Bab 5

117 20 0
                                    

Sudah sejam lebih sejak pulang dari tempat kerjanya, Hayoung sama sekali belum mau beranjak dari ranjang. Ia masih saja terpekur menatap layar ponsel hanya untuk memandangi foto-foto yang muncul silih berganti. Foto-foto yang baru diambil dua bulan lalu ketika ia merasa hidupnya sangat bahagia bisa memiliki kekasih idaman seperti Varen.

Hayoung tahu, seharusnya ia sudah menghapus semua folder foto-foto di dalam memori ponselnya ketika melihat laki-laki itu berselingkuh di depan mata kepalanya sendiri, bahkan ia juga tahu, jika terus-menerus melihat dan memikirkannya, itu hanya akan menambah rasa sakit di hati dan tidak bisa melupakannya dengan cepat. Namun apa daya, ia merasa belum sanggup menghapus bayang Varen dari pikirannya atau pun menghapus foto-foto yang pernah menyimpan kenangan indah untuknya.

Lamunan Hayoung buyar ketika ponselnya tiba-tiba direbut oleh Jiyeong. "Bagaimana kau bisa cepat melupakan jika kau belum menghapus semua kenangan yang berkaitan dengannya heh?!"

Hayoung bangkit dari ranjang untuk merebut ponselnya. "Apa yang kau lakukan? Kembalikan ponselku!" teriaknya panik, apalagi ketika melihat tangan Jiyeong sedang menekan-nekan sesuatu di layar sentuhnya.

Jiyeong terus menghindar, bahkan mereka sampai beradegan kejar-kejaran. Jiyeong naik ke atas ranjang, lalu turun lagi dan berlari ke arah meja ketika melihat Hayoung.

"Park Jiyeong! Apa yang kau lakukan?" rengek Hayoung seperti anak kecil.

"Tentu saja ingin membantu menghapus memori laki-laki menyebalkan itu dari hidupmu," jawab Jiyeong santai.

Hayoung mengejar dan menarik tangan Jiyeong, lalu melompat-lompat untuk mengambil ponselnya yang diacungkan ke atas oleh gadis itu. "Park Jiyeong, kembalikan! Kumohon kembalikan!" pintanya masih terus berusaha meraih ponsel itu.

Jiyeong menekan tanda 'hapus', bersamaan dengan teriakan histeris yang keluar dari mulut Hayoung.

"Jangaaaaan!!" Bahkan gadis itu sampai berjongkok dan menutup kedua telinganya.

Jiyeong tersenyum puas. Ia ikut berjongkok dan mengembalikan ponsel itu pada Hayoung. "Jika aku sampai menemukan lagi sesuatu yang mengingatkanmu pada laki-laki itu. Aku tidak akan tinggal diam. Aku benar-benar akan menghubungi Oesugmo dan mengatakan yang sebenarnya mengapa kau sampai pergi ke Seoul. Kau mengerti?"

Hayoung  membuka kembali folder fotonya dengan sedih, berharap masih ada foto Varen yang tersisa, tetapi Jiyeong benar-benar sudah menghapus semuanya. "Kau jahat sekali," rengeknya hampir menangis.

Jiyeong yang sedang membuka lemari pakaian langsung menoleh dan menampakkan wajah gembira tanpa dosa. "Benarkah?"

Melihat ekspresi yang ditunjukkan Jiyeong membuat Hayoung semakin kesal. "Park Jiyeong!!!!!" Ia pun lantas menyerang sepupunya itu.

Jiyeong tertawa puas sembari berlari menghindari amukan Hayoung. "Suatu saat nanti, kau pasti akan berterima kasih padaku Oh Hayoung. Aku yakin itu."

Hayoung mengambil dua bantal besarnya dari atas sofa dan bersiap-siap melemparkannya ke arah Jiyeong.

"Omo!" Mata Jiyeong melebar. Ia semakin menghindar karena baru tahu jika ternyata Hayoung benar-benar sedang marah padanya.

"Kembali kau Park Jiyeong!!"

Karena dirasa di dalam rumah sudah tidak aman, akhirnya Jiyeong membuka kunci pintu untuk segera keluar.

"Kau tidak akan lolos dariku Park Jiyeong!"

Jiyeong membuka pintu, bersamaan dengan Hayoung yang melemparkan kedua bantalnya bergantian dengan tenaga ekstra. Melihat bantal itu mendekat, Jiyeong refleks menunduk, tepat ketika pintu itu terbuka.

Warm SnowfallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang