Part 26

1K 50 5
                                    

Semua yang ada di ruangan itu menoleh pada seorang wanita yang telah membuka pintu kamar dengan kasar. Telihat dari raut wajahnya merah padam menahan amarah. Wanita itu langsung masuk ke kamar. Menarik kerudung Laila, hingga kepalanya mendongak ke belakang. Beruntung Adnan segera melerainya. Ia berusaha menenangkan Rianti dan mengajaknya keluar  kamar.

"Aku yang menyuruhnya ke sini, Sayang. Aku tidak suka kamu marah seperti itu kepadanya!"

Terdengar jelas suara Adnan tengah membujuknya. Mendengar kata 'sayang' yang keluar dari mulut suaminya untuk wanita lain, membuat hati Laila serasa tersambar petir. Betapa lembut kata-kata Adnan saat merayu wanita itu.

Tampak jelas di mata Elsa, ada beban kesedihan yang tersirat di wajah menantunya. Namun, gadis itu tetap berusaha menunjukkan senyum termanis kepadanya. Bahkan ia membantu membaringkan tubuh Elsa di ranjang dan tidak lupa menyelimuti tubuhnya.

Merasa tatapan Elsa terus mengarah menatapnya, tersimpul senyum dari bibir Laila. Ia sedikit paham, mungkin Elsa mengkhawatirkannya. "Aku tidak apa-apa, Bu. Insyaallah suatu hari nanti Kak Adnan akan kembali sadar. Jadi, ibu tidak perlu khawatir. Bolehkah aku berbaring tidur di sampingmu?"

Elsa mengangguk singkat menanggapi tanya yang dilontarkan sang menantu. Bibir gadis itu kembali tersungging kala mendapat persetujuan dari sang ibu mertua. Laila naik ke ranjang, berbaring di samping Elsa, seraya sebelah tangannya memeluk tubuh yang mulai mengering itu.

Rasa sesak kembali memenuhi rongga dada wanita paruh baya itu. Mengapa dulu ia sangat membenci wanita sebaik Laila? Mengapa tidak sedari dulu ia menyadari semua? Kini hanya penyesalan yang tengah berkecamuk hebat dalam diri. Semua sudah terlambat! Bahkan, Rianti sudah melangkah lebih jauh untuk mendapatkan hati putranya.

Laila terbangun saat mendengar azan Magrib berkumandang. Ia mengucap istigfar berkali-kali karena ketiduran di kamar ibu mertuanya. Apalagi Bi Siti sedang pulang kampung, pastinya tidak ada orang yang memasak di rumah itu. Laila terus merutuki kebodohan yang telah ia lakukan. Hari pertama tinggal di rumah suami, ia sudah melakukan kesalahan. Adnan pasti akan merasa kecewa karena keteledorannya.

Laila terkejut saat ia tiba di meja makan, melihat bermacam-macam menu untuk berbuka puasa sudah terhidang di sana. Lelaki berhidung mancung itu telah mempersiapkan semuanya.

"Sudah bangun? Ayo kita berbuka puasa bersama."

Laila merasa aneh dengan sikap Adnan, yang dengan mudah berubah-ubah. Namun, ia segera menghilangkan pikiran buruk itu, berharap lelaki itu akan segera terbebas dari guna-guna Rianti.

"Maaf tadi aku ketiduran ...."

"Tidak apa-apa! Aku tahu kamu kelelahan, sudah beberapa hari ini aku sering melihatmu bermalam di rumah sakit. Tentu saja istirahatmu juga berkurang."

"Rianti ...."

"Dia sudah kuantar pulang tadi, tidak perlu takut. Sebenarnya dia gadis yang baik, hanya saja cepat tersulut emosi."

Mendengar suaminya sendiri memuji wanita lain, menghadirkan rasa sesak tersendiri untuk Laila. Mengapa Adnan belum menyadari semuanya? Mengapa guna-guna itu begitu kuat mempengaruhi pikiran suaminya.

Tidak ada yang bisa mengalahkan doa, walau raja kejahatan sekalipun!

Laila teringat akan pepatah itu, ia yakin cepat atau lambat Adnan akan tahu siap Rianti sebenarnya. Dengan doa insyaallah kebenaran akan segera terungkap. Allah tidak tidur. Dia maha melihat dan mendengar. Dia maha tahu dengan apa yang diperbuat setiap hamba-Nya.

"Risa di mana, Kak?"

"Dia tadi meminta izin untuk menginap di rumah temannya."

Laila mengangguk. "Kalau begitu nanti malam aku akan tidur di kamar ibu."

"Hmm, baiklah! Aku berterima kasih padamu, karena telah bersedia merawat ibuku."

"Kak Adnan lupa, kalau dia juga ibuku?"

Adnan menghentikan kunyahannya, lalu mengangguk singkat. "Tentu saja aku mengingatnya! Kamu wanita yang aku nikahi dua bulan yang lalu."

Laila tersenyum, walaupun sikap suaminya sedingin salju, tapi ia merasa senang karena sang suami masih mengingat usia pernikahan mereka. Laila hanya bisa berharap Allah akan segera mengabulkan doanya, memberikan keajaiban untuk kesembuhan sang suami.

                                            -o0o-

Tepat di sepertiga malam, Laila terbangun. Elsa tertidur nyenyak di sampingnya. Dengan gontai, Laila melangkah ke kamar mandi untuk mengambil wudu, dilanjutkan dengan salat sunah dua rakaat yang biasa ia lakukan.

Ya Rabb, ampuni atas semua dosa dan kesalahanku selama ini, yang selalu lalai dalam menjalankan perintah-Mu. Terkadang, lisanku ini tak sengaja berucap yang salah. Terkadang pula hati dan pikiran tak pernah sejalan. Dalam munajat malamku ini, meminta keajaiban dari-Mu, kembalikan hati dan cinta suamiku, kembalikan lagi Kak Adnanku yang dulu. Hadirkan kembali getaran cinta dan rindu di antara kami, agar kami bisa bersama menggapai jannah-Mu. Amiiin.

Selesai bermunajat, Laila melantunkan beberapa ayat suci Al-Quran. Air mata luruh membaca ayat demi ayat dan terjemahan yang mampu membuat hatinya bergetar syahdu. Ada rasa nyaman menyeruak lirih ke dalam kalbu, menghilangkan kesedihan dan lara yang tak menentu.

"Aaaaaa!"

Laila segera mengakhiri mengaji, karena mendengar seseorang yang menjerit kesakitan. Ia langsung berlari keluar kamar. Memastikan siapa dan dari mana asal jeritan itu.

Laila kembali mempertajam pendengaran, takut apa yang tadi didengar hanya halusinasinya saja. Namun, suara jerit kesakitan itu terdengar lagi, dan berasal dari kamar suaminya sendiri.

Laila langsung berlari ke lantai atas, masih dengan memakai mukena. Hatinya kini dipenuhi rasa takut dan khawatir yang memuncak. Ia tidak tahu, kesakitan apa yang tengah dirasakan oleh suaminya.

Ketika sampai di lantai atas, jeritan itu terdengar semakin jelas. Tanpa menunggu waktu lagi, ia langsung membuka pintu kamar. Laila mendengkus kesal dan semakin terlihat panik, saat pintu kamar itu terkunci dari dalam.

Laila kembali turun ke lantai bawah untuk mencari kunci cadangan. Semua lemari, laci dan rak televisi sudah ia bongkar semua. Namun, ia tak menemukan kunci cadangan itu di sana.

Laila masuk ke kamar Elsa, dan mendapati ibu mertuanya sudah bangun. Mungkin saja ia terbangun karena mendengar jeritan putranya. Seakan mengerti, Elsa langsung menunjuk laci di pinggir ranjang dengan sebelah tangannya. Melihat itu, Laila langsung membuka laci itu. Ada beberapa kunci cadangan di sana. Laila membawa beberapa kunci yang ia rasa cocok dengan pintu kamar Adnan.

Keterkejutan Laila bertambah saat pintu kamar terbuka, di sana ia melihat Adnan sedang berguling kesakitan, dengan kedua tangan yang tengah menjambak rambutnya.

"Kak Adnan!" pekik Laila seraya menghampiri suaminya.

"Sakit, La."

Wajahnya pucat pasi, keringat bercucuran di bagian wajah dan leher. Sebisa mungkin, Laila membaca ayat-ayat Allah yang ia bisa.

Kemudian ia teringat dengan kisah Nabi Muhammad SAW. Saat sedang sakit parah, sewaktu terkena sihir. Siti Aisya membaca tiga surah yang disebut dengan Al-muawwidzat (surat-surat perlindungan) yang langsung mengusapkan tangannya pada tubuh Nabi SAW.

Laila mencoba membacakan tiga surah itu, dan mengusapkan tangannya ke seluruh tubuh sang suami. Seketika Adnan langsung tenang, walaupun kepalanya masih sedikit terasa nyeri.

Setelah melihat Adnan tertidur nyenyak. Laila langsung menyelimuti tubuhnya. Mengecup singkat kening suaminya dengan penuh kerinduan. Air mata luruh, ia tidak tega bila melihat Adnan terus-menerus kesakitan seperti ini. 

Laila melihat ke arah jam dinding, sebentar lagi waktu sahur habis. Ia langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan makan sahur.  Setelah selesai, Laila mengambil wudu, dan kembali melantunkan ayat-ayat Al-quran yang tadi sempat terhenti, hingga azan Subuh berkumandang.

Pagi harinya, Adnan membuka mata. Ia mendapati sang istri tertidur nyenyak di sampingnya, diusapnya lembut wajah Laila, ada raut lelah yang tersirat dari wajahnya. Tak terasa butiran bening menetes dari kedua sudut mata lelaki itu, ada rasa sesak yang menyeruak dalam dada, mengingat perjalanan cinta mereka yang tak henti diterpa badai dan ujian.



Istikharah Cinta Laila (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang