Epilog

171 22 0
                                    

One years later....

Seoul, Korea Selatan

"Astaga, mengapa kau mengajakku ke tempat seperti ini?" Hayoung menatap Sehun sambil berkacak pinggang ketika dirinya telah sampai di depan pintu masuk salah satu tempat terkenal untuk bermain ice skating di Seoul. "Tentu kau sudah tahu bahwa aku tidak bisa bermain ice skating, kan?"

Sehun hanya tersenyum lebar melihat ekspresi yang ditunjukkan Hayoung padanya. "Ya aku tahu. Tapi aku ingin sekali mengenang masa-masa itu kembali."

Kening Hayoung berkerut samar. "Mengenang masa itu?"

Sehun hanya mengangguk. "Ayo." Ia menggandeng tangan Hayoung sembari tersenyum penuh rahasia. "Ada sesuatu yang ingin kutunjukkan padamu."

Hayoung baru ingin bertanya apa maksud dari kata-katanya tersebut, namun Sehun sudah telanjur menariknya masuk ke tempat penukaran sepatu. Ia memandang ke sekeliling ruangan, kemudian ia cepat-cepat menahan Sehun karena merasa ada yang aneh dengan tempat ini. "Mengapa tempat ini sepi sekali?" bisiknya pelan pada Sehun. Hayoung tidak melihat ada seorang pengunjung pun kecuali hanya ada beberapa pegawainya saja di tempat itu. Ia mendongak menatap Sehun yang terus berjalan masuk dan tidak menjawab pertanyaannya.

Salah seorang pegawai menyambut mereka dengan ramah dan langsung memberikan dua pasang sepatu ice skating itu pada Sehun.

Sehun memberikannya sepasang pada Hayoung dan memberi isyarat untuk cepat berganti.

"Hunnie, mengapa tidak ada satu orang pun di tempat ini?" tanya Hayoung lagi setelah ia selesai memakai sepatu ice skating-nya.

Sehun hanya tersenyum. Ia membantu Hayoung berdiri dan mulai menuntunnya dengan hati-hati ke arena es.

Kening Hayoung kembali berkerut. Ia mulai curiga pada Sehun karena memang tidak ada seorang pun yang bermain di dalam arena seluncuran itu. "Hunnie," panggilnya sambil memicingkan mata. "Apa jangan-jangan kau yang mengatur semua ini?"

Kali ini Sehun tertawa sementara Hayoung membelalak. Jadi benar laki-laki ini yang merencanakan semuanya?

"Ayo, bukankah sudah kubilang aku ingin mengenang masa-masa itu kembali?" Sehun memiringkan kepalanya sedikit sambil tersenyum penuh ekspresi menatap Hayoung.

Mata Hayoung sontak melebar. "Jadi maksudmu—"

Kalimat Hayoung terputus begitu saja karena Sehun menarik tangannya dan membawanya ke tengah-tengah arena. Ia bisa mendengar Hayoung berteriak ngeri dan berbagai ancaman keluar dari bibir mungilnya. Namun, Sehun tidak peduli dengan semua itu. Ia terus membawa Hayoung berkeliling dan berputar-putar.

"Hunnie, astaga!" teriak Hayoung kencang, tetapi senyum manis itu tetap tersungging di wajahnya. "Hentikan, kumohon." Ia tidak bisa menahan tawanya. "Awas saja kau nanti. Ya Tuhan! Jantungku bisa langsung berhenti jika terus seperti ini. Aku akan jatuh, aku akan tergelincir!"

Sehun tertawa mendengar semua perkataan Hayoung. "Tenang saja. Aku tidak akan membuatmu sampai seperti itu."

"Hunnie, aku ingin beristirahat sebentar," pinta Hayoung pelan.

Sehun menurutinya. Ia menuntun Hayoung dengan hati-hati menuju tepi arena.

"Kau memang benar-benar menyebalkan ya?" Hayoung berkacak pinggang menatap Sehun di depannya sambil mengatur napas.

Sehun hanya tersenyum. "Di saat itulah mungkin perasaanku ada untukmu. Cinta yang sudah tumbuh dan menghangat dalam hatiku, namun aku tidak menyadarinya," katanya dengan nada merenung. Melihat mata Hayoung melebar menatapnya, ia kembali melanjutkan, "Terima kasih," Sehun meraih sebelah tangan Hayoung untuk digenggamnya. "Aku janji malam ini akan menutup kenangan kita lebih indah lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Warm SnowfallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang