Day 9

267 42 2
                                    

"Apa kalian berkencan?" gadis cantik berambut blonde sebahu itu membuka percakapanya dengan Yoongi pria yang sudah tiga tahun ini tidak ditemuinya.

Yoongi hanya melirik gadis itu sekilas dengan tatapan dinginnya dan mengambil americano yang terletak di atas meja kemudian menyeruputnya sebelum menjawab dengan sinis,"Memangnya kenapa Seungwan-ssi? Kurasa itu bukan urusanmu,"

Gadis yang di panggil Seungwan itu merasakan sakit di hatinya ketika Yoongi memanggilnya dengan begitu formal. Padahal dulu ketika mereka masih bersama bibir itu selalu memanggilnya dengan panggilan sayangnya dan selalu tersenyum untuknya. Namun sekarang yang ada hanya tatapan dingin dan jawaban sinis yang dirinya dapatkan.

"Y-yoongi-ya," Seungwan berusaha meraih sebelah tangan Yoongi yang terletak di meja.

"Kalau tak ada yang mau kau bicarakan, lebih baik aku pergi," Yoongi melepaskan tangannya dan kemudian berdiri hendak meninggalkan Seungwan yang mulai berkaca-kaca.

"Y-yoongi ya, ma-maafkan aku kumohon, apa belum cukup bagimu untuk menghukumku tiga tahun ini?" Seungwan menatap Yoongi yang kini terdiam ditempatnya membuang pandangan.

"Bahkan selamanya tidak akan cukup untuk menebus segalanya," setelah beberapa detik Yoongi menjawab sengit.

"A-apa yang harus kulakukan agar kau mau memaafkanku Y-Yoongi-ya?" kini air mata Seungwan mulai bercucuran dan isak tidak lagi bisa dibendung.

"Tidak ada, kita hanya perlu untuk tidak bertemu lagi, selamanya!" Yoongi melangkah pergi meninggalkan cafe dan Seungwan yang semakin larut dalam tangisnya menyesali keegoisannya tiga tahun lalu sehingga sampai saat ini Yoongi belum bisa memaafkannya.

💜💜💜

Di tempat yang berbeda..

"Umji-ya, kau bahkan tidak mau mendengar penjelasanku sebelum meninggalkan Seoul dan meninggalkanku," Pria berwajah bule itu menatap Yewon dalam.

"Bukankah yang kulihat sudah cukup menjelaskan segalanya?" Umji yang tadinya menatap ke jalanan di depan kafe kini menatap Hansol dengan tatapan penuh kecewanya.

"Umji-ya aku akui aku memang salah dan aku khilaf tapi kami hanya berciuman tidak lebih," Hansol berusaha menjelaskan apa yang terjadi hari itu.

"Berciuman dengan suara-suara yang menjijikan dan kalau aku terlambat sedikit saja kalian sudah pasti bercinta iya kan?," Yewon berkata dengan suara yang bergetar mengingat betapa hancurnya ia saat menyaksikan sendiri Hansol dan Somi sahabatnya bercumbu mesra di kamar mandi apartemen Hansol waktu itu.

"Tapi kau bahkan tidak tau kenapa aku melakukannya Umji-ya!," Hansol mengacak rambutnya frustasi.

Yewon terdiam, Hansol berkata benar semenjak kejadian ia memergoki Hansol dan sahabatnya sendiri didalam kamar mandi apartemen, Yewon memang belum memberikan kepada kekasihnya itu untuk menjelaskan segalanya. Hatinya terlanjur sakit dan kecewa sehingga meninggalkan Seoul tanpa mau lagi mendengarkan penjelasan apapun dari pria itu.

"Umji-ya, aku sebenarnya tidak menyetujui kau mengambil beasiswa itu, kau tau aku tidak bisa jauh darimu Umji-ya tapi melihat kau yang sangat gigih dan sangat menginginkan beasiswa itu membuatku jadi tidak tega menghalangimu, selama dua bulan penuh kau terlalu fokus dan mengabaikanku membuatku frustasi dan disitulah Somi datang, dan aku sering curhat padanya masalah ini lalu tiba-tiba ia mengatakan bahwa, sejak lama ia telah menyukaiku," Hansol mengacak rambutnya menyadari ia memang sudah salah namun ia berusaha berkata jujur pada Yewon dan memperbaiki hubungan mereka.

Yewon menunduk dan terdiam, ia tidak menyangka bahwa itu yang sebenarnya terjadi, ia selalu mengira bahwa Hansol sangat mendukungnya dan tidak keberatan kalau mereka akan menjalani LDR saat Yewon mengambil gelar master nantinya. Selama ia fokus menjalani serangkaian tes dan ujian ia memang sering mengabaikan kekasihnya itu dan ia memang tidak pernah menanyakan apakah Hansol mendukungnya atau tidak. Apakah dirinya yang bersalah disini? Apakah ia terlalu egois mementingkan keinginannya sendiri? Yewon jadi termenung dan bertanya pada diri sendiri.

17 Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang