Bab 9

103 20 0
                                    

"Hati-hati saja." Berkali-kali Sehun harus menahan siku tangan Hayoung agar tidak terjatuh saat mereka bermain ice skating di salah satu taman yang danaunya sedang membeku menjadi es.

Suasana taman di hari minggu cukup ramai oleh mereka yang ingin menikmati suasana musim dingin seperti yang dilakukan Sehun saat ini. Karena teringat oleh perkataan Hayoung waktu itu yang mengatakan ingin sekali berlibur, akhirnya ia memutuskan untuk mengajaknya keluar dan bersenang-senang.

Tetapi sepertinya, apa yang telah direncanakannya tidak berjalan dengan baik. Hayoung sama sekali tidak mau bergerak dan hanya berpegangan pada salah satu sisi pohon yang ada di pinggir danau tanpa ada keinginan untuk bermain.

"Ayo, untuk apa kau diam mematung di sini?" tanya Sehun dengan senyum mengejek. Ia mulai meluncur dengan cepat di lapangan es, melesat melewati orang-orang dan anak-anak yang meluncur dengan santai, lalu kembali lagi ke tempat Hayoung yang hanya bertepuk tangan.

"Kau hebat sekali Sehun-ssi," ujar Hayoung kagum dengan mata berbinar-binar.

"Tentu saja," sahut Sehun bangga. "Ayo, aku mengajakmu ke sini untuk ikut berseluncur bersama dengan yang lain dan bukan hanya berdiam diri seperti ini." Sehun menarik tangan Hayoung, tetapi dengan cepat gadis itu menarik tangannya kembali.

"Aku tidak bisa bermain Sehun-ssi," kata Hayoung jujur. "Kau lihat sendiri tadi, belum berseluncur saja, berkali-kali aku sudah ingin tergelincir."

Sehun lagi-lagi tersenyum. "Aku akan membantumu."

"Tidak," sahut Hayoung dengan cepat seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tetap saja aku tidak bisa."

Sehun memiringkan kepalanya menatap wajah Hayoung, seperti siap menyusun rencana. "Benarkah?" Lalu dengan sedikit paksa, ia langsung menarik tangan gadis itu sehingga membuatnya refleks berteriak.

"Sehun-ssi! Oh tidak! Astaga, jantungku bisa berhenti berdetak jika kau mengagetkanku seperti ini!" teriak Hayoung benar-benar panik. "Sehun-ssi, aku akan terjatuh, aku benar-benar akan terjatuh."

Sehun tidak bisa lagi menahan tawanya. Dalam hati ia sangat senang melihat kepanikan yang tertera jelas di wajah Hayoung, apalagi ketik merasakan tubuhnya menegang karena ngeri. "Tenang saja, aku tidak akan menjatuhkanmu. Kau aman bersamaku."

Hayoung terus menggenggam tangan Sehun dengan erat seakan tidak ingin melepaskannya. Ia melirik sekilas ke arah orang-orang yang sedang melihat ke arahnya sambil menahan senyum. "Oh tidak! Mereka pasti sedang menertawakanku Sehun-ssi. Cepatlah kau bawa aku kembali. Wajahku bisa merah padam jika kau terus mempermalukanku seperti ini."

Sehun tidak memedulikannya dan terus membawa Hayoung berkeliling arena. Ia mengalihkan pandangannya sebentar untuk melihat orang-orang yang katanya sedang memperhatikan mereka dan ia tersenyum sambil beralih kembali pada Hayoung. "Mereka bukan sedang menertawaimu, tetapi mereka hanya bingung mendengar teriakanmu yang nyaring dengan bahasa yang tidak mereka mengerti."

"Sehun-ssi, cukup. Aku benar-benar takut," pinta Hayoung.

Sehun mengangguk dan membawa Hayoung kembali ke pinggiran sambil melepaskan tangannya.

"Kau ini menyebalkan sekali!" Hayoung baru bisa menghela napas lega setelah berkali-kali menahan napasnya. Ia berjalan dengan hati-hati menuju salah satu pohon tempat di mana tadi ia berpegangan. Pada saat yang bersamaan, seseorang tampak sedang berseluncur menuju ke arahnya.

"Oh Hayoung, awas!" teriakan Sehun membuat Hayoung terkesiap dan jadi mundur selangkah. Namun, karena terlalu kaget dan terburu-buru ia jadi terhuyung ke belakang dan akan terjatuh jika sikunya tidak ditahan seseorang.

Warm SnowfallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang