Natasya menatap sekelilingnya dengan suasana hati yang sangat kacau. Ia tidak menduga kejadian barusan harus menimpa dirinya. Apalagi membayangkan pilot itu membuatnya ingin marah sekarang.
Tangan yang tiba-tiba memegang pundaknya membuat ia menatap ke samping.
"Ada apa? " Tanyanya kearah Wenda yang sibuk tertawa kearahnya. Entah apa yang lucu darinya sekarang.
"Tuh di kasih" Tunjuk nya kearah pramugari yang membawa buket bunga besar.
Natasya mengerutkan alis. Tiba-tiba merasa bingung.
"Ini untuk anda mis, karena tadi anda belum memiliki bunga" Di sondornya bunga tersebut kearah Natasya.
Dengan masih bingung tetap saja Natasya mengambil bunga itu. Namun bunga tersebut berbeda dengan punya Wenda. Yang ini terlampau bagus.
"Tapi bunga ini terlalu besar, bukannya tidak adil jika-" Ucapannya terpotong dengan senggolan di samping.
"Udah ambil aja"
Natasya menatap saudaranya itu dan di balas Wenda dengan anggukan agar ia mengambilnya.
Pramugari yang sudah berdiri sedari tadi hanya bisa menatap harap kearah Natasya dengan senyumnya. Berharap wanita itu akan mengambil bunganya.
"Hmm ya sudah, aku ambil. Makasih ya " Natasya tersenyum dan menarik bunga itu Segera.
Tersirat rasa legah dari pramugari tersebut. Setelah mengucapkan sesuatu ia berjalan meninggalkan Natasya dan juga Wenda.
"Wen lu rasa aneh ga sih? " Ucapnya tanpa melepas tatapannya dari bunga tersebut.
"Ga tuh"
Natasya memasang wajah datarnya dan menatap Saudaranya itu geram.
"Serius Wenda"
"Gue juga serius Natasyaa"
Dan lagi-lagi Natasya memutar bola matanya malas. Berbicara dengan Wenda malah membuatnya lebih kesal.
Ia kemudian menatap bunga di depannya dengan seksama. Melihat bunga itu mengingatkan ia dengan seseorang. Orang itu sering membelinya bunga dan-
Lupakan Natasya!
Ia kemudian menaruh bunganya di pangkuan dan mencoba menutup matanya. Lebih baik ia tidur ketimbang memikirkan yang tidak pasti sekarang.
Belum terhitung sepuluh menit ia memejamkan mata, Suara mba-mba pramugari sudah membangunkannya.
Di sampaikan untuk semua penumpang untuk tetap tenang di posisi masing-masing, karena situasi yang darurat kita di haruskan untuk mendarat sekarang.
Ucapan tersebut benar-benar membuat Natasya membulatkan matanya. Ia menatap Wenda cemas dan sesekali mengatur nafasnya yang tiba-tiba tidak teratur.
"Wen-"
"Udah ikut aja peraturan mereka, toh itu juga buat keselamatan kita"
Dengan sedikit menenangkan jantungnya yang tiba-tiba berlomba, Natasya kembali duduk diam. Beberapa kali ia berdoa dalam hati untuk keselamatan mereka.
Sangat terasa jika sekarang pesawat sedang turun. Dalam benaknya jika semua akan baik-baik saja.
Semua akan baik-baik saja semua akan baik-baik saja
Setelah mengalami goncangan singkat di sana akhirnya pesawat mendarat dengan mulus sekarang. Natasya terlihat membuang nafas legah dan membuka sabuk pengamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMN! MY BILLIONAIRE IS MY HUSBAND (END)
RomantikWarning!![17+] di harapkan bijak dalam membaca!! Selalu menghindar dengan namanya cinta, Matias Guanlin seorang pria Billionaire yang hampir menginjaki umur tiga puluh itu tidak pernah serius dengan namanya cinta. Ia selalu bermain dengan namanya w...