Wanita mana yang tidak akan merasakan kecewa, jika suaminya tak lagi sehangat dulu. Jangankan cinta dan kasih sayang, sekadar perhatian pun kini jarang ia berikan. Adnan benar-benar telah berubah. Lelaki itu seakan tak peduli lagi, dengan kehadiran Laila di sampingnya.
Pagi ini Laila masih betah di ranjang, padahal hari sudah menjelang siang. Wanita itu masih setia, menatap setiap inci wajah lelaki yang sebulan lalu menikahinya. Ada yang berbeda dengan Adnan, wajahnya tampak kusut dan sedikit menirus.
"Kak," ucapnya lirih.
Adnan membuka mata, keduanya saling menatap dalam diam. Ada rindu terpendam yang begitu besar tersimpan dalam lubuk hati, mengingat akhir-akhir ini tak ada lagi canda tawa dan kehangatan yang menghiasi cinta di antara mereka berdua.
"Kak, apakah aku salah bila selalu bertanya atas perubahan sikapmu? Apakah rumah tangga seperti ini yang kamu inginkan?"
Adnan merubah posisi tidur, menghadap langit-langit kamar. Seperti ada beban berat yang memenuhi pikiran lelaki itu. Namun, Laila tidak berani mempertanyakannya. Kemudian didekapnya erat tubuh sang suami, seraya membenamkan kepala di dada bidang miliknya. "Apakah ada wanita lain di hatimu? Sehingga membuat sikapmu berubah kepadaku."
Adnan tidak menjawab. Dia beranjak dari ranjang dan langsung melangkah ke kamar mandi. Terdengar suara shower dinyalakan di dalamnya. Laila mengembuskan napas perlahan, ia benar-benar tak lagi mengenal sosok suaminya.
Tak lama kemudian, Adnan keluar dari kamar mandi hanya berbalut handuk saja. Membuatnya terlihat lebih tampan dari biasanya. Rambut yang masih basah sedikit menutupi wajah, membuat Laila semakin terpesona pada sosok lelaki yang kini telah menjadi imamnya.
"Sepertinya malam ini aku tidak akan pulang. Maaf juga tidak bisa mengantarmu pergi ke dokter. Sebagai gantinya, nanti aku akan menyuruh Risa untuk mengantarmu ke rumah sakit."
"Hm, kalau Kak Adnan tidak keberatan, antarkan aku bertemu ayah dan bunda. Aku rindu pada mereka, biar nanti Kak Adam yang mengantarku ke rumah sakit."
Adnan bergeming, ia menoleh sekilas kepada istrinya, lalu fokus kembali merapikan kembali pakaian. "Baiklah, aku akan mengantarmu ke sana!"
-o0o-
Sebelum berangkat ke rumah sakit, Adnan mengantar Laila pulang ke rumah orang tuanya. Tidak lupa sebelum pergi, berpamitan terlebih dahulu pada Elsa. Jelas terlihat binar bahagia di wajah wanita itu, saat mendengar menantunya akan tinggal beberapa hari di rumah orang tuanya.
"Lama juga tidak apa-apa. Lagian apa gunanya kamu di sini. Bodoh saja jika kamu masih ingin mempertahankan pernikahan ini, sedangkan suamimu sendiri sudah tidak memiliki rasa padamu!" bisiknya lirih di telingaku.
Laila tak henti mengucap istigfar, entah cobaan apalagi yang kini tengah melanda rumah tangganya. Benarkah kalau di hati Adnan sudah tidak ada lagi perasaan cinta untuknya? Akan tetapi, mengapa harus secepat ini badai rumah tangga datang menerpa? Di saat pernikahan mereka belum seumur jagung. Mungkinkah ibu mertuanya ....
Laila segera menghilangkan pikiran kotor tentang Elsa. Percaya kalau Adnan sosok lelaki yang kuat iman. Dia tak akan mudah terkena sihir seperti itu, dan mana mungkin juga Elsa tega melakukan itu kepada anaknya sendiri.
Tak lama kemudian mobil terparkir di pelataran rumah. Lengkung senyum menghiasi bibir mungil Laila. Hampir satu bulan sudah ia tidak bertemu ayah bundanya, membuat rasa rindu di hatinya semakin tak tertahan.
Setelah mengucapkan salam, Laila masuk rumah, dan langsung menghampiri kedua orang tuanya yang sedang berada di dapur. Tak lupa mencium takzim tangan mereka secara bergantian, begitu pun dengan Adnan yang menguntit di belakang sang istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istikharah Cinta Laila (Terbit)
RomanceLaila Qaira Nazhira, seorang gadis yang memutuskan untuk berhijrah, setelah sang kekasih akan memerkosanya. Cobaan demi cobaan menghampiri hidupnya, selain teror dari sang kekasih, ia juga harus dihadapkan dengan kebangkrutan perusahaan orang tuanya...