Bab 4

108 24 3
                                    

Hayoung bersiul riang menyusuri jalan setapak yang sedikit menurun. Ia mengusap-usap bagian belakang lehernya karena baru menyadari betapa lelahnya hari ini, tapi juga sedikit menyenangkan. Awal pertama kerja, ia berpikir jika ia mungkin akan disisihkan, mengingat keterbatasannya dalam berbahasa Korea. Namun ia salah. Orang-orang yang bekerja di kafé Sehun itu ternyata sangat ramah dan bisa langsung menerima kehadirannya dengan baik. Mereka pun juga tidak mempermasalahkan bahasa Koreanya yang terkadang harus bercampur-campur dengan sedikit bahasa Inggris.

Ponsel Hayoung tiba-tiba berdering. Keningnya berkerut samar karena melihat nama Sehun di layar yang berkedip-kedip itu. Ia menempelkan ponsel ke telinga. "Y-ya?" jawabnya ragu.

"Hayoung-ssi, kau di mana?" tanya suara di seberang sana.

"Sehun-ssi?" tanya Hayoung untuk memastikan.

"Mengapa kau pergi begitu saja ketika selesai bekerja?"

Kening Hayoung semakin berkerut, bingung. "Memangnya ada apa lagi? Sepertinya pekerjaanku sudah beres semua dan aku melihat orang-orang yang bekerja di cafemu juga langsung pulang selesai mereka bekerja. Jadi—"

"Bukan seperti itu," sela Sehun dengan cepat. "Aku dan Jongin tadinya ingin mengajakmu untuk makan malam bersama."

Kening Hayoung semakin berkerut. Makan malam bersama? Tumben sekali ada atasan yang baik hati seperti itu.

"Kau di mana? Biar aku dan Jongin menjemputmu?"

"Aku...." Hayoung melihat ke sekeliling, mengira-ngira lokasinya berada.

Hayoung merasa Sehun tersenyum. "Oh, apa itu kau?"

"Apa?" Ia masih tidak mengerti dengan maksud perkataan Sehun.

"Berbaliklah."

"Berbalik?" Hayoung masih tidak mengerti, tetapi tetap mengikuti apa yang diminta laki-laki itu. Ia membalikkan tubuhnya ke arah berlawanan. Dan barulah ia mengerti apa yang dimaksud oleh Sehun. Ia melihat sebuah mobil hitam tak jauh darinya, dan Jongin melambaikan tangan dengan senyum mengembang lebar dari dalam mobil tersebut. Sementara itu, Sehun sedang sibuk melepas earphone dari telinganya.

Melihat mereka berdua membuat Hayoung dalam sekejap berubah senang. Ia balas melambaikan tangannya sembari berlari kecil menghampiri mereka. Namun, ketika di tengah jalan ia malah tergelincir.

Sehun dan Jongin yang melihat itu sontak terkejut, apalagi ketika melihat Hayoung sudah terduduk di jalanan sambil memegangi pergelangan kakinya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Sehun yang sudah lebih dahulu sampai. Ia berjongkok di depan Hayoung.

Hayoung hanya mengangguk, pelan.

Sehun mengembuskan napas lega seraya bangkit berdiri. Lalu, ia mengulurkan tangannya ke depan Hayoung. "Pegang tanganku."

Hayoung mendongak sebentar, sebelum ia meraih uluran tangan Sehun. Namun karena terlalu terburu-buru, ditambah sepatunya yang licin, membuat ia jadi kehilangan keseimbangan. Ia berteriak pelan ketika melihat tubuh Sehun mendekat dan menindih tubuhnya. Tidak sampai di situ, matanya pun kemudian melebar saat merasakan bibir hangat Sehun menyentuh keningnya.

Seketika itu juga Hayoung merasa jantungnya seakan berhenti berdetak dan ia tidak bisa berkata apa-apa karena suaranya mendadak hilang. Ia tidak bisa bergerak sedikit pun. Tubuhnya seakan kaku. Dan entah mengapa matanya juga tidak bisa berpaling dari mata laki-laki itu.

***

Selama beberapa saat, Sehun hanya memandangi mata bulat dan hitam seperti boneka di hadapannya itu tanpa bisa berkedip sedikit pun. Sejenak ia melupakan kedua lengannya yang mulai terasa berdenyut-denyut kesakitan karena menahan berat tubuhnya agar tidak menindih tubuh di bawahnya. Ia bisa merasakan desahan napas gadis itu dan juga tatapan kagetnya dengan apa yang telah terjadi.

Warm SnowfallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang