Yewon terbangun ketika matahari sudah tenggelam dan langit berubah gelap, ia melihat ke jam dinding yang ada dikamar tersebut dan terkejut melihat jam yang sudah menunjukkan pukul delapan malam. Ia ingat ketika sampai disini hari masih menunjukkan pukul 3 sore, itu artinya ia sudah tertidur selama hampir lima jam. Yewon segera duduk dari posisi berbaring nyamannya dan segera menutup jendela yang masih terbuka, udara disini ketika malam terasa cukup dingin pikir Yewon dan segera ke arah lemari untuk mengambil sweater kebesaran miliknya. Ketika baru saja selesai menyorongkan sweater tersebut terdengar bunyi kruyuk yang tentunya berasal dari dalam perutnya sendiri, Yewon lapar dan ia belum makan apapun sedari tadi, ia hanya makan sedikit di pesawat dan itupun kurang berselera sehingga makanannya banyak bersisa.
Yewon memutuskan untuk keluar kamar dan melihat pintu kamar Yoongi yang tertutup rapat, ia ragu sejenak apakah harus meminta izin kepada Yoongi untuk kedapur mencari sesuatu untuk dimakanan atau langsung ke dapur saja takut mengganggu Yoongi yang sepertinya juga tengah tidur itu. Yewon akhirnya memilih untuk mengetuk pintu kamar Yoongi karena menurutnya tidak sopan kalau tidak meminta izin sang pemilik rumah untuk melongok dapurnya. Baru saja Yewon hendak mengetuk, pintu sudah terbuka Yoongi telihat dari balik pintu dan itu membuat Yewon sedikit kaget dan menatap kearah Yoongi yang juga menatap kaarahnya dengan ekpresi yang kurang lebih sama. Mereka sedikit canggung sampai suara Yewon terdengar memecah suasana.
"Maaf Yoongi-ssi apa ada makanan didapurmu? Aku, euuumm aku sedikit lapar," ujar Yewon sambil menggaruk pelan kepalanya yang tidak gatal.
"Aku tidak yakin, tapi ayo kita lihat," Yoongi mendahului Yewon kedapur dan kemudian diikuti olehnya.
💜💜💜
"Sepertinya tidurmu lelap sekali?" suara Yoongi memecah kesunyian mereka yang tengah asyik menikmati hidangan sederhana yang disiapkan oleh Yoongi.
"Eoh?"Yewon hanya terbengong mendengar pertanyaan Yoongi
"Aku mengetuk pintumu beberapa kali tadi sekitar jam 6 sore ingin menanyakan apakah kau butuh sesuatu, tapi kau sepertinya tidur lelap sekali," Yoongi menjelaskan.
"Ya kupikir juga begitu tidurku nyenyak sekali mungkin karena disini sangat nyaman, terima kasih sudah memberi tumpangan Yoongi-ssi," Yewon tersenyum manis.
Yoongi hanya mengangguk samar mendengar perkataan Yewon dengan ekspresinya yang sulit diartikan entah karena enggan hanya sekedar mengucapkan iya atau karena terpesona karena senyum menawan milik gadis yang ada dihadapannya itu.
"Maaf Yoongi-ssi apakah aku boleh bertanya?" Yewon memulai lagi percakapan diantara mereka setelah kira-kira sepuluh menit yang terdengar hanya bunyi denting sendok dan piring yang terdengar.
"Ya?" Yoongi menghentikan sejenak kunyahannya.
"Kau bilang kau tinggal sendirian, tapi sepertinya kamar yang ku tempati milik seorang perempuan," Yewon memang penasaran dengan kamar yang ditempatinya sekarang.
"Oh itu, itu kamar milik adik perempuanku, dulu dia sempat tinggal bersamaku," setelah menjawab Yoongi kembali melanjutkan kunyahannya dan fokus untuk segera menghabiskan makan malamnya.
"Benarkah? Dimana dia sekarang?" Yewon terdengar antusias ia berharap bisa mendapatkan teman lain selama disini selain Yoongi yang terkesan datar dan dingin itu.
"Dia sudah meninggal tiga tahun yang lalu," Yoongi menjawab datar
"M-maaf Yoongi-ssi aku tidak bermaksud-" ucapan Yewon terhenti ketika tiba-tiba Yoongi menyela
"Tak apa, sekarang giliran aku yang bertanya, Jimin mengatakan kau kesini untuk dihibur bukannya berlibur, jadi masalah seperti apa yang kau hadapi sehingga kau butuh dihibur Yewon-ssi?," Yoongi bertanya setelah mereka sama-sama menghabiskan makan malam mereka.
Yewon terlihat tertunduk sejenak memainkan ujung sweater miliknya untuk menghilangkan keresahan yang menimpanya saat mendengar pertanyaan Yoongi. Rasanya sangat risih menceritakan masalah pribadinya kepada orang yang baru saja dikenalnya itu.
"Tidak masalah kalau kau tidak mau menceritakannya," Yoongi seolah bisa membaca pikiran Yewon saat ini.
"M-maaf Yoongi-ssi aku sedikit canggung dengan orang asing," Yewon akhirnya bersuara.
"Aku memang tak bisa melakukannya seperti jimin, tapi setidaknya aku bukan pendengar yang buruk dan aku akan mememanimu kemanapun kau mau selama disini," ini adalah kalimat terpanjang Yoongi selama berbincang dengan gadis yang baru dikenalnya itu karena sejujurnya ia berharap Yewon mau sedikit terbuka padanya.
"Tapi apakah tidak akan merepotkanmu Yoongi-sii?" Yewon meastikan bahwa pria dihadapannya ini benar benar tidak terganggu dengan kehadirannya disini.
"Tidak sungguh, tapi kalau kau terganggu dengan sikapku dingin ku, kuharap kau mau memakluminya karena aku memang tidak bisa menunjukkan perasaanku," Yoongi mengerti bahwa gadis itu terganggu dengan sikap dinginnya dan canggung berada didekatnya.
"Eumm baiklah Yoongi-ssi terima kasih," Yewon tersenyum manis ia merasa lega ternyata memang sifat yoongi yang seperti ini, bukan karena dirinya tidak suka akan kehadiran Yewon disana.
"Karena kau sudah repot menyiapkan makan malam, bagaimana kalau giliran aku yang mencuci piring" Yewon memecah keheningan yang kembali terjadi diantara mereka.
"Baiklah terserah padamu" Yoongi menjawab.
Yewon berjalan kearah Yoongi guna mengambil piring miliknya agar dibawa ke wastafel tempat cuci piring namun kaki Yewon tidak sengaja menyandung kaki meja dan hampir terjatuh menimpa tubuh Yoongi yang masih duduk manis dimeja makan. Untung saja tangan sigap Yoongi buru-buru menahan tubuh Yewon dengan memegang pinggang ramping milik Yewon, dan Yewon yang bertumpu memegang bahu Yoongi. Alhasil jarak mereka menjadi sangat dekat sehingga bisa merasakan hembusan napas masing-masing. Aroma manis vanilla bercampur peach seketika memasuki indera penghidu Yoongi mengirimkan sensasi yang membuat jantung Yoongi sedikit berdebar, sepertinya sudah lama jantungnya berdebar tidak karuan seperti ini. Begitupun Yewon ia juga tak kalah berdebarnya apalagi ketika onyx hitam milik Yoongi menatapnya tajam seolah menusuk sampai kerelung terdalam.
"M-maaf Yoongi-ssi," Yewon buru-buru melepaskan pegangannya dari bahu Yoongi dan mundur dengan cepat.
Yewon benar-benar merutuki kebodohannya barusan bisa-bisanya dia tidak hati-hati dan malah menyandung kaki meja dan nyaris bertubrukan dengan sang pemilik rumah. Padahal tadi suasana sudah berubah membaik, tapi sekarang malah menjadi canggung kembali. Yewon masih saja merutuki kesalahannya dengan komat-kamit mengatakan "Pabo (Bodoh),-" pada diri sendiri selama mencuci piring.
"Sudah jangan mengatakan dirimu sendiri bodoh," ternyata Yoongi masih ditempatnya dan mendengar Yewon yang berbisik merutuki dirinya sendiri.
"Lagian kau kan tidak sengaja," Yoongi kembali bersuara setelah tak menerima respon apapun dari Yewon.
Yewon telah selesai mencuci piring dan meletakkan piring-piring tersebut di rak tirisnya gadis itu kemudian melap tangannya yang basah dan kembali duduk berhadapan dengan Yoongi.
"Jadi besok rencanamu kemana?" yoongi bertanya.
"Bagaimana kalau berjalan-jalan disekitar sini dulu? Kulihat dibelakang rumahmu ini laut, sepertinya tempatnya cukup bagus ketika aku melihatnya dari jendela tadi," Yewon terdengar antusias.
"Baiklah," Yoonggi mengangguk sekilas.
"Sekarang aku akan kembali ke kamar Yoongi-ssi" Yewon berpamitan untuk menuju kamarnya.
"Sampai ketemu besok," Yewon kembali berkata setelah hanya melihat Yoongi mengangguk singkat dan segera berbalik menuju kamarnya.
••• bersambung•••
KAMU SEDANG MEMBACA
17 Days With You
FanfictionYewon patah hati, ia baru saja dikhianati oleh kekasih dan sahabatnya sendiri sehingga memutuskan meninggalkan Seoul untuk sementara waktu. Ia ingin melupakan segala sakit hati yang dialaminya sekaligus melupakan pria yang selama ini begitu dipercay...