah pintu yang ada di hadapan mereka.

   Tanpa menunggu lama, Seungcheol dan yang lainnya masuk ke kamar itu.

Betapa terkejutnya Seungcheol ketika melihat mayat si korban.

'Perempuan yang malang.' batin Seungcheol.

Ya. Korban kali ini adalah seorang perempuan lagi.

Banyak luka memar di wajahnya, darah kering di sekitar hidungnya, dan juga darah yang mengalir dari matanya.

   "Sepertinya pembunuh menggunakan benda keras dan tumpul." ucap Detektif Moon yang berjongkok di dekat mayat.

   "Memangnya kenapa ?" Seungcheol mendekat.

   "Hidungnya patah, matanya hancur, luka-luka memarnya juga seperti hasil pukulan dari benda keras."

   "Menurutku, lebih baik cepat bawa mayatnya untuk di autopsi. Kita harus menemukan pembunuh-pembunuhnya segera." perintah Seungcheol.

Detektif Moon mengangguk, dan memanggil teman-temannya yang lain untuk mengurus mayat itu.

   "Jun ?" Seungcheol keluar dari kamar, menghampiri Jun yang tengah berbincang dengan Mingyu.

Tapi, bukan perbincangan biasa yang tidak berguna.

Dalam kata lain, Jun sedang mewawancarai Mingyu sebagai saksi yang menemukan korban pertama kali.

   "Sudah selesai ?" tanya Seungcheol yang mengerti perbincangan kedua temannya itu.

Jun mengangguk.

   "Kami pulang dulu ya, Gyu." ucap Jun.

   "Aku tidak harus ikut kalian ke kantor polisi kan ?" tanya Mingyu setengah khawatir.

Seungcheol menggeleng sambil terkekeh akibat pertanyaan Mingyu. "Selagi semua informasi yang kau berikan ke Jun itu benar dan lengkap, kau bisa tenang di rumahmu."

Mingyu tersenyum. "Mampirlah ke rumahku jika kalian ada waktu senggang."

Kedua temannya itu mengangguk.


#####


   "Detektif Choi. Ini data korban dan beberapa foto mayat yang tadi kau minta." seorang rekan tim yang pangkatnya di bawah Seungcheol itu masuk sambil membawa sebuah map coklat.

Seungcheol menerima map itu. "Ini data korban yang baru kan ?"

Lawan bicaranya mengangguk.

   "Terima kasih."

Selepas kepergian orang itu, Jun menghampiri Seungcheol untuk ikut serta melihat isi map coklat tersebut.

   "Mingyu bilang, perempuan itu merupakan salah satu karyawan di toko roti dan bolu." ucap Jun.

   "Ya, di data ini juga tertulis begitu."

Seungcheol mengamati baik-baik setiap tulisan di data itu.

   "Seungcheol, lihat ini !" Jun menunjukan salah satu foto yang dia ambil dari dalam map.

Di lengan kanan korban, ada sebuah luka berbentuk garis yang dibuat menggunakan benda tajam. Namun, di sekitar tubuh korban yang lain, tidak ada luka-luka seperti itu.

Hal itu membuat luka garis di lengannya terlihat sangat jelas sengaja dibuat.

   "Apa 'garis' ini juga tanda ?" Seungcheol menerka-nerka.

   "Kalau iya, aku rasa pembunuhnya sama."

   "Itu artinya, kasus ini benar-benar pembunuhan berantai."



>>>>>>>>>> TBC

Tenkyu so much buat yang udah baca cerita aku.

Kalo merasa ada keanehan di cerita ini, langsung komen aja ya.

See you di part selanjutnya ~

Have a nice day ; )

Finding Murderer | SVT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang